Kerupuk rambak kulit kerbau, meskipun lebih dikenal di Kudus, bukanlah makanan yang hanya ditemukan di kota ini. Sebagai salah satu jenis kerupuk yang sudah ada sejak zaman Mataram Kuno, kerupuk rambak juga dapat ditemukan di berbagai daerah lain di Indonesia, seperti Kendal dan Tulungagung. Namun, meskipun kerupuk rambak kulit kerbau juga populer di daerah-daerah lain, Kudus dapat dianggap sebagai tempat yang paling awal dalam pengembangan kerupuk kulit kerbau, berkat kebijakan Sunan Kudus yang memilih kerbau sebagai pengganti sapi dalam ibadah qurban.
Kerupuk rambak kulit kerbau sendiri sudah ada di Jawa sejak abad ke-9 atau ke-10, sebagaimana tercatat dalam prasasti Taji di Ponorogo yang berasal dari masa kerajaan Mataram Kuno (Wikipedia). Kerupuk rambak ini kemudian menyebar ke berbagai wilayah pesisir Jawa, Kalimantan, Sumatera, hingga Semenanjung Malaya, yang menunjukkan betapa luasnya pengaruh kuliner ini dalam sejarah nusantara.
Pelestarian Kerupuk Kulit Kerbau di Era Modern
Meskipun kerupuk rambak kulit kerbau telah ada sejak zaman Sunan Kudus, tantangan terbesar yang dihadapi oleh industri kerupuk rambak kulit kerbau saat ini adalah proses pembuatan yang rumit dan membutuhkan keterampilan tinggi. Namun, melalui usaha yang dilakukan oleh keluarga Hardiwijoyo, dengan merek EYANG KRIUK, kerupuk kulit kerbau tetap bertahan dan berkembang hingga generasi keempat. Banyak generasi muda di Kudus yang terlibat dalam produksi kerupuk rambak kulit kerbau, menjaga agar tradisi ini tetap hidup di tengah zaman modern.
Kerupuk rambak kulit kerbau di Kudus tidak hanya sekadar camilan gurih, tetapi juga merupakan bagian dari warisan sejarah dan budaya yang mendalam. Terlepas dari kenyataan bahwa kerupuk ini juga dikenal di daerah lain seperti Kendal dan Tulungagung, Kudus tetap menjadi tempat yang memiliki tradisi panjang dalam memproduksi kerupuk rambak kulit kerbau. Dengan mengedepankan nilai-nilai toleransi yang diwariskan oleh Sunan Kudus, kerupuk rambak kulit kerbau menjadi simbol dari kekayaan kuliner yang harus terus dijaga dan dilestarikan. Melalui usaha keluarga Hardiwijoyo, kerupuk kulit kerbau terus berkembang, dan tetap menjadi bagian dari identitas kuliner Kudus yang tak ternilai harganya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H