[caption id="attachment_341687" align="aligncenter" width="562" caption="Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dari kubu koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo - Jusuf Kalla memaparkan visi misi saat Debat Capres - Cawapres bertema Pembangunan Ekonomi, Pemerintahan Bersih dan Kepastian Hukum di Balai Serbini, Jakarta, Senin (9/6/2014) malam. Pemilu Presiden 2014 akan berlangsung 9 Juli 2014 mendatang. | Sumber: KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO"][/caption]
Jokowi-JK Unggul Telak. Ini adalah judul berita (headline) halaman muka salah satu koran yang terbit di Jakarta hari ini. Di waktu senggang, pagi tadi saya sempatkan membaca 3 koran terbitan Jakarta yaitu Kompas, Koran Tempo dan Media Indonesia.
KOMPAS memuat judul berita "Debat Tunjukkan Perbedaan Capres" dengan sub judul Kubu Prabowo Hatta dan Jokowi JK, Antusias. Selain fakta peristiwa juga dimuat komentar 2 pengamat yaitu Saldi Isra dan Syamsudin Haris. Judul berita diambil dari pendapat dua pengamat tersebut dan terbaca di halaman 15 harian nasional ini .
KORAN TEMPO memuat judul "Jokowi Ungguli Prabowo". Selain melaporkan peristiwa, koran ini juga memuat skor debat dan memaparkan penilaian 3 pengamat masing-masing Frans Hendra Winata, Ryas Rasyid dan Syamsudin Haris dengan 3 kriteria penilaian.
MEDIA INDONESIA memuat judul "Jokowi -JK Unggul Telak ". Juga dimuat box dengan judul Mimik dan Sikap Capres dan Cawapres dalam debat. Pada berita di halaman ini tidak ditemukan kutipan dari pakar atau pengamat sebagaimana di Kompas dan Tempo. Yang ada adalah komentar wartawan penulis berita yang menyatakan " pasangan nomor urut 2 itu nyaris menguasai panggung karena jawaban mereka lugas, konkret, rasional dan tidak bertele-tele ". Saya berusaha mencari kutipan sebagaimana dijadikan judul berita harian ini.
RRI Pro 3 pagi tadi menyiarkan ulang debat tadi malam, dan malam hari mulai pukul 00.00 WIB mewawancarai 3 narasumber dan mengundang komentar pendengar melalui telepon dan sms dalam acara Aspirasi Merah Putih, satu acara jaringan nasional yang sudah mengudara setiap dinihari sejak lebih lima tahun lalu. Aspirasi Merah Putih tadi malam dilaksanakan oleh RRI Surabaya, Malang dan Jember. Lantas bagaimana dengan penilaian siapa menang siapa kalah dalam debat tadi malam. Tepatkah dikatakan bahwa Jokowi JK Unggul Telak ?
Semula saya mendengarkan debat itu di RRI melalui radio di mobil saya. Saya mengajak Ipul pengemudi saya untuk mendengarkan dan setiap habis satu segmen saya minta pendapatnya. Supir saya itu bukan akademisi apalagi politisi. Dia rakyat biasa seperti juga saya.
Untuk segment pembukaan Ipul menilai Jokowi JK lebih baik dalam cara penyampaiannya. Saya sependapat dengan dia. Mendengarkan tanpa melihat penampilan lebih berorientasi pada tone atau nada bicara, dan aksentuasi. Pada bagian pembukaan Jokowi JK lebih terasa enak didengar. Lebih santai dan pergantian antara keduanya terasa lebih baik karena terdengar Jokowi mempersilakan JK, sedangkan sebelumnya Prabowo terkesan hampir menghabiskan waktu. Moderatorlah yang mempersilakan Hatta untuk menggunakan waktu sisa.
Pada segmen kedua, ini menurut pengemudi saya keduanya berimbang. Saya juga sependapat. Maklum kami sama sama rakyat. Tetapi ketika bicara korupsi, supir saya menyela. " Kok pendapatan pejabat saja yang dipikirin ". Saya terhenyak dengan kekritisan orang yang setiap harinya cuma bergumul dengan stir dan mesin mobil dalam mengomentari pernyataan Prabowo mengenai upaya memberantas korupsi. Saat itu yang bicara mengenai optimalisasi KPK dari Capres dan cawapres nomor 1 memang hanya Hatta Rajasa, pun pada waktu yang tersisa. Masih dalam perjalanan pulang, supir saya bergumam ketika kedua Capres bicara mengenai Bhineka Tunggal Ika. " Akh masa Lurah Susan dibawa bawa. Ahok lebih diketahui banyak orang " Demikian komentarnya. Saya senyum mendengar kekritisan orang yang hampir setiap hari berjuang menembus kemacetan Jakarta sementara saya terkantuk-kantuk bahkan tidur di kursi belakang.
Sesampai di rumah saya masih sempat menonton debat itu melalui layar SCTV. Welah, istri dan anak saya sedang asyik menonton. Ketika itu pas saat Yusuf Kalla mencecar Prabowo mengenai isu HAM. Istri saya berkomentar " Wah Prabowo emosi ya ". Di pihak lain anak saya yang duduk di semester 2 UI berkomentar " Akh pertanyaannya begitu. Menyudutkan ya pa. Untung pak Prabowo bisa menjawab. Kelihatan agak emosi sih. " Siapa sih atasan yang dimaksud Prabowo ? Demikian saya bertanya dalam hati.
Akhirnya segmen akhirpun tiba. Masing-masing diminta menutup debat dengan pernyataan 3 menit. Jokowi memulai dengan membaca catatan dalam waktu 2 menit. Ketika pak JK diminta melanjutkan mantan Wapres itu mengangkat tangan "sudah cukup', katanya. Prabowo menutup debat ini memang tanpa naskah dengan pandangan menatap kamera. Anak dan istri saya tidak mengomentarinya. Dengan membaca secarik kertas Jokowi sempat mendoakan ibunya kemudian mengucapkan terima kasih kepada istrinya dan Bu JK. Keduanya nampak berdiri ketika disebut.
Jadi penilaian mengenai siapa yang menang, siapa yang kalah, pihak mana lebih baik atau kurang baik, tergantung pada masing-masing yang mendengar atau menonton. Semua bergantung pada persepsi yang sudah dimiliki, kondisi psikologis serta tingkat pemahaman materi dan pengetahuan tentang teknik berpidato dan berdebat. Kalau menurut saya?
Kali ini Jokowi dan JK Nampak lebih santai dan boleh jadi mempersiapkan diri. Dari tampilan pakaian, Jokowi tidak lagi pakai kemeja kotak-kotak dengan lengan baju digulung. Wong Solo ini kelihatan necis pakai PSL. Demikian juga JK. Kesiapan nampak dan terdengar saat segment pertama penyampaian visi dan misi. Secara sengaja Jokowi mempersilakan JK untuk melanjutkan. Waktunya pas seperti yang diminta moderator. Di pihak Prabowo dan Hatta segmen pertama terkesan kurang mulus. Dengan hanya mendengar saja, perbedaan antara keduanya memang terasa.
Dalam berpidato dan berdebat, persiapan dinilai sangat penting. Orang Jerman bilang " Anfang gut, alles gutte " Jika awalnya baik, semuanya bisa baik. Ada juga yang berpendapat " persiapan adalah sebagian kemenangan " . Tetapi benarkah Jokowi menang mutlak ? Semua tergantung pada yang mendengar dan menonton. Penilaian pakar tentu beda dengan saya dan supir saya. Lah wong antara saya, istri saya dan anak saya saja, juga beda. Yang pasti, ini adalah debat yang pertama.
Jika ingin lebih baik, maka kedua pihak harus mempersiapkan diri secara lebih baik. Perlu dibentuk tim khusus yang membantu Capres dan Cawapres mempersiapkan diri, baik dari segi penampilan, teknik orasi maupun isi. Bukankah acara ini ditonton dan didengar rakyat yang memang perlu diyakinkan untuk memilih siapa pada 9 Juli nanti.
Salam hangat melalui rumah sehat Kompasiana.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H