Mohon tunggu...
Mukhotib MD
Mukhotib MD Mohon Tunggu... Penulis - consultant, writer, citizen journalist

Mendirikan Kantor Berita Swaranusa (2008) dan menerbitkan Tabloid PAUD (2015). Menulis Novel "Kliwon, Perjalanan Seorang Saya", "Air Mata Terakhir", dan "Prahara Cinta di Pesantren."

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

IDI, dari Rasio Dokter sampai Rumor Pendidikan Dokter Mahal

24 Oktober 2022   16:21 Diperbarui: 28 Oktober 2022   16:44 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mural tenaga medis menghiasi kolong jalan tol lingkar luar Jakarta di Jalan Raya Setu, Cipayung, Jakarta Timur (20/6/2020). Foto: Kompas/Priyombodo

Kedua, biaya pendidikan dokter yang dirumorkan cukup tinggi. Akibatnya, hanya sedikit orang saja yang bisa mendaftarkan diri memasuki Fakultas Kedokteran. Sebab, mereka yang orangtuanya memiliki tingkat ekonomi bagus yang bisa memasuki Fakultas Kedokteran, dan sebagiannya adalah anak-anak dokter.

Kesehatan. Foto Darko Stojanovic/Pixabay 
Kesehatan. Foto Darko Stojanovic/Pixabay 

Belum lagi, soal banyaknya Fakultas Kedokteran yang tutup operasionalnya karena berbagai alasan administratif dan syarat-syarat yang tidak terpenuhi dalam penyelenggaraan program studi kedokteran.

Ini belum lagi soal dokter spesialis yang jumlah dan persebarannya tidak merata. Sehingga penanganan pada keluhan-keluhan khusus tidak bisa segera ditangani para dokter spesialis.

Ketiga, sebagai turunan dari dua persoalan di atas, mengenai akses kesehatan yang masih belum merata di berbagai wilayah Indonesia.

Akses ini tidak saja mengenai jarak dan alat transportasi yang masih susah untuk menuju fasilitas kesehatan, melainkan juga ketiadaan dokter, dan tenaga kesehatan yang lain.

Belum lagi aksesibilitas bagi penyandang disabilitas, yang membutuhkan desain fasilitas kesehatan secara khusus. Misalnya, perlu tersedianya juru bahasa isyarat untuk layanan kepada disabilitas tuli, pendamping bagi disabilitas netra, intelektual dan mental, dan bidang miring, sarana toilet yang luas bagi pengguna kursi roda dan kruk.

Dalam mewujudkan semangatnya itu, IDI setidaknya harus menyelesaikan tiga isu strategis dalam mencapai Indonesia sehat, membersamai rakyat dalam menghadapi Covid-19, menghindarkan anak-anak dari berbagai banyak sebagai dampak dari konsumsi obat kimia, menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). 

Dan lebih penting dari itu semua, bagaimana para dokter memgubah mind set saat memberikan layanan kepada warga masyarakat, mereka tidak sedang menolong, melainkan mewakili negara memenuhi hak kesehatan yang menjadi bagian utama dalam hak-hak asasi manusia

IDI tentu tak bisa menyelesaikan tiga persoalan prioritas ini dalam mewujudkan semangatnya mengabdi untuk rakyat. Ini membutuhkan good will dari pemerintah, dan upaya-upaya perguruan tinggi, termasuk menurunkan biaya yang dirumorkan mahal untuk mengikuti pendidikan kedokteran.

Dirgahayu IDI ..... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun