Imperium Melayu Klasik dan Masuknya Islam di Tanah Melayu
Batam dalam Hegemoni Kolonial
Ketemenggungan Bulang
Kedudukan Temenggung di Bulang bermula sejak 1722 hingga 1819. Tokoh sentral pada fase ini bernama Temenggung Abdul Jamal putera Tun Abbas seorang Dato’ Bendahara dari Johor.
Sekelumit Peta Pelayaran VOC 1675 dan Traktat London 1824
Dalam lembaran sejarah nasional, nama Batam tidak banyak disebut. Namun ahli sejarah lokal meyakini, manuskrip dan berkas-berkas bernilai sejarah yang menyebut tentang Batam baik yang ditulis oleh pujangga Melayu seperti Raja Ali Haji dan penulis asing dari Belanda banyak tersimpan di Perpustakaan Leiden bahkan juga ada yang diperjualbelikan di bawah tangan. Nama Batam paling tidak pernah tertulis dalam Peta Pelayaran Kapal Dagang VOC pada tahun 1675 selain juga termaktub dalam dokumen Traktat London pada tahun 1824.
Mandat kepada Raja Isa di bawah YDMR – Kerajaan Riau Lingga
Sebuah Surat Mandat yang menjadi daulat kepada Raja Isa untuk memerintah Nongsa dan rantau berhampiran menjadi titik penting bermulanya sistem pemerintahan di Batam. Momen ini kemudian diabadikan sebagai Hari Jadi Kota Batam.
Tapak – tapak pembangunan Pulau Batam dari Laporan G.J. Schot
Dari jurnal De Battam Archipel yang dibuat seorang ambtenaar pemerintah kolonial Belanda bernama J.G. Schot pada 1882 ditulis secara rinci adanya jaringan jalan setapak yang menghubungkan kampung-kampung tua di Batam. Disebutkan bahwa jaringan jalan tersebut direncanakan pada masa kepemimpinan Raja Isa.
Lahirnya Kampung – kampung Tua
Secara alami sejak bermulanya sistem pemerintahan tradisional pra kemerdekaan, di Batam mulai muncul kampung-kampung pesisir yang pernah dibuka oleh para kerabat di Raja Kesultanan Riau Lingga hingga rakyat jelata. Beberapa nama kampung tua tersebut sebagian besar masih digunakan hingga sekarang dan eksistensinya tetap dipertahankan.
Manusia Batam dan Fenomena Suku Primitif
Batam tercatat sebagai bagian dari imperium Kesultanan Riau Lingga yang penduduknya disebut sebagai orang Melayu. Adanya asimilasi Melayu – Bugis dan kemudian membaur bersama suku-suku lainnya secara alami sudah terjadi di masa-masa awal. Selain itu arkheolog dan sejumlah saksi sejarah menemukan dan mencatat fenomena suku-suku primitif yang pernah mendiami tanah Batam di antaranya Suku Pedalaman Hutan, Sakai, Mantang, Jakun dan Benan. Sementara di wilayah perairan terdapat Suku Laut yang masih eksis hingga saat ini.
Industrialisasi Klasik Raja Ali Kelana dan Perkembangan Singapura
Sebelum industrialisasi modern dibuka, Batam yang strategis juga pernah dijadikan basis industrialisasi klasik untuk memasok kebutuhan bagi Singapura dan sekitar Kepulauan Riau. Beberapa di antaranya adalah pabrik pembakaran arang, pengolahan sagu gambir serta yang paling fenomenal adalah pabrik bata dengan merk “BATAM” yang dikelola oleh Raja Ali Kelana.
District van Batam di Pulau Buluh
Setelah Kedaulatan Nongsa, di Pulau Buluh terdapat sistem pemerintahan baru yang dipimpin oleh seorang Amir. Oleh Belanda wilayah ini disebut sebagai District van Batam yang kemudian berlanjut menjadi ibukota kecamatan pasca kemerdekaan.
Patriotisme Pahlawan Melayu – Bugis
Kisah Dramatis di Zaman Penjajahan Jepang