Bila kehendak bebas adalah ilusi, apakah ilusi bisa dihukum atau dipuji? Dalam ritual syahdu untuk mencapai surga Tuhan, kita meletakkan pertanyaan ini ke tempat yang sangat jauh, agar kita tidak lagi mendengarnya. Atau kita bahkan tidak tahu ada pertanyaan seperti ini.
Surga dibuat dari asap hati yang terbakar habis. Dan orang yang diberkahi oleh Tuhan adalah orang yang hatinya telah terbakar habis, kata Jalaluddin Rumi. Dan kita telah hidup dalam zona nyaman peribadahan. Menyumbat telinga kita dari selusin pertanyaan tentang Tuhan yang kita sembah. Asyik masyuk dalam keriangan kata-kata tentang janji dan ancaman. Tentang dosa dan pahala.
Determinisme yang dianggap lebih kuno oleh kehendak bebas, mendapat sautan di dunia ultra modern. Adalah Nick Bostrom dari Universitas Oxford, Inggris, pada 2003 silam dengan berani menyimpulkan bahwa kehidupan yang kita jalani adalah sejenis simulasi komputer yang dijalankan seseorang atau sekelompok dengan kekuatan komputer super canggih.
Ilmuan lainnya Rich Terrile membenarkan dakwaan ini. Dapat dibuktikan, karena dalam beberapa dekade ke depan manusia bisa jadi entitas artifisial yang hidup dalam dunia simulasi seperti gim komputer. Ketika kesadaran berhasil ditanamkan kepada benda atau sistem, maka kita tidak lagi berbeda.
Bahkan, manusia terkaya di muka bumi, pendiri dan Kepala Eksekutif Space X, Elon Musk menimpali, manusia sebenarnya terjebak dalam eksistensi seperti film Matrix. Menurutnya, manusia merupakan bagian dari simulasi peradaban yang kuat. Manusia di bawah kendali dan pengamatan entitas yang lebih tinggi.
Menimbang alam semesta telah berusia 14 miliar tahun, Musk meyakini, ada cukup waktu bagi peradaban lain muncul sebelum manusia hadir di Bumi kurang dari 10 ribu tahun lalu.
Sebagai umat beragama, kita akan langsung memotong pembicaraan, bahwa entitas atau zat yang tertinggi itu adalah Tuhan dengan buku besar yang telah ditulis-Nya, bukan programer alien yang menunggangi UFO. ~MNT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H