"Serbuuuuuu!!" ucap kami bersama-sama.
Pak Guru pun menjawab dengan gemetar, "Eh jangan gitu."
"Serbu!"
"Ayo serbu!"
"Serbu! kita ke kantin," ucap kami bersama-sama.
Akhirnya kami pergi ke luar rungan. Di dalam ruangan hanya ada Pak Guru dan bangku-bangku kosong. Ternyata Pak Guru berhasil kami bohongi.
Sementara dalam hatiku sangat yakin jika Pak Guru akan paham dengan sikap kami. Pak Guru tetap orang yang kami hormati. Pak Guru tetap menjadi sosok panutan. Sosok yang perlu di-'sami'na wa ato'na-i oleh kami semua.
"Tapi ini kan baru hari pertama masuk sekolah. Wong bulan madu saja ada waktu istirahatnya, karena haid. Lah, karena sekolah juga mau bulan madu dalam beberapa waktu ke depan (efektif sekolah), jadi kami perlu haid (istirahat) dulu, dong!" bisikku dalam hati.
Pak Guru berkata dalam hati dengan nada kesal, "Anjay! Enyong dilemboni nang muridku kapanane bae tek nei nilai 100 kabeh."
*Penulis adalah siswa dari SMK Ma'arif 1 Kebumen. Selain aktif di kelas, penulis juga aktif berdiskusi dengan anak-anak (bocah) Musholla Raudhatut Thalab Desa Trikarso. Forum diskusi kecil-kecilan itu diinisiasi oleh Khasbi--Mahasiswa IAINU Kebumen sekaligus kader PMII dan juga penggagas Institut Literasi Indonesia (ILI).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI