Ketika anak saya masih duduk di kelas 4 SD, begitu masuk rumah sepulang sekolahnya langsung menangis. Usut punya usut pekerjaan rumahnya hanya mendapatkan nilai 9, ada satu jawaban yang salah menurut gurunya.Â
"Pekerjaan utama ayah di rumah itu mengasuh anak kan, Pak," katanya.
Saya benarkan saja pernyataannya. Meski saya tahu, akan muncul pertikaian dalam pikirannya yang masih polos itu.Â
Saya menduga pasti akan pertanyaan susulan, paling sederhana menyalahkan gurunya, setidaknya menuduh tak cukup luas pengetahuannya. Merendahkan guru sungguh tak baik ujungnya.
Maka tentu saja ini akan menjadi tidak mudah. Bagaimana caranya menjelaskan komnsep-konsep besar dalam ilmu sosial kepada anak kelas 4 SD yang sedang menghadapi kegalauan dengan jawaban yang menurutnya benar, empiris karena memang saya selalu terlibat dalam pengasuhan anak, tetapi gurunya menyalahkan begitu saja, dan menyebabkan tak mendapatkan nilai 10.
Traditional Fatherhood
Guru anak saya itu, sebenarnya enggak melakukan kesalahan dengan memberikan penilaian salah terhadap jawaban anak saya.Â
Pasalnya, ia masih berada dalam belenggu konsep fatherhood traditional. Konsep yang mengatur taat nilai dan moral tentang peran seorang ayah dalam kehidupan keluarga.Â
Dalam konsep ini, ayah ditempatkan pada peran sebagai pencari nafkah dan penanggung jawab, pelindung, dan penegak hukum dalam keluarga.Â
Ayah, tak perlu turut campur dalam pengasuhan dan perawatan anak. Ia seorang pahlawan yang harus mendapatkan pelayanan dari semua anggota keluarga yang ada.