Dan angsa - angsa Kanada itu kembali ke danau. Pada hari - hari yang hangat dan malam - malam yang sangat dingin, mereka berburu ikan kecil atau ganggang laut lalu memenuhi udara dengan suara mereka yang serak. Sejurus kemudian, mereka melesat ke udara dengan formasi huruf V yang anggun menuju selatan.
Setahun sebelum ini Lee Kravitz seorang jurnalis Amerika berprestasi, ingin terbang bersama angsa itu untuk melupakan kehidupannya yang tak lagi masuk akal dan hubungan yang sedang berjarak dengan atasan untuk kemudian dipecat.
Lee tak tidur nyenyak pada malam berangin di desanya. Ketika memorinya sedang menapaktilasi seluruh nafas yang telah ia hembuskan sejak dosa - dosa mulai dicatat. Tentang bagaimana kelak dengan tumpukan salah dan hal - hal yang tak selesai. Tak hanya soal hubungannya dengan Tuhan tapi kepada umat manusia dan alam.
Lee membayangkan di Mesir kuno, jantung orang yang meninggal akan ditimbang untuk menentukan apakah arwah tersebut akan lolos memasuki kehidupan setelah mati, atau tertahan dan tak punya tempat. Jantung yang lebih berat dari sehelai rambut karena dosa, akan terhambat. Ia juga sedang diteror oleh kutbah kematian yang berbunyi: kita sedang berada dalam Antrean Kematian dan kita semua sekarat. Kita semua terdesak dan bisa meninggal kapan saja. Apa jaminanmu untuk hidup setahun lebih lama?
Lee yang terdesak segera memikirkan daftar tentang hal - hal yang tak tuntas. Ia kemudian menyusun daftar 10 Hal yang Sangat Penting. Perjalanan penuh drama dan tak terduga - duga ia rangkum dalam sebuah buku The Ultimate Happiness (Important To Do List Before You Die).Hal - hal penting yang ia mesti lakukan sebelum wafat adalah demi menutup bolongan puzzle hidupnya yang tak sempurna. Yang membuatnya hampa, ketakutan dan bekerja secara kompulsif, mendahulukan rutinitas harian di atas segalanya.
Dalam daftar tentang hal - hal tak tuntas itu, Lee memulai nafak tilas tentunya tidak dengan mesin waktu dalam serial Quantum Leap untuk mencegah semua hal yang buruk terjadi, tapi Lee mendatangi kembali masa lalunya dan memperbaiki apa - apa yang tampak rusak.
Setahun penuh ia curahkan untuk mencari sanak saudaranya yang tercerai berai, menyembuhkan luka keluarga, memberi maaf pada musuh lama, memenuhi janji yang tertunda pada bocah Kenya, mencari karib lama yang pernah berpetualang bersamanya di Iran, apakah ia telah mati atau masih hidup dan mengatakan bahwa ia sangat ingin sekali membantunya menyelesaikan sekeping urusan di antara mereka yang tertunda.
Setahun penuh Lee memperbaiki semua masa lalunya, menemukan keping - keping puzzle yang hilang dan mendapati seluruh hidupnya sempurna. Hal - hal yang tertunda, janji - janji yang tak tertepati, utang yang tak sempat dibayar dan penyesalan - penyesalan silam sudah ia tunaikan semua, seolah siap wafat besok pagi.
Kita tidak tahu, sepanjang hidup ini telah pernah melukai siapa, membuat harapan - harapan yang ditagih seseorang di dalam batinnya, yang tak terucapkan, dosa - dosa tak sengaja yang kita lupakan begitu saja, cita - cita masa silam yang tak terwujud. Bagaimana jika kita mulai membuat daftar hal - hal yang tak tuntas, untuk kemudian diselesaikan dalam kurun setahun di depan. Pekerjaan penting seperti mematikan api dalam sekam atau menghentikan detak bom waktu, sebaiknya menjadi prioritas.
Restorasi 2018 sebentar lagi dikumandangkan. Orang- orang lebih banyak menghadap ke depan ingin begini dan begitu, tapi lupa untuk melengkapi masa lalu. Mendatangi siapa saja dari masa lalu ketika batin kita merasa berdosa kepada mereka, meminta kemaafan, meluruskan kata - kata bahkan bentakan yang telah diterima secara salah, sengketa  - sengketa ringan, purbasangka hingga kepada niat - niat untuk menolong orang lain tapi tak kesampaian.
Tentunya kita akan menghadapi hambatan psikologis dan rasa tak bersalah. Nabi Muhammad yang memiliki derajat kesucian dan akal budi tertinggi telah memberi contoh. Ketika akan wafat beliau sempat bertanya, apakah ia pernah menzalimi seseorang dan mempersilakan mereka untuk membalas.
Einstein berkata, umat manusia adalah bagian dari keseluruhan yang kita sebut Alam Semesta, bagian yang dibatasi ruang dan waktu. Namun kita mengalami pemikiran dan perasaan sebagai sesuatu yang terpisah. Einstein menyebut cara pandang egosentris manusia di dunia ini sebagai sejenis delusi optik.
Delusi optik ini bagai penjara karena kita berpikir dan merasakan hanya melalui satu lensa, yakni lensa kita sendiri. Lensa yang terbatas dan parsial. Kita merasa sempurna, padahal sudah melewatkan banyak hal. Adalakanya lensa ini bisa diperlebar untuk memberi jangkauan yang lebih luas pada kehidupan dan merangkul lebih banyak makhluk hidup. Dengan memegang janji, mengubur kebencian, memperbaiki hubungan, seperti dulu kita pernah memarahi seseorang dan lupa meminta maaf karena gengsi atau merasa lebih tinggi. Secara keseluruhan memperbaharui agenda -- agenda masa lalu yang belum sempat kita lunaskan.
Lee sebelum ini adalah seorang workaholicapatis yang ingin terbang bersama angsa Kanada untuk membentuk formasi V. Usai dipecat dan kembali ke desa, ia memasuki fase pertobatan. Ini dilakukan dengan cara yang hebat dan tidak banyak dilakukan orang - orang. Lee berkelana melintasi benua untuk mencari dan memperbaiki masa lalunya. Dengan demikian Lee merasa hatinya sudah kaya, ringan tanpa beban, dan hidupnya demikian lengkap. Berani seperti Lee? ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H