Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Buku Apa Saja yang Sudah Mereka Baca?

23 Februari 2019   12:42 Diperbarui: 26 Februari 2019   05:47 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budiman mungkin sedang atau telah membaca buku Post Truth - Knowledge as A Power Game karya Steve Fuller. Buku ini di antaranya menyinggung soal kampanye Brexit dan Presiden AS. Kemudian, akar post kebenaran terletak jauh di dalam sejarah teori sosial dan politik Barat. Buku ini menjangkau kembali ke Plato, berkisar lintas teologi dan filsafat, dan berfokus pada tradisi Machiavellian dalam sosiologi klasik.

Budiman juga menyebut Fadli Zon mengungkap teori-teori yang terdapat dalam buku Teori Strukturisasi, yang ditulis Anthony Giddens. Sementara Fadli Zon, seorang peraih beasiswa dari AFS (American Field Service) San Antonio, Texas, mungkin pernah membaca buku arkais Amboinsch Kruid-Boek karya Georgius Everhardus Rumphius terbitan tahun 1747 dan Mekka karya Dr. C. Snouck Hurgonje terbitan tahun 1889 yang mejeng di Fadli Zon Library miliknya, namun hampir setiap kata-katanya terpaksa harus mengutip buku Paradoks Indonesia dan Indonesia Menang milik Prabowo Subianto. Hal ini menjadi masuk akal secara kebijakan politik oposisi.

Yang juga tak kalah menarik adalah Sujiwo Tedjo. Ia adalah seorang Budayawan yang bila kita meminjam silogisme -dalam premis minor- budayawan adalah juga seorang filosof. Bila Presiden Jancuker seorang filosof, maka ia menjadi kebalikan dari Rocky Gerung. Tidak menguasai sejarah filsafat, tapi mencetuskan filsafatnya sendiri.

Dalam beberapa kali tampil, ia pernah dua kali mengambil narasi tentang tabiat kolektif manusia dari buku Sapiens dan tentu saja sekuelnya Homo Deus karya YN Harari, seorang profesor ateis-humanisme yang menjadi dosen jurusan sejarah di Universitas Ibrani Yerusalem.

Dalam ILC minggu ini yang berjudul Benarkah Jokowi di Atas Angin? Saya tidak mencatat siapa saja narasumber yang tampil. Namun apapun yang mereka katakan sepanjang itu bukan ujaran kosong tanpa dasar, maka dasarnya adalah buku.

Dan buku - buku itu bisa saja Sosiologi Post Modernisme karya Scott Lash, Disruption-nya Rhenald Kasali, Etika Politik karangan Frans Magnis Suseno atau setumpuk buku Teori Ekonomi Makro, Ekonometrika, Neo Liberalisme, Teori Dunia Ketiga, Ekonomi Internasional dan seterusnya yang memenuhi kepala seorang Rizal Ramli.

Rizal Ramli yang sejak belia mengidolakan Albert Einstein, dalam menguraikan persoalan ekonomi bangsa, sepertinya tidak pernah cukup waktu untuk mengutip buku The Einstein Scrapbook dan Einstein - The Life and Times dari Ronald Clarck yang menjadi koleksi wajibnya.

Di era Unicorn dan segala paradoks milenial kini, dengan gawai pintar yang merampas detik demi detik kita dari seharusnya membaca buku seperti mereka, adakah seseorang yang kemudian bisa menebak buku apa yang sudah kita baca. ~MNT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun