Apa yang menjadi nabi para Sosialis - Komunis, hidupnya terlihat menyedihkan. Dialah Karl Marx itu, ekonom dan filsuf Jerman yang lahir dari keluarga Yahudi murtad. Marx tak menghargai humanisme, anak -anaknya bahkan banyak yang mati karena kelaparan dan bunuh diri.Â
Istrinya sendiri, Jenny van Whestpallen, meninggal karena sakit tanpa pengobatan. Marx usah diharap untuk ikut mengantarkan istrinya ke pemakaman, karena dia sendiri sakit. Ia tak mandiri, hidupnya ditopang Frederick Engels, seorang anggota sosialis dari London.
Marx memiliki tiga kitab 'terlarang' sebagai sebuah kritik ekonomi politik bertitel Das Kapital. Buku I, Proses Produksi Kapital disusun sendiri oleh Marx dan terbit di masa ia hidup. Sedangkan Buku II, Proses Sirkulasi Kapital dan Buku III Proses Produksi Kapitalis Secara Menyeluruh, awalnya berupa serakan catatan yang kemudian dipungut dan disusun Engels ketika Marx sudah di alam baka.
Engels mendengus, Buku II akan menimbulkan kekecewaan besar karena ia sepenuhnya ilmiah dan tak mengandung banyak anasir - anasir agitasi atau hasutan. Para pembaca dangkal kata Engels, tak kan tertarik, dan literatur ekonomi resmi bungkam karenanya.Â
Pengamat menyebut, Das Kapital II tidak saja tertutup tapi juga dilupakan. Sehingga banyak terjadi salah pengertian yang gawat bila pembaca melompat dari Buku I langsung ke Buku III. Ini barangkali yang makin memperburuk kesesatan kerumunan penganut komunisme.
Marx mulanya adalah pengagum filsafat Hegel yang pada waktu itu sedang ramai dibicarakan di panggung pemikiran Jerman. Rasa kagumnya itu ia buktikan dengan menjadi anggota Young Hegelian, sebuah forum diskusi yang sangat intensif mengaji filsafat Hegel.
Di belakang hari Marx melakukan pembangkangan fundamental terhadap pemikiran Hegel. Dialektika Hegel yang tergolong idealisme, di tangan Marx ia dijungkirkan menjadi dialektika materialisme. Dari perlawanan terhadap gurunya inilah Marx lahir sebagai nabi bagi kaum sosialis dan aktivis kiri sedunia.
Energi pemikiran Marx dipicu dari dua tokoh yang memengaruhinya yaitu Feaurbach dan Hegel sendiri. Feaurbach adalah tokoh yang sejak awal sudah berseberangan dengan Hegel.
Pertentangan Feaurbach dengan Hegel ini terlontar dalam kritik Feaurbach terhadap pemikiran Hegel. Karakter filsafat idealisme Hegel ditandai adanya konsep roh yang menjadi semacam pusat atau logosentrisme dalam bangunan filsafat Hegel.Â
Seluruh kenyataan, kata Hegel, merupakan satu kejadian besar, dan kejadian ini adalah kejadian roh. Filsafat Hegel sejalan dengan agama - agama, namun Marx dengan dialektika Materialisme-nya menyangkal eksistensi Tuhan. Marx memanfaatkan filsafat Hegel untuk menjelaskan ideologinya sekaligus menguatkan Feaurbach.
Bagi orang bertuhan, alur pemikiran Marx adalah pengingkaran. Meski sebenarnya ia telah melaksanakan koreksi menyakitkan terhadap praktik predator liberalis-imperialis yang sedang jahat-jahatnya ketika itu.Â
Namun Marx melihat manusia yang sejatinya mikro (makro) kosmos multi dimensi dihargai sebagai benda belaka, seperti meja kursi atau hewan peliharaan, yang tak berhak atas kekayaan pribadi dan kapan - kapan dibunuh. Terutama Islam, ajaran Marx jelas pincang. Islam lebih dekat dengan kapitalisme - yang menganjurkan dagang sebagai pintu - pintu rezeki - namun mempersyaratkan keadilan.
Perlawanan terhadap neoliberalisme bukan berarti seseorang tersebut kiri, namun lebih kepada pendekatan dogma dan spirit ekonomi berkeadilan. Marx telah melakukan reduksi dan distrosi nilai aspek kemanusiaan yang luar biasa.Â
Konsep Marx secara langsung telah ikut andil atas lenyapnya nilai-nilai moral dan etis sebagai representasi aspek intelektual dan spiritual hingga menyebabkan maraknya dehumanisasi kehidupan manusia.
Kritikus dunia menilai, fokus kritik Marx hanya tertuju pada masalah produksi dan tidak menyentuh masalah konsumsi (apakah kritik ini muncul karena mereka melewatkan Das Kapital II, saya sendiri bingung).Â
Disebutkan, padahal dalam persoalan ekonomi-khususnya sekarang ini- yang menjadi masalah dalam perspektif kapitalis-neoliberalis bukan hanya terbatas pada masalah overproduksi yang dilakukan oleh kaum kapitalis, melainkan juga overkonsumsi yang dilakukan oleh masyarakat sendiri.
Hingga hari gini, hantu Marx terus bergentayangan untuk merasuki mereka yang 'sok kiri' dan asal beda. Bagi mereka yang mendobrak kemapanan namun gagal menyelam pada esensi kemanusiaan. Ideologi Marx telah lama ketinggalan zaman dan hantu perasuk itu sudah mati bersamaan runtuhnya kolonial-imperialisme. Disusul bubarnya blok Sovyet dan arah kebijakan ekonomi sejumlah negara kiri yang kemudian menyeberang dari Komunisme kepada Kapitalisme.
Hantu Marx mati bersempena habisnya rezim mesin pembunuh dungu macam Pol Pot dan pengikutnya. Yang taklid buta pada Marx, Lenin, Stalin, Mao tapi otaknya kosong, kecuali naluri bunuh dan penyiksaan seorang pedendam sakit jiwa. Besar kemungkinan dia tidak membaca buku Marx apapun. Di Indonesia, hantu Mark - mestinya - sudah lenyap bersamaan dengan larangan ideologi komunisme dan marxisme.
Dan hantu Marx mati sekali lagi, ketika dia makin tak punya tempat untuk merasuki ketika buruh-buruh yang sudah diperlakukan semakin humanis dan memiliki posisi tawar pada upah secara simbiosa mutualis. Serta tidak ada lagi kerja paksa untuk kaum tani. Dengan sejarahnya yang berdarah dan pikirannya yang cacat, buruh dan tani tak butuh komunis sebagai pembela.
Setelah mati dua kali, apakah hantu Marx akan tetap hidup? Tentu saja. Pemikiran Marx bahkan seperti ajaran agama yang selalu dibaca ulang, direinterpretasi dan diperbaharui oleh para pemikir kiri yang lahir setelahnya.Â
Wacana tentang Marxisme justru tidak pernah mengalami stagnasi, tapi selalu mengalami dinamika dan dialektika sesuai dengan arah spirit zaman. Biarkan ia lewat sebagai pergumulan intelektual semata.
Yang dicemaskan adalah, hantu Marx merasuki kaum milenial yang tak mengerti apa - apa. Yang ikut-ikutan bela komunis, tapi hidupnya dari upah kapitalis atau bahkan kapitalis itu sendiri. Yang sok kiri tapi baju, kenderaan dan rumahnya milik pribadi (berani tidak diserahkan kepada Negara dan menjadi milik bersama?) Yang mengaku Pancasilais tapi permisif pada Materialisme anti Tuhan. Kata kuncinya, ajaran Marx hanyalah tentang tesa dan antitesa, ia bukan lagi ideologi yang patut apalagi sesembahan. ***
Muhammad Natsir Tahar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H