Kapitalisme memiliki banyak sisi baik yang dielaborasi oleh Adam Smith lewat Wealth of Nations namun kolonialisme dan perbudakan adalah sebelah sisi koin yang berwarna hitam lagi horor. Lalu Karl Marx datang berlagak mengoreksi semuanya. Ketika itu Marx sudah berhasil menghapus tuhan dari paham materialisme-historisnya. Ia seperti dibantu oleh Charles Darwin dengan sejarah evolusi dan tidak menemukan tuhan di dalam biologi: manusia datang begitu saja dari perut monyet sementara tuhan bersama Adam dan Hawa hanyalah wisatawan.
Marx menghantam Smith lewat Das Kapital, dan berupaya membelokkan sejarah peradaban dengan gagasan komunisme. Marx memusuhi tuhan dan kapitalisme yang membuat kaum pekerja atau proletar terperas sedemikian rupa. Agama kata Marx adalah candu, melahirkan manusia-manusia abad kegelapan yang membiarkan diri mereka berada dalam tekanan para tiran yang mengaku sebagai peminjam tangan tuhan. Â
Sedangkan kapitalisme menciptakan feodalis berperangai buruk yang berabad-abad menginjak proletar, melakukan percepatan dengan cara perbudakan dan kolonialisme. Tapi ajaran Marx justru melahirkan umat-umat komunis yang haus darah, Lenin, Stalin, dan Pol Pot di antaranya membantai jutaan orang. Ironisnya, doktrin komunisme berakibat mengembalikan pengikutnya ke zaman kegelapan, bahkan mungkin lebih gelap.
Sejarah peradaban menjadi seperti siklusi roda hamster. Meski dunia terus bersolek dengan kemajuan spekta, tapi pikiran manusia tidak seperti garis linier terutama kepada cara kita menyapa Tuhan. Lalu bagaimana cara kita bertuhan di abad ini, ketika kapitalisme hedonistik melahap kita detik demi detik?
Kapitalisme modern memang lebih santun, tapi soal hubungan dengan Tuhan ia makin mirip dengan komunisme. Tuhan dilarang berkeliaran kemana-mana dan dikunci di ruang penyembahan. Di ruang publik, kapitalisme-sekulerisme hanya ingin seluruh umat manusia menyembah tuhan yang sama dan hampir tanpa penolakan: uang.
Dari tadi saya menulis Tuhan dengan huruf T kecil, tapi belum juga sampai kepada bahasan apakah kitab suci itu fiksi atau bukan. Anda punya ide? ~MNT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H