"Ehhhh apa kue sing moni," ucapku
"Entutku bro," Himil terkekeh.
"Anjir ujarku sepur sing moni jebul jebule silit mu Him sing moni, mambu maning entute."
Himil menjawab enteng, "Lambene lah."
"Wis lah aja kandah bae kae sepure ws keton."
"Okokok."
Kereta api pun lewat.
Setelah kereta menghilang, palang pintu terbuka dengan perlahan. Aku dan Himil pun mengayuh sepeda kembali.
Sampailah kita di Pasar Koplak. Pasar Koplak berada di Kota Kebumen. Pasar Koplak berada di sebelah Pasar Tumenggungan Kebumen. Dulu, Pasar Koplak terkenal dengan sebutan Koplak Dokar sebab banyak dokar (kereta kuda) yang mangkal. Bahkan saking terkenalnya Koplak Dokar, orang-orang yang secara geografis jauh dari tempat mangkal itupun kenal. Salah satunya adalah dengan Mbahku yang kini sudah sangat berumur. Mbahku sangat paham dengan kondisi Koplak Dokar.
Namun, sayangnya romantisisme itu kini telah sirna. Koplak Dokar beralih fungsi menjadi Pasar Lowak yang dikenal dengan Pasar Koplak.
Di pasar ini juga kami memutuskan untuk memarkirkan sepeda. Tidak disangka, di pasar ini juga, kita melihat barisan-barisan sepeda ontlong yang lumayan banyak dan terlihat sangat melong-melong.