Media di Indonesia, dan juga para jurnalis warga tampaknya sudah cukup bagus memainkan peran dalam mendorong mewujudkan keadilan bagi semua warga negara. Dengan catatan, untuk keadilan yang lebih besar, seperti hak hidup, pelanggaran HAM berat, media di Indonesia terbelah-belah posisinya, sebab media yang secara modal kebetulan di miliki orang-orang yang berada di partai politik dan di panggung kekuasaan, mereka akan menunjukkan sikap yang berbeda sama sekali dalam memberitakan suara-suara tuntutan keadilan di negeri ini.
Ketiga, mendorong peran media dalam ranah penciptaan masyarakat inklusi, agaknya relatif paling menjanjikan. Keterbukaan dalam bidang ekonomi, aksesibilitas bagi para penyandang disabilitas, keterbukaan politik, semuanya bisa melenggang dengan mudah dalam agenda setting media di Indonesia.Â
Hanya saja, situasi ini menjadi macet total dan bakan media bisa ditangkap keberpihakannya, manakala menuju pada masyarakat inklusi dalam isu LGBT. Dan ini tak hanya media industri, jurnalis warga juga langsung menempatkan dirinya masing-masing pada bias keyakinannya.
Pembelajaran selama empat hari dalam berbagai diskusi mengenai kebebasan pers ini, seharusnya bisa menjadi pembelajaran penting bagi pelaku media di Indonesia, termasuk pada jurnalis warga, yang karena hadirnya mereka dalam ranah media telah memaksa perluasan teori dan konsep jurnalisme bahkan secvarta internasional.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI