Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Setidaknya Jadilah Setengah Teddy Bear

29 Oktober 2016   08:45 Diperbarui: 29 Oktober 2016   11:15 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: ichef.bbci.co.uk

Ia adalah bagian dari enam generasi yang mewarisi pelbagai penyakit degeneratif parah. Sejak lahir pemuda ini sudah mengalami serangan asma bronkial yang disebabkan pembengkakan selaput lendir dengan sekresi yang akut. Ia juga rabun dan tulang – tulangnya begitu rapuh.

Episode tersebut terjadi selama masa anak – anak pada interval yang tinggi. Ia sering tiba - tiba terbangun dari tidur nyenyaknya dengan terengah - engah, sesak napas, dan wajahnya pucat membiru. Erangan - erangan halus sering menemani hari – harinya. Pesakit kecil ini kelelahan dan tidak bisa bernapas ketika berbaring. Saluran ususnya juga sangat sensitif sehingga begitu terbatuk, celananya segera dikotori oleh tinja cair.

Perkembangan fisiknya terganggu. Tubuhnya kecil, pucat dan kerempeng. Penderitaannya dilengkapi dengan kaki kurus, mata biru lebam dan rambut berpasir. Giginya menonjol, ortodontik dan akan disembunyikan dengan kumis walrus di kemudian hari agar ia bisa nyaman mendekati wanita muda. 

Ia gagal tumbuh sebagai pria di atas kursi roda dengan kacamata bulat setebal alas botol, di mana orang – orang akan memaklumkan kondisi itu. Karena sejak kecil ia dipeluk oleh malaikat sebagai ayah kandungnya. Sang malaikat mengatakan: “Percuma saja engkau belajar keras kalau tubuhmu rapuh. Kendaraan pribadimu yang lemah itu tak akan pernah bisa membawamu ke masa depan yang engkau impikan lewat sekolah.”

Dengan lembut sang ayah mendorong pemuda ini untuk membangun tubuhnya secara sistematis di gimnasium pribadi di teras rumah mereka. Ia membuat lompatan kuantum setelah bertahun – tahun berlatih dengan sangat keras. Bentuk dadanya yang sempit perlahan berubah menjadi berotot dan bidang.

Kelemahan lain datang dari rabun jauh ekstrem. Ini pun agak terlambat diketahui karena ia tidak pernah belajar di sekolah formal mengingat fisiknya lemah. Dengan kacamata berlensa tebal ia berlatih menembak sampai mahir. Bahkan terobsesi membangun keunggulan dalam permainan dan olahraga yang menyerukan kekuatan, ketahanan dan keterampilan seperti tinju, gulat, mendayung, berkuda dan mendaki gunung. Ia bahkan menjadi petenis yang andal bahkan judo, karate dan renang dilahapnya.

Berkat kerja kerasnya dalam belajar ia pun diterima bersekolah di Harvard sebelum belajar hukum di Columbia Law School.

Pemuda itu bernama Teddy sang pemburu. Ia senang berburu beruang sehingga darinya terlahir boneka Teddy Bear. Konon nama Teddy Bear berasal dari kejadian saat Teddy bepergian berburu beruang di Mississippi. Ada beberapa pemburu yang saling berkompetisi, dan sebagian besar sudah berhasil mendapat buruannya, sementara Teddy belum.

Pembantu Teddy berhasil menggiring dan mengikat seekor beruang hitam yang terluka di pohon Gandarusa setelah pengejaran yang panjang dan melelahkan. Mereka memanggil Teddy dan menyarankan untuk menembaknya. Namun Teddy menolak atas alasan tidak sportif dan meminta agar hewan tersebut dirawat saja ketimbang dimatikan dengan cara konyol.

Kisah dramatis ini pun tersiar kemana – mana. Teddy Bear dibuat pertama kali secara simultan oleh pengrajin mainan Morris Michtom di Amerika Serikat dan Richard Steiff di Jerman pada awal abad ke-20. Boneka Teddy Bear menjadi mainan ikonik, disebarkan ke dunia dalam cerita anak, lagu dan tentu saja difilmkan.

Namun ia kurang suka dipanggil Teddy tapi lebih senang disebut T.R sebagai singkatan dari Theodore Roosevelt. Nama ini juga diabadikan pada sebuah kapal induk pesawat tempur Amerika Serikat : USS Roosevelt.

Selain dikenal sebagai inspirator Teddy Bear, ia juga merangkap sebagai Presiden Amerika Serikat terbaik sepanjang masa dan menjabat dua kali. Menjadi penengah antara faktor - faktor ekonomi yang bertentangan di Amerika, terutama antara golongan majikan dan buruh. Menjamin keadilan bagi setiap orang dan tidak berat sebelah.

Sebagai presiden "pemimpin rakyat", T.R harus mengambil tindakan apapun demi kepentingan rakyat kecuali tindakan - tindakan yang dengan tegas dilarang hukum atau konstitusi.

Presiden Theodore Roosevelt menjaga supaya perusahaan - perusahaan besar tidak sampai mempermainkan politik dan ia memaksakan pembubaran konglomerasi yang melanggar undang-undang antimonopoli. Pada 1905, T.R menenangkan hadiah Nobel Perdamaian karena berhasil mengakurkan Rusia dan Jepang yang sedang berperang. Ia juga tercatat sebagai presiden termuda dalam sejarah Amerika selain sebagai pemburu, peternak, penjelajah, pecinta alam serta seorang prajurit, naturalis, dan penulis.

Ia dengan lebih giat melibatkan Amerika Serikat dalam politik internasional. Dan ini kalimat penutupnya: Theodore Roosevelt sering mengutip sebuah peribahasa, berbicaralah dengan lemah lembut, tapi jangan lupa membawa pentungan yang besar. Akankah kita terutama pemuda penerus estafet kepemimpinan di negeri ini terinspirasi dari kisah heroiknya? Paling tidak hanya untuk menjadi setengah Teddy. Selamat Hari Sumpah Pemuda. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun