Secara “tersistem”, bunga–bunga yang baru terus mengalir dari kantung–kantung kemiskinan, menggantikan bunga yang sudah layu dan tercampakkan. Jika tidak ada upaya preventif untuk mencegah hal ini, maka sepanjang hari kita akan terus menyumpah Bunga yang melenggang di jalan–jalan, di ruang–ruang publik. Mulailah terus bertanya ke dalam batin, anak gadis mana yang pernah bercita–cita menjadi pelacur?
Pengecualian dari Bunga adalah gadis hedonis yang tak pernah tercukupkan. Tuntutan gaya hidup membuat mereka dengan sukarela terjun ke bisnis prostitusi. Atau wanita nymphomaniac yang sengaja berselancar dalam dunia syahwat berbayar. Sambil menyelam, minum air.
Kaum penjaja seks high class dari kalangan artis yang tertangkap tangan menjadi preseden buruk dan trendsetter bagi para wanita muda yang melirik peluang untuk memenuhi tuntutan hidup dengan bisnis ini. Tidak sedikit dari wanita belia di Batam melakukan swakelola bisnis prostitusi dengan memajang foto mereka di daring sosial yang langsung terhubung ke smartphone siapa saja, melalui teknologi people nearby.
Lalu bagaimana kita menyikapi fenomena dilematis ini? Adakah yang bisa dilakukan untuk menumbangkan bisnis gergasi tertua lagi perkasa ini? Sedangkan Daud sudah pun melawan Jalut. ~MNT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H