Kondisi terkini di Semenanjung Korea masih dalam kondisi panas. Bahkan, banyak sumber yang menyatakan bahwa di tahun 2024 ini merupakan titik terendah dari hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara, yang tentunya dikhawatirkan akan ada potensi pecahnya perang hingga isu penggunaan senjata nuklir di Semenanjung Korea. Tapi tahukah Anda dari mana kedua negara ini mendapatkan persenjataan nuklir, apakah mungkin ada campur tangan dari pihak luar seperti Amerika dan Rusia? Berikut ini adalah penjelasannya.
SUMBER SENJATA NUKLIR DI SEMENANJUNG KOREA
- Korea Selatan
Korea Selatan merupakan negara yang terkenal memiliki teknologi persenjataan yang canggih dan modern. Tapi tahukah kalian kalau ternyata Korea Selatan tidak memiliki senjata nuklir? Alasan kenapa Korea Selatan tidak memiliki senjata nuklir adalah karena mereka patuh dengan perjanjian internasional dan aliansi strategis mereka dengan Amerika. Maka dari itu, Korea Selatan sangat mengandalkan perlindungan teknologi senjata nuklir dari Amerika sebagai sistem pertahanan dari ancaman Korea Utara.
- Korea Utara
Berbeda dengan Korea Selatan yang patuh dengan perjanjian internasional, Korea Utara tidak peduli akan hal tersebut dan memilih untuk mengembangkan persenjataan nuklir di negaranya sendiri. Tentunya, sikap Korea Utara ini membuat PBB memberikan sanksi kepada Korea Utara, terutama dalam hal perdagangan.
Mendapati sanksi dari PBB, Korea Utara tidak peduli dengan hal tersebut dan terus melanjutkan pengembangan senjata nuklirnya. Dilansir dari REUTERS, selain menggunakan pemasukan negara sebagai sumber dana utama, ternyata Korea Utara juga menjalankan beberapa bisnis ilegal untuk mendapatkan pemasukan tambahan, seperti pemalsuan uang, penipuan asuransi, hingga penjualan suku cadang rudal ke Timur Tengah. Berkat bisnis ilegal inilah Korea Utara bisa mendapatkan pemasukan mata uang asing, yang nantinya akan digunakan untuk tambahan pendanaan program senjata nuklir mereka. Dilansir dari ABC News, Korea Utara memang terkenal suka mengeluarkan banyak dana terkait urusan militer, padahal masih banyak masyarakat yang hidupnya sulit. Ini semua karena pemimpin Korea Utara, yaitu Kim Jong Un, memiliki ambisi yang sangat besar untuk memprioritaskan kekuatan militernya, termasuk persenjataan nuklir.
CAMPUR TANGAN PIHAK ASING DI SEMENANJUNG KOREA
- Korea Selatan
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Korea Selatan tidak memiliki persenjataan nuklir karena mereka patuh terhadap perjanjian internasional. Oleh karena itu, untuk menanggapi ancaman serangan nuklir dari Korea Utara, Korea Selatan menjalin hubungan militer bersama Amerika. Hubungan militer yang dilakukan oleh Korea Selatan di antaranya adalah dengan melakukan latihan militer bersama dengan Amerika dan Jepang, serta membiarkan Amerika untuk menaruh sistem persenjataan mereka, termasuk senjata nuklir, di dekat Semenanjung Korea. Kegiatan inilah yang secara tidak langsung membuat pihak asing ikut campur dalam urusan di Semenanjung Korea.
- Korea Utara
Korea Utara tentunya merasa resah dengan kedatangan Amerika di Semenanjung Korea, terutama karena Amerika mengadakan latihan militer gabungan bersama Korea Selatan dan Jepang serta menempatkan persenjataan nuklir Amerika di Semenanjung Korea. Melihat kondisi yang dianggap sebagai bentuk provokasi ini, Korea Utara langsung melaksanakan uji coba peluncuran rudal balistik di dekat laut Korea Selatan dan Jepang, yang tentunya membuat kedua negara ini khawatir, terutama Jepang (mungkin mereka masih trauma tragedi Hiroshima dan Nagasaki).
Kondisi yang tengah memanas ini tentunya membuat pihak asing lainnya menjadi tertarik, salah satunya yaitu Rusia. Melalui duta besar Rusia untuk Korea Utara, Alexander Matsegora, beliau mengatakan kalau ini adalah langkah yang tepat untuk mengajak Korea Utara bergabung ke dalam latihan militer gabungan bersama Rusia dan Cina, dengan tujuan agar Korea Utara tidak merasa sedang berjuang sendiri serta untuk menanggapi latihan militer bersama yang dilakukan Amerika dan Jepang di Korea Selatan.
Dilansir dari Al Jazeera, setelah kedatangan Sergei Shoigu ke Korea Utara pada bulan Juli 2023, akhirnya pada bulan September 2023 pemimpin Korea Utara, yaitu Kim Jong Un, datang langsung ke Rusia untuk bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Kedatangan Kim Jong Un ke Rusia diyakini sebagai suksesnya negosiasi yang sudah dilakukan oleh pihak Rusia melalui Sergei Shoigu beberapa waktu silam. Namun, pertemuan Kim Jong Un dan Vladimir Putin justru membuat pihak Amerika dan Korea Selatan khawatir, terutama setelah Korea Selatan sudah dianggap sebagai musuh utama dan nomor satu Korea Utara. Amerika dan Korea Selatan bahkan sampai meminta PBB untuk melakukan sesuatu, mereka mengatakan kalau ada transaksi senjata ilegal antara Rusia dan Korea Utara untuk menyerang Ukraina dengan imbalan Rusia akan mentranfer teknologi dan memberikan bantuan ekonomi untuk Korea Utara. Dilansir dari REUTERS, dalam melaksanakan invasi di Ukraina, diyakini bahwa Rusia telah menggunakan rudal-rudal buatan Korea Utara untuk menyerang Ukraina. Salah satu bukti terlibatnya Korea Utara dalam perang Rusia dan Ukraina adalah adanya bukti serangan pada 5 Januari 2023 di depot musim dingin di wilayah Kherson, Ukraina, yang diserang menggunakan rudal oleh Rusia. Diyakini dalam serangan tersebut, Rusia menggunakan rudal yang dipasok oleh Korea Utara, yaitu rudal KN-23. Kondisi konflik semakin diperparah dengan kunjungan yang dilakukan Vladimir Putin ke Korea Utara pada 19 Juni 2024. Kunjungan Putin ke Korea Utara menjadi bukti tak terbantahkan akan mesranya hubungan persahabatan antara Rusia dan Korea Utara.
DAMPAK PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR DI SEMENANJUNG KOREA TERHADAP PERDAMAIAN DUNIA
Penggunaan senjata nuklir di Semenanjung Korea akan menjadi salah satu peristiwa paling mengerikan dalam sejarah modern karena akan mengancam kehidupan jutaan orang. Secara keseluruhan, penggunaan senjata nuklir di Semenanjung Korea akan membawa dunia ke ambang krisis eksistensial, merusak upaya diplomasi global, dan merugikan masa depan perdamaian dunia, Â berikut adalah penjelasan secara lengkapnya :
1. Dukungan dari Rusia dan Cina
Seperti yang disebutkan dalam artikel, Korea Utara telah menunjukkan hubungan dekat dengan Rusia dan Cina. Jika konflik nuklir terjadi, Rusia dan Cina mungkin memberikan dukungan persenjataan atau diplomatik kepada Korea Utara, yang dapat memperumit upaya penyelesaian secara damai. Partisipasi Rusia dan Cina juga akan memicu perlawanan dari Amerika Serikat dan sekutunya, meningkatkan kemungkinan eskalasi perang yang lebih luas.
2. Konflik yang Dapat Meledak Menjadi Perang Global
Semenanjung Korea adalah area dengan kepentingan strategis yang melibatkan banyak negara besar seperti Amerika, Cina, Rusia, dan Jepang. Jika Korea Utara menggunakan senjata nuklir maka Korea Selatan yang didukung oleh Amerika Serikat juga akan merespons secara tegas. Sehingga dikhawatirkan konflik ini akan berisiko meluas dan dapat berujung pada perang global yang tidak hanya melibatkan Asia Timur, tetapi juga seluruh dunia.
3. Kerusakan Lingkungan Global
Ledakan senjata nuklir tentunya akan menghasilkan radiasi dan polusi lingkungan yang dapat menyebar jauh melampaui Semenanjung Korea. Penyebaran radiasi melalui udara dan laut dapat mempengaruhi negara-negara di sekitarnya, seperti Cina, Jepang, dan bahkan Rusia. Radiasi nuklir ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi rantai makanan dan mengakibatkan masalah kesehatan global, seperti kanker dan mutasi genetik.
4. Krisis Kemanusiaan yang Luar Biasa
Penggunaan senjata nuklir akan menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur hingga jatuhnya korban jiwa yang tak terhitung jumlahnya. Efek langsung dari ledakan nuklir meliputi kehancuran kota dan kematian massal, yang akan menciptakan krisis kemanusiaan di wilayah tersebut. Gelombang pengungsi tentunya akan melonjak, terutama untuk Korea Selatan yang populasinya padat dan wilayahnya sangat rentan terhadap serangan.
5. Gangguan Ekonomi Dunia
Korea Selatan adalah salah satu negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia, terutama di sektor teknologi dan industri otomotif. Perang di Semenanjung Korea akan mengganggu rantai pasokan global, terutama pada industri semikonduktor, elektronik, dan otomotif. Selain itu, ketegangan di kawasan Semenanjung korea juga bisa mempengaruhi jalur perdagangan internasional, termasuk Selat Korea dan Laut Cina Timur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H