Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Di Sini Hantu Marx Mati Dua Kali

3 Juli 2018   10:38 Diperbarui: 23 Januari 2019   23:23 1155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi orang bertuhan, alur pemikiran Marx adalah pengingkaran. Meski sebenarnya ia telah melaksanakan koreksi menyakitkan terhadap praktik predator liberalis-imperialis yang sedang jahat-jahatnya ketika itu. 

Namun Marx melihat manusia yang sejatinya mikro (makro) kosmos multi dimensi dihargai sebagai benda belaka, seperti meja kursi atau hewan peliharaan, yang tak berhak atas kekayaan pribadi dan kapan - kapan dibunuh. Terutama Islam, ajaran Marx jelas pincang. Islam lebih dekat dengan kapitalisme - yang menganjurkan dagang sebagai pintu - pintu rezeki - namun mempersyaratkan keadilan.

Perlawanan terhadap neoliberalisme bukan berarti seseorang tersebut kiri, namun lebih kepada pendekatan dogma dan spirit ekonomi berkeadilan. Marx telah melakukan reduksi dan distrosi nilai aspek kemanusiaan yang luar biasa. 

Konsep Marx secara langsung telah ikut andil atas lenyapnya nilai-nilai moral dan etis sebagai representasi aspek intelektual dan spiritual hingga menyebabkan maraknya dehumanisasi kehidupan manusia.

Kritikus dunia menilai, fokus kritik Marx hanya tertuju pada masalah produksi dan tidak menyentuh masalah konsumsi (apakah kritik ini muncul karena mereka melewatkan Das Kapital II, saya sendiri bingung). 

Disebutkan, padahal dalam persoalan ekonomi-khususnya sekarang ini- yang menjadi masalah dalam perspektif kapitalis-neoliberalis bukan hanya terbatas pada masalah overproduksi yang dilakukan oleh kaum kapitalis, melainkan juga overkonsumsi yang dilakukan oleh masyarakat sendiri.

Hingga hari gini, hantu Marx terus bergentayangan untuk merasuki mereka yang 'sok kiri' dan asal beda. Bagi mereka yang mendobrak kemapanan namun gagal menyelam pada esensi kemanusiaan. Ideologi Marx telah lama ketinggalan zaman dan hantu perasuk itu sudah mati bersamaan runtuhnya kolonial-imperialisme. Disusul bubarnya blok Sovyet dan arah kebijakan ekonomi sejumlah negara kiri yang kemudian menyeberang dari Komunisme kepada Kapitalisme.

Hantu Marx mati bersempena habisnya rezim mesin pembunuh dungu macam Pol Pot dan pengikutnya. Yang taklid buta pada Marx, Lenin, Stalin, Mao tapi otaknya kosong, kecuali naluri bunuh dan penyiksaan seorang pedendam sakit jiwa. Besar kemungkinan dia tidak membaca buku Marx apapun. Di Indonesia, hantu Mark - mestinya - sudah lenyap bersamaan dengan larangan ideologi komunisme dan marxisme.

Dan hantu Marx mati sekali lagi, ketika dia makin tak punya tempat untuk merasuki ketika buruh-buruh yang sudah diperlakukan semakin humanis dan memiliki posisi tawar pada upah secara simbiosa mutualis. Serta tidak ada lagi kerja paksa untuk kaum tani. Dengan sejarahnya yang berdarah dan pikirannya yang cacat, buruh dan tani tak butuh komunis sebagai pembela.

Setelah mati dua kali, apakah hantu Marx akan tetap hidup? Tentu saja. Pemikiran Marx bahkan seperti ajaran agama yang selalu dibaca ulang, direinterpretasi dan diperbaharui oleh para pemikir kiri yang lahir setelahnya. 

Wacana tentang Marxisme justru tidak pernah mengalami stagnasi, tapi selalu mengalami dinamika dan dialektika sesuai dengan arah spirit zaman. Biarkan ia lewat sebagai pergumulan intelektual semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun