Mohon tunggu...
Mukhotib MD
Mukhotib MD Mohon Tunggu... Penulis - consultant, writer, citizen journalist

Mendirikan Kantor Berita Swaranusa (2008) dan menerbitkan Tabloid PAUD (2015). Menulis Novel "Kliwon, Perjalanan Seorang Saya", "Air Mata Terakhir", dan "Prahara Cinta di Pesantren."

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ini Teknik Menulis Esai Model ST Kartono Guru de Britto Yogyakarta

14 Agustus 2022   13:56 Diperbarui: 14 Agustus 2022   14:12 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joglosemar. ST Kartono/Foto Mukhotib MD

"Hanya pengalaman yang diolah dan ditulis yang akan menyumbangkan perubahan," kata ST Kartono, Guru SMA de Britto Yogyakarta, di depan  para peserta Workshop penulisan kreatif di Magelang, kemarin (13/8).

Sebanyak 39 guru dari berbagai tingkatan itu mengikuti Workshop bertema Menuliskan Pengalaman, Menyamai Pengetahuan yang diselenggarakan Perkumpulan Pergerakan Pendidikan Nusantara (Perdikan) Magelang.

Sebagai seorang penulis, ST Karotono, alumni Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, menjelaskan secara detail tahapan-tahapan penulisan berbasis pengalaman.

"Esai pengalaman itu dimulai dari fakta/kenyataan, dan memasukkan pendapat pribadi," katanya.

Dalam proses penulisan itu, bermula dari menulis, yaitu merefleksikan pengalaman, lalu menyusun dalam kalimat demi kalimat, dan terakhir menceritakan.

Setelah selesai bisa menerbitakannya melalui berbagai media, misalnya, koran atau majalah cetak, online, dan bisa juga buku.

Menurut ST Kartono, dalam proses kreatif menulis itu bisa dimulai dengan berpikir konektif. Ketika seseorang mendapatkan ide, lalu bertanya kepada diri sendiri, ini  mengingatkan saya tentang apa, di mana, siapa, kapan ya? Pengalaman sendiri, pengalaman orang lain, di buku, film dan lainnya.

"Imajinasi konektif," katanya.

ST Kartono mencontohkannya, saat anaknya berada di Timor Leste mengirim foto jembatan. Ia lalu melakukan koneksi, jembatan itu seperti yang sudah bacanya, jembatan seperti di daerah ini, siapa yang membangun jembatan itu.

Joglosemar. Seorang peserta sedang bercerita pengalamannya./Foto: Mukhotib Md
Joglosemar. Seorang peserta sedang bercerita pengalamannya./Foto: Mukhotib Md

Secara teknis, struktur penulisan menurut ST Kartono, paragraf awal menceritakan masalah yang dihadapi penulis. Dalam bagian ini, menurutnya tak perlu panjang, cukuplah tiga paragraf.

Strultur selanjutnya evaluasi/refleksi. Penulisan melakukan evaluasi terhadap fakta yang dihadapi, mengembangkan analisis kritis dengan tajam. Proses ini juga bisa disebut sebagai narasi tentang hasil refleksi penulis terhadap kenyataan yang ada itu.

Tahap terakhir, penulis menawarkan solusi. Pada bagian ini, seorang penulis menyampaikan gagasan-gagasan cemerlangnya terkait dengan fakta atau pengalamannya.

"Perlu diingat, selalu membatasi satu topik dalam setiap tulisan. Fokus dan dalam," katanya.

Joglosemar. Tampak sebagian peserta Workshop./Foto: Mukhotib MD
Joglosemar. Tampak sebagian peserta Workshop./Foto: Mukhotib MD

Mengenai syarat utama dalam mengasah keterampilan menulis, bukan hanya melatih terus menerus menulis, melainkan harus membaca. Seorang penulis bisa membaca pengalamannya sendiri, pengalaman orang lain, dan membaca buku.

"Ini pisau bedah mengolah pengalaman," ujarnya.

Sementara itu, Kelik Purwandaru, Ketua Perdikan mengatakan Workshop ini bertujuan untuk mengajak guru-guru membagi pengalamannya.

"Pemaknaan atas praktik baik yang tertulis dan disebarluaskan akan menjadi pengetahuan yang bermanfaat," ucapnya.

Praktik baik yang sudah dilakukan oleh guru dan tidak ditulis hanya akan menjadi catatan peristiwa personal, tidak direfleksikan dan dimaknai.

Menurut Kelik, yang juga guru di SMA N Bandongan, Magelang, berdasarkan pemahaman dan semangat itu, Perdikan menginisiasi penerbitan tulisan pengalaman, praktik baik melalui kegiatan penulisan buku bagi guru.

"Perdikan mengundang para guru yang telah melakukan praktik transformasi peran dalam pelaksanaan pendidikan untuk bergabung dalam penulisan buku ini," ujarnya.

Kelik mengatakan, buku yang dihasilkan dari Workshop ini akan diluncurkan pada peringatan Hari Guru tahun 2022. Ini merupakan bentuk kontribusi untuk perubahan pendidikan di Indonesia.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun