Mohon tunggu...
Mukhotib MD
Mukhotib MD Mohon Tunggu... Penulis - consultant, writer, citizen journalist

Mendirikan Kantor Berita Swaranusa (2008) dan menerbitkan Tabloid PAUD (2015). Menulis Novel "Kliwon, Perjalanan Seorang Saya", "Air Mata Terakhir", dan "Prahara Cinta di Pesantren."

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami Pilihan

Kliwon, Episode Stamina Pemanjat Kelapa

21 Mei 2018   13:33 Diperbarui: 21 Mei 2018   13:37 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: kompas.com

Kliwon tersenyum mendengarkan penceramah di Mushola dusunnya, tentang bagaimana menjaga stamina selama bulan puasa saat kuliah Subuh. Tentu agar bisa tetap bekerja, dan tidak menurunkan produktivitas. "Kenapa tersenyum, Kang?" Tanya Sya'ban, tetatangganya yang duduk persis di sebelah kirinya.

Kliwon menjawab setengah berbisik agar tak didengar jamaah yang lain, terutama tidak didengar sang penceramah. Rupanya, menurut Kliwon materi ceramah dalam menjaga stamina itu hanya ditujukan bagi pegawai negeri, dan pekerja kelas menengah lainnya.

Misalnya, siapkan makanan bergizi saat sahur, minum susu, dan hindari masakan yang digoreng dengan minyak curah. Setelah sampai kantor atau tempat kerja, istirahatlah untuk beberapa saat. Setiap jam sekali berdirilah dari tempat duduk.

"Itu kan benar," kata Sya'ban.

"Lho, saya nggak mengatakan salah. Hanya saja tak berguna bagi orang seperti saya."

Sya'ban manggut-manggut tanda setuju dengan apa yang berkecamuk dalam benak Kliwon. Sebagai pemanjat kelapa, semua nasihat penceramah itu memang tak berguna sama sekali. Begitu juga bagi Sya'ban sebagai pengepul sampah warga dengan upah 10 ribu per bulan per kepala keluarga.

"Kita pulang saja/"

"Jangan, kalau toh ilmunya nggak berguna, duduk di majlis seperti ini merupakan perbuatan baik," kata Kliwon sambil menekan paha kanan Sya'ban yang sudah siap berdiri.

Kliwon, dalam menjalankan kerjanya sebagai pemanjat kelapa tentu saja tidak sederhana, setiap kali memanjat satu pohon, nafasnya akan terengah-engah, dan rasa haus menyerangnya tiba-tiba, tenggorokan menjadi terasa kering, dan cenderung sakit.

Selama bulan pausa, Kliwon memiliki strategi agar stamina terjaga, dan produktivitas kerja tak mengalami penurunan drastis, mesi tetap saja terjadi penurunan juga. Saat berkumpul di gardu ronda, Kliwon pernah bercerita kepada teman satu kelompok ronda. "Puasa harus tetap bekerja, agar Gusti Alloh tetap menganugerahkan rezeki yang banyak kepada kalian," katanya.

'Ya, kerja kasaran, serabutan seperti kita berat sekali untuk berpuasa," kata Sapar.

"Hush, meski kita pekerja kasar, tetap harus puasa," kata Kliwon.

'Weh, Kang Kliwon memang tetap puasa?"

Kliwon menganggukkan kepala, dan mengundang pandangan dari teman-teman yang duduk melingkat di gardu ronda. Angin di luar gardu terasa makin kencang, dan terasa sangat sepi. Padahal waktu baru saja mencapai tengah malam.

"Mau tahu rahasianya?"

Teman-temannya menjawab hampir bersamaan. Kliwon menceritakan pengalamannya dalam mengatur cara kerjanya sehingga tetap berpuasa meski sebagai pemanjat kelapa. "Saya tidak pernah memanjat pohon kelapa saat terik panas mulai menusuk ubun-ubun," ujar kliwon memulai berbagai informasi pribadinya.

Untuk Kliwon akan memulai memanjat pohon kelapa mulai pukul 07.00. Sedikit berbahaya memang, sebab pohon kelapa biasanya masih sedikit berselimut embun. Tentu saja membutuhkan kehatia-hatian agar tidak terpeleset pada batang kelapa yang berlumut.

Sebab embun menjadikan pohon kelapa menjadi licin. Pukul 11.00, Kliwon mulai beristirahat, mandi, dan mengambil wudu. Ia akan berada di Musala sampai setelah salat Zuhur. Mengikuti semaan Alquran bersama Rajab, satu-satunya penduduk kampung yang hafal Alquran.

"Wah, hasilnya sedikit, Kang."

"Saya akan memulai memanjat pohon kelapa setelah pukul 14.00, sampai saat salat Asar."

Harap diketahui, waktu salat jamaah Asar di kampung Kliwon bukan dilakukan pada pukul 15.00 seperti rata-rata di tempat lainnya, tetapi waktunya diundur sampai pukul 16.30. Sebab, kalau salat Asar dilakukan pada 15.00, nggak ada jamaah yang datang, sebab sebagian besar warga masih belum pulang dari mencari rezeki.

"Kalian perlu tahu, pada saat memanjaat pohon setelah mencapai setengah batang, saya akan berhenti sejenak, mengatur nafas. Setelah nafas tak lagi memburu, saya akan melanjutkan naik dan istirahat sejenak setelah mencapai pelepah-pelepah daun kelapa."

Teman-temannya bertepuk tangan, mereka merasa mendapatkan informasi yang berguna dalam menjalankan puasa sebagai para pekerja kasar, pekerja serabutan, pengepul sampah, pencari rosokan, dan juga pemanjat pohon kelapa seperti Kliwon.***

Sumber Foto: kompas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun