"Seseorang telah tertembak dan nyawanya tidak tertolongkan."
"Teman saya ada di dalam! Izinkan saya masuk."
"Apakah kau bisa dipercaya? Baiklah. Jika kau melakukan hal yang tidak-tidak, kami tak akan segan-segan padamu. Cepatlah masuk!"
Bunga menjadi sangat gelisah. Dia belum tahu apa yang terjadi pada temannya. Dengan ditemani satpam, dia pun segera masuk ke dalam toilet, dan mendapati bahwa temannya adalah korban dari penembakan itu. Bunga menjerit-jerit, menangis tersendu-sendu.
"Bagaimana dengan pelakunya?" Tanya Bunga pada satpam yang menemaninya.Â
"Pelakunya tidak diketahui. Dia sudah melarikan diri." Jawab satpam.Â
Pada kencan di malam itu, Bunga hanya berharap dia sedang bermimpi. Dia tidak percaya kepada kejadian yang sedang menimpanya itu. Temannya yang sedang menemaninya kencan, kini telah tiada. "Sial! Maafkan aku. Aku tidak menemanimu ketika kau memintaku menemanimu. Sedangkan kau, kau sudah rela menemaniku untuk berkencan pada malam ini. Maafkan aku. Maafkan aku." Kata Bunga dengan penuh penyesalan.
Cerita ini untuk mengenang Ricko Firmansyah.
Purwakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H