Seperti frasa "cukup dengan menjadi manusia" untuk melihat kepedihan di Gaza atau Uighur. Manusia yang dimaksud adalah cerminan dari filsafat Sartre tentang humanisme.
Dengan melepas oposisi biner di mana mereka berdiri, manusia merdeka akan memilih ketinggian humanisme-nya, dengan menetralisasi dirinya dari doktrin pikiran kelompoknya.
Dari pernyataan Sartre tentang Kolonial, Terjajah dan Perantara, humanisme kita otomatis mampu mengklasifikasi siapa yang menjadi musuh publik. Sementara kaum Perantara, seakan berlomba dengan Kolonial untuk mendorong negeri ini ke arah distopia.
Selain koruptor yang merajalela di semua lini birokrasi (sepanjang tugas KPK sebatas tukang tangkap tangan dan pejuang kemanusiaan tidak memasukkan pemberantasan korupsi dalam agenda mereka), kaum Perantara ini adalah agen-agen impor seperti yang dianalisis oleh Faisal Basri sebagai benalu serta biang keladi defisit neraca dagang terutama dari impor pangan dan baja.
Tidak hanya itu mereka memungut rente yang luar biasa besar, seperti disebut Faisal dalam satu wawancara di Kompas TV, belum lama ini: rente dari impor migas saja mencapai Rp 600 miliar per hari x 365 dan itu berlangsung sepanjang tahun. Lalu siapa yang menikmati?
Hampir semua BUMN merugi dan meninggalkan utang bejibun, tapi direksi dan stafnya bermewah-mewah. Sedikit di antaranya: Garuda Indonesia mencatat utang Rp 12,6 triliun (cnnindonesia.com), Waskita Karya Rp 103 triliun (detik.com), Inalum $ 4 miliar (detik.com), Krakatau Steel Rp 35 triliun (kumparan.com), PLN Rp 394 triliun (republika.co.id), BPJS Kesehatan defisit 56 triliun (bisnis.com), terakhir Jiwasraya gagal bayar Rp 12,4 triliun. Â Â
Bila orang-orang yang sudah merdeka pikirannya dapat bersatu, mereka akan bergerak bersama secara konstitusional atas dasar kemanusiaan untuk menghadang siapapun yang ingin merusak negeri ini. Dan kaum penjajah tidak seluruhnya datang dari seberang lautan, banyak di antara mereka yang ari-arinya di tanam di bumi Indonesia. Merdeka atau Nietzsche! Â ~MNT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H