Aku adalah manusia ekstrem pengidap Bipolar akut. Dalam sebatang isapan rokok, aku bisa sedemikian riang, antusias dan lalu berubah menjadi pria histeria, pembenci segala hal yang menurutku patut dibenci. Jika Anda seorang pengujar kebencian, maka ujaran kebencianku akan lebih kejam dan merangkum apa saja.
Perubahan mood swing bipolar-ku amat drastis. Saat senang aku sangat antusias tapi jikala bad mood aku bisa over depresi, pesimis, apatis. Kata orang yang sinis padaku, ujung hikayatku hanya diliputi dua hal: bunuh diri atau bunuh orang. O ya!
Baiklah, tidak kuceritakan sisi gembiraku di sini. Aku ingin meneguhkan bahwa aku adalah Manusia Super Pembenci alias Super Hater. Mumpung kosa kata hater sedang masuk jauh ke sanubari para netizen. Sedikit-sedikit hater.
Orang - orang yang berkata benar lagi mencerahkan dicap hater karena ia kritis dan berani bertapak di jalan sunyi kebenaran. Manusia - manusia penghujat yang kosa katanya berasal dari hutan Amazon lalu berbicara setingkat knalpot, juga disebut hater karena hatinya berkarat plus tak tahu adat. Tidak ada bedanya.
Aku mulai buka saja Kotak Pandora kebencianku. Pertama untuk orang kurus. Makhluk jenis ini menurutku patut dibenci. Teristimewa kepada yang super kurus. Aku akan memaafkan si kurus karena ia penyakitan atau karena sistem metabolisme tubuhnya tinggi, atau memang takdir ilahi.
Selain itu tidak ada excuse. Oleh otak rusakku, orang kurus terdefinisi sebagai manusia peleceh raga. Mereka membiarkan belulangnya hanya terbungkus kulit tipis demi untuk satu trend semasa yang dipaksakan oleh perancang mode sok tahu. Jin Ifrit mana yang sudah membisikkan ke telinga mereka bahwa kurus kering itu cantik, dan yang lain buruk?
Di antara mereka bahkan terhinggap pencitraan diri yang menyimpang semacam Anorexia Nervosa atau Bulimia Nervosa, katakanlah begitu. Kegilaan ini umumnya menyerang wanita obsesif dan segelintir pria metroseksual yang penurut. Mereka makan lalu memuntahkan apa saja yang mengandung kalori demi menjaga berat badan.
Maafkan aku hai orang kurus sedunia, karena mereka inilah aku membenci Anda semua. Jika melihat orang kurus, imajiku berkeliaran untuk mencari pembenaran bahwa kalian layak dibenci.
Misalnya, aku membayangkan sebuah halte yang penuh sesak, lalu ada seorang perempuan hamil tua yang kebetulan tidak mendapat tempat duduk. Jika di antara sederet orang yang duduk di halte itu ada yang kurus, maka dipastikan si kurus adalah orang yang paling tidak mungkin mampu membantu perempuan tadi untuk mengambil alih posisi duduknya, karena ia pasti menyisakan ruang yang telalu sempit. Ah, otakku sangat keterlaluan.
Substansi! Lebih dari itu kenapa aku membenci orang kurus adalah karena mereka metafora ketertindasan dan ciri khas bangsa terjajah. Potret kerja paksa Rodi dan Romusha menampilkan sosok - sosok ringkih dan kurus kering. Manusia-manusia penunggu mati yang berbaris di Kamp Konsentrasi Nazi adalah kulit - kulit pembalut tulang. Mangsa - mangsa kelaparan dan kemiskinan di Somalia atau Ethiopia berbicara lewat foto - foto mereka yang super kurus.
Kekurusan mendominasi pikiranku tentang bangsa lemah, yang tertindas, yang kalah dan yang mati konyol. Kita harus kuat, kita harus bangkit, kita harus melawan segala bentuk penjajahan.
Tidak perlu kurus, tidak perlu menghiba, tidak perlu membungkuk. Tidak perlu terkagum - kagum pada trend dunia mode yang menjajah, tidak perlu antre berbaris - baris untuk sekadar berebut gawai atau film box office terbaru.
Hai para hedonis, untuk apa kalian membelanjakan sedemikian banyak uang demi sebentuk kesemuan gaya hidup? Untuk apa berjingkrak - jingkrak hingga mati terinjak - injak dalam rangka mengerumuni sebuah panggung pertunjukan? Pelan - pelan saja, hidup tidak semonyet itu.
Selanjutnya giliran orang gemuk. Untukmu kaum obesitas, percuma saja kalian menutupi gelambir itu dengan pakaian serba hitam. Menurutku tidak berpengaruh apa - apa. Karena logiku selalu mendahului visualisasi kamuflase yang kalian ciptakan. Baju hitam, ya gemuk, titik. Alasanku membenci orang - orang berlemak karena otak mereka selalu menempel pada makanan. Kulkas mereka selalu penuh.
Mereka kadang - kadang berbicara, namun yang terhambur dari moncong mereka tidak hanya udara dan ludah, tapi juga serpihan makanan. Di bis kota yang padat atau di dalam lift, orang - orang gemuk selalu dibenci.
Boleh bertaruh, tukang becak mana yang suka mengangkut orang gemuk. Orang gemuk juga adalah maskot lucu - lucuan untuk film - film komedi. Ingat, ini semata pendapat pribadiku, seorang pria pemilik gelar PhD, singkatan dari Person head Damage (terjemahan Tarzan-nya: manusia berkepala rusak).
Ini poinnya. Orang gemuk menurutku adalah menhir kerakusan. Koruptor kerap divisualisasikan sebagai pria tambun dengan perut buncit dan kepala botak. Tanpa disadari kita semua adalah para pembayar pajak lalu anak cucu kita adalah pewaris utang ribuan triliun sambil kekayaan negerinya terus dihisap hingga kerontang. Dan uang itu sebagian telah membuat badan para koruptor semakin gemuk.
Begitu jahatnya tindakan korupsi, mereka melakukan ekstra ordinary crime yang lebih kejam dari pembunuhan. Karena mereka tidak hanya membunuh satu dua orang, tapi mampu membunuh masa depan ratusan juta anak bangsa ini. Orang - orang ini, tidak punya peta masa depan untuk anak cucu bangsa ini. Mereka bicara tentang kegemukan hari ini, tentang sesuatu yang bisa ditumpuk dan diwariskan kepada kalangan sendiri.
Orang - orang gemuk di gelanggang birokrasi bermufakat jahat dengan orang - orang gemuk di lembaga legislatif untuk menggemukkan anggaran belanja rutin, agar mereka semakin tambun. Orang - orang gemuk di sektor korporasi menyogok aparat dan penentu kebijakan hingga rekening mereka gemuk - gemuk.
Orang-orang gemuk lainnya, menciptakan trendsetter dan mendiktekan segala jenis kebutuhan spesies bernama manusia bahkan hewan dan tumbuhan. Mereka, para neo imperialis itu tidak akan pernah berhenti menjajah dengan cara paling halus yang mereka bisa.
Agen - agen neolib menggemukkan tubuh - tubuh pecundang pemilik kuasa terlebih dahulu, sebelum mereka menguras habis deposit yang terkandung di perut bumi pertiwi. Lalu orang - orang gemuk pengendali negeri ini atau yang berwajah politisi, dengan mulut berbusa yang penuh dengan sisa makanan saban waktu berkhotbah kepada orang - orang kurus tentang pentingnya kerja keras.
Maka kebencianku kepada orang - orang gemuk adalah karena rasa marahku pada keberingasan dan hegemoni yang mereka hunuskan terhadap orang - orang kurus. Sedangkan kebencianku kepada orang kurus karena kemalasan dan ketidakberdayaan mereka melawan tekanan zaman.
Terakhir, aku membenci orang berperawakan sedang, tidak kurus dan tidak gemuk. Mereka mewakili para safety player. Pencari aman yang dengan leluasa masuk ke butik lalu mencoba aneka baju di fit room tanpa kuatir kekecilan atau kebesaran.
Mereka jauh - jauh hari telah mengamankan ukuran postur mereka atas teror ketidaknyamanan apapun. Sekali - kali yang agak lebay dari mereka akan memamerkan six pack atau pusar yang ditindik dengan cara yang aneh.
Tidak sedikit dari makhluk berperut rata ini adalah para pemburu ijazah, lalu mengabdi di perusahaan asing yang telah menguras kekayaan negerinya untuk menjadi middle leader dengan gaji Dolar, lalu berhenti di situ sampai mati.
Mereka mengambil jalan hidup kelas menengah, tinggal di real estate yang nyaman dan ber-cluster kemudian beranak pinak. Mereka rutin tertawa dan bercanda sampai langit runtuh. Jikapun langit runtuh dan mereka dinyatakan selamat, maka mereka akan ber-selfie ria di atas reruntuhan tersebut.
Sebagian lagi akan sedikit berkeringat agar lulus tes atau menyuap seseorang untuk bisa jadi pegawai negeri. Hidup mereka aman nyaman hingga kakek nenek. Terkadang datang ke kantor hanya untuk mengisi absen, bermain smartphone atau membaca judul - judul Koran.
Atasan - atasan mereka korupsi, ya silakan, asal mereka bisa duduk - duduk santai di kedai kopi atau keluar masuk mall pada jam kantor, serta gaji dan tunjangan selalu utuh. Karena mereka yakin, negara tidak mungkin berhenti membayar gaji dan tunjangan, meskipun harus menumpuk utang. Di antara mereka bahkan sedang menunggu giliran, kapan waktunya jemari mereka diberi daulat untuk mengutak-atik anggaran negara lantas segera manjadi manusia gemuk berikutnya.
Mereka mampu mengkritik tapi mereka diam. Mereka memahami fenomena sosial, penindasan, ketidakberdayaan, tapi bungkam. Mereka adalah barisan bebek - bebek cuek yang anggun. Mereka logis, pragmatis dan apatis sekaligus tidak berguna untuk membuat perubahan apapun pada bangsa ini.
Maka biarlah aku menjadi pengujar kebencian yang paling kejam untuk ketiga jenis manusia ini. Termasuk membenci ketidaksempurnaanku sendiri, tidak tahu sebagai apa. Aku berbicara lewat bait - bait yang entah dimengerti atau tidak. Apakah aku berguna? Tombol hijaunya ada di tangan Anda.
Sebentar. Tidak adil rasanya jika aku sendiri yang terbebas dari kutukan. Maka untuk menyenangkan Anda semua, aku akan mengambil peran paling jahat. Aku adalah lelaki tanpa raga. Aku bisa masuk ke tubuh si kurus, si gemuk  dan manusia six pack tergantung apa keperluanku.
Aku puas mengadaptasi semua bentuk kejahatan dan kebodohan yang mereka lakukan, sepuas Anda menilaiku sebagai seorang hipokrit, oportunis atau sebagai lelaki pembisik yang paling dikutuk seantero ukuran postur apapun. Jika Anda sedang membayangkan neraka Jahanam, maka letakkan aku di dasar terdalam. Demikian. ***
Muhammad Natsir Tahar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H