Ya Azhiim, Yang Maha Agung. Sungguh kami telah bermegah-megah dalam dunia ini. Selalu lupa hari esok tentang penantian panjang menuju hisab. Akankah kami segera terlontar ke neraka untuk dipanggang di atas bejana penyiksaan terlebih dahulu baru kemudian diterima di surgaMu, atau justru kekal di dalamnya. Naifnya, kami bahkan tak mengambil berat tentang itu.
Kami menjadikan agama sebagai ajang perdebatan. Kami menjadikan agama sebagai seremonia tanpa makna. Kami menjadikan identitas dan pernik Islami sebagai penegasan bahwa kamilah calon surga. Kami secara instan dengan mudah memvonis kafir kepada siapa saja yang berada di luar pemahaman kami akan ayat-ayat.
Atau kami tidak menjadi apa-apa atas agama. Keislaman kami hanya tertulis pada kartu identitas, untuk selanjutnya disebut agen sekuler yang alergi atas hukum Tuhannya sendiri lalu berlutut pada risalah-risalah peninggalan Belanda. Kami menyuburkan riba dan menghindar sedekah. Jika pun harus menyumbang ke masjid, kami dengan megah memilih kotak amal yang berjalan ketimbang diam-diam menyelipkannya di kotak amal yang selalu ada di sudut atau di pintu masjid. Selain untuk dilihat, kami menutupi dengan tangan tentang apa yang kami sumbangkan karena takut ketahuan bahwa jumlahnya terlalu receh.
****
Ya Hafizh, Yang Maha Memelihara. Sesungguhnya kami telah menjadi umat akhir zaman yang menggelikan. Kami benar-benar telah menjadi makhluk paling canggih sejak berjibaku di sosial media. Selain memotret makanan, kami pun acap berdoa kepadaMu lewat dinding Facebook. Kami merintih atau memuji dengan memanggil-manggil namaMu melalui posting-posting, bukan lagi dengan cuapan bibir dan getar hati di bentang sajadah. Seolah-olah Engkau sangat setia mem-following kami dan selalu ada dalam daftar pertemanan setiap orang.
Ya Allah, peliharalah kami dari fitnah akhir zaman. Jagalah kami dari hujan informasi terkutuk lagi menyesatkan yang berlalu lalang tiap detik dari telepon genggam kami. Berilah kami kekuatan dan kecerdasan untuk menapis mana yang baik dan mana yang buruk. Jadikan kami kalifah dari kemajuan zaman, paling tidak untuk diri dan keluarga terdekat kami, bukan semak belukar mencemaskan yang menghidangkan dirinya untuk dibakar kelak.
Ya Fattaah, Yang Maha Pembuka Rahmat. Bahwa ibadah kami tidaklah pernah cukup untuk menebus surgaMu, meski seluruh gerak hidup kami yang singkat ini dinilai sebagai ibadah. Curahkanlah rahmatMu di hari yang fitri ini dengan pengampunan dan keridhaanMu. Jika surga dan neraka tidak pernah Engkau ciptakan, masih inginkah kami beribadah kepadaMu? ***