Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Belajar dari Kisah Hoaks Burung Vulture

4 Juli 2018   10:30 Diperbarui: 6 Juli 2018   16:15 3252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Vulture and The Little Girl (Kevin Carter): liveinternet.ru

Di era milenial, fitnah mendapat penghormatan dari penghalusan makna (Ameliorasi) dengan munculnya istilah hoax atau hoaks dalam serapan Indonesia. Istilah hoaks mengandung virus mematikan. Ketika makna fitnah menjadi seringan kapas, seseorang yang ikut-ikutan menebar fitnah dengan enteng akan berkata: maaf saya cuma copas dari group sebelah.

Kita membutuhkan kecerdasan milenial untuk segala bentuk hoaks tidak hanya yang bermuatan tuduhan palsu. Jangan sampai-sebagai misal-karena tips kesehatan yang berasal dari hoaks tersebar luas, yang kita sebut obat justru menjadi racun, mengancam nyawa orang tak berdosa.

Kita bahkan menyimpan potensi untuk menyebar dan menikmati cerita sensasional ketimbang fakta yang datar. Sebagai kerumunan yang gemar terperanjat, reaksioner, melankolis dan penuh emosional, hoaks mudah tumbuh di sana.

Ujung jempol penuh fitnah semakin lama semakin terasa enteng, ketika hoaks dianggap bebas dosa, ketika masyarakat digital makin permisif bahkan terhanyut tanpa penggalian sedikit saja. Hoaks bahkan dianggap gurauan belaka sementara ia akan menjadi tumpukan sampah beracun di masa depan, ketika anak cucu kita yang seputih kertas mulai menenggak racun itu lalu tergeletak dalam kesesatan hoaks.

Adalah burung Vulture. Ia adalah perlambang bagi para penggosip. QS Al Hujurat: 12 mengecam penggunjing sebagai sang pemakan bangkai saudaranya. Bual-bual tingkat kedai kopi, sosial media, group pertemanan, sampai perbincangan aib orang yang dikemas dengan mahal dan bergengsi oleh para kapitalis infotainment, framing media-media partisan dengan cara pembunuhan karakter, tidak lain adalah tumpukan burung Vulture yang mencabik-cabik.

Bahkan gosip yang lebih ringan karena menceritakan fakta dan bukan dusta saja dianggap sebagai pemakan bangkai, apatah lagi para penebar fitnah. Kita butuh kehati-hatian karena manusia yang memproduksi fitnah dengan yang ikut membantu menyebarkan, biarpun semata copas dari group sebelah atau dibagikan dari sembarang laman internet, level kejahatannya berada di atas pembunuh. ***

Muhammad Natsir Tahar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun