Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sempurnakan Puzzle Anda Sebelum Wafat

2 Desember 2017   16:58 Diperbarui: 2 Desember 2017   21:29 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.oneclearmessage.co.za

Dan angsa - angsa Kanada itu kembali ke danau. Pada hari - hari yang hangat dan malam - malam yang sangat dingin, mereka berburu ikan kecil atau ganggang laut lalu memenuhi udara dengan suara mereka yang serak. Sejurus kemudian, mereka melesat ke udara dengan formasi huruf V yang anggun menuju selatan.

Setahun sebelum ini Lee Kravitz seorang jurnalis Amerika berprestasi, ingin terbang bersama angsa itu untuk melupakan kehidupannya yang tak lagi masuk akal dan hubungan yang sedang berjarak dengan atasan untuk kemudian dipecat.

Lee tak tidur nyenyak pada malam berangin di desanya. Ketika memorinya sedang menapaktilasi seluruh nafas yang telah ia hembuskan sejak dosa - dosa mulai dicatat. Tentang bagaimana kelak dengan tumpukan salah dan hal - hal yang tak selesai. Tak hanya soal hubungannya dengan Tuhan tapi kepada umat manusia dan alam.

Lee membayangkan di Mesir kuno, jantung orang yang meninggal akan ditimbang untuk menentukan apakah arwah tersebut akan lolos memasuki kehidupan setelah mati, atau tertahan dan tak punya tempat. Jantung yang lebih berat dari sehelai rambut karena dosa, akan terhambat. Ia juga sedang diteror oleh kutbah kematian yang berbunyi: kita sedang berada dalam Antrean Kematian dan kita semua sekarat. Kita semua terdesak dan bisa meninggal kapan saja. Apa jaminanmu untuk hidup setahun lebih lama?

Lee yang terdesak segera memikirkan daftar tentang hal - hal yang tak tuntas. Ia kemudian menyusun daftar 10 Hal yang Sangat Penting. Perjalanan penuh drama dan tak terduga - duga ia rangkum dalam sebuah buku The Ultimate Happiness (Important To Do List Before You Die).Hal - hal penting yang ia mesti lakukan sebelum wafat adalah demi menutup bolongan puzzle hidupnya yang tak sempurna. Yang membuatnya hampa, ketakutan dan bekerja secara kompulsif, mendahulukan rutinitas harian di atas segalanya.

Dalam daftar tentang hal - hal tak tuntas itu, Lee memulai nafak tilas tentunya tidak dengan mesin waktu dalam serial Quantum Leap untuk mencegah semua hal yang buruk terjadi, tapi Lee mendatangi kembali masa lalunya dan memperbaiki apa - apa yang tampak rusak.

Setahun penuh ia curahkan untuk mencari sanak saudaranya yang tercerai berai, menyembuhkan luka keluarga, memberi maaf pada musuh lama, memenuhi janji yang tertunda pada bocah Kenya, mencari karib lama yang pernah berpetualang bersamanya di Iran, apakah ia telah mati atau masih hidup dan mengatakan bahwa ia sangat ingin sekali membantunya menyelesaikan sekeping urusan di antara mereka yang tertunda.

Setahun penuh Lee memperbaiki semua masa lalunya, menemukan keping - keping puzzle yang hilang dan mendapati seluruh hidupnya sempurna. Hal - hal yang tertunda, janji - janji yang tak tertepati, utang yang tak sempat dibayar dan penyesalan - penyesalan silam sudah ia tunaikan semua, seolah siap wafat besok pagi.

Kita tidak tahu, sepanjang hidup ini telah pernah melukai siapa, membuat harapan - harapan yang ditagih seseorang di dalam batinnya, yang tak terucapkan, dosa - dosa tak sengaja yang kita lupakan begitu saja, cita - cita masa silam yang tak terwujud. Bagaimana jika kita mulai membuat daftar hal - hal yang tak tuntas, untuk kemudian diselesaikan dalam kurun setahun di depan. Pekerjaan penting seperti mematikan api dalam sekam atau menghentikan detak bom waktu, sebaiknya menjadi prioritas.

Restorasi 2018 sebentar lagi dikumandangkan. Orang- orang lebih banyak menghadap ke depan ingin begini dan begitu, tapi lupa untuk melengkapi masa lalu. Mendatangi siapa saja dari masa lalu ketika batin kita merasa berdosa kepada mereka, meminta kemaafan, meluruskan kata - kata bahkan bentakan yang telah diterima secara salah, sengketa  - sengketa ringan, purbasangka hingga kepada niat - niat untuk menolong orang lain tapi tak kesampaian.

Tentunya kita akan menghadapi hambatan psikologis dan rasa tak bersalah. Nabi Muhammad yang memiliki derajat kesucian dan akal budi tertinggi telah memberi contoh. Ketika akan wafat beliau sempat bertanya, apakah ia pernah menzalimi seseorang dan mempersilakan mereka untuk membalas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun