Oleh: Singgih Hidayat*
Pada Sabtu malam atau akrab disebut 'malam mingguan' aku mempunyai kebiasaan yang menarik, yaitu Perjanjenan. Perjanjenan adalah semacam upacara wajib bagi perindu-perindu Nabi Muhammad Saw. Tradisi keagamaan yang sudah makin jarang dilakukan oleh masyarakat urban.
Tapi tidak bagi kami. Kebiasaan Perjanjenan sudah mengakar pada santri Langgar Raudhatut Thalab Desa Trikarso. Setiap malam Minggu pasti banyak santri duduk-duduk di langgar.
Yah, walaupun anak-anak itu datang dengan tujuan lain tetapi tak jadi masalah. Kebanyakan mereka datang untuk bermain Game Free Fire (tembak-tembakan). Tapi mereka tetap mengikuti Perjanjen terlebih dahulu.
Begitulah orientasi mereka datang ke langgar. Tapi itu benar-benar tak jadi masalah, karena Langgar Raudhatut Thalab akan semakin hangat.
Namun, alangkah baiknya jika kita memperbaiki niat. "Perjanjenan kan dalam rangka mendapat syafa'at Nabi Muhammad Saw," ucap Gus Lombo.
Aku sangat percaya bahwa ruh Nabi Muhammad Saw, hadir bersama para perindu yang syahdu. Bahkan, aku sangat tersentuh ketika momen srakalan berlangsung. Momen srakalan adalah momen ketika tepat di baca 'mahalul qiyam'.
Kalimat puitis itu ialah, "Marhaban Ya Nural 'aini..."
Kitab yang sering kami baca di acara Perjanjen adalah Al Barjanji karya Syaikh Al Barjanji.
Sebenarnya, Perjanjenan ini ditujukan dalam rangka membacakan riwayat Nabi Muhammad Saw. Mulai dari kelahiran Nabi Muhammad Saw sampai beliau wafat. Tentu dengan berbagai dinamika yang di hadapi beliau selama menyebarkan agama Islam.
"Semoga, kita semua mendapat luberan syafa'atnya, Amin..." ucap Gus Lombo suatu ketika.