Mohon tunggu...
Muhammad Julijanto
Muhammad Julijanto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta

Tuangkan apa yang ada di dalam pikiranmu, Karena itu adalah mutiara yang indah untuk dinikmati yang lain bila dituangkan, Tetapi bila dipendam hanya untuk diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hujan

30 November 2024   20:40 Diperbarui: 30 November 2024   20:40 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan
Oleh Muhammad Julijanto


Di depan rumahku aku tertegun melihat hujan turun sepanjang hari

Aku bersyukur ketika hujan lama dinanti oleh masyarakat

Mereka mengeluh hawanya panas, beraktivitas terasa melelahkan di bawah terik matahari

Sementara kini hujan sepanjang hari, matahari malu menampakan dirinya, mendung menyelimuti sepanjang hari ini, 

Reda hujan sebentar gemuruh guntur dan mendung Kembali, akhirnya hujan turun lagi.

Hujan turun tik tik bunyi hujan, namun tidak seperti biasanya bunyi deras hujan yang terus mengalir sepanjang hari, 

Baca juga: Yuk Menulis Lagi

Hujan jatuh di tempayan, berseri-seri anak-anak bermain di halaman rumah, melewati hujan bersama kawan-kawannya, 

Bermain sepak bola dengan bola plastik yang lentur dan ringan ditendang melayang berat diguyur hujan

Hari ini aku terus bersyukur atas karunia yang terlimpah

Di depan rumahku suasana sejuk seperti di Villa puncak bukit, suasana asri diiringi deras air hujan mengalir, 

Saatnya panen air hujan membuat Biopori, menyemai bibit, menyiapkan lahan para petani bercocok tanam agar hasil produksi yang maksimal.

Belum terbayang masa yang akan datang akan menjadi apa?

Pada saat itu yang ada adalah menikmati kegembiraan, menikmati kemerdekaan, 

Menikmati masa kanak-kanak, bermain bermain dan terus bermain bersama kawan-kawan mempererat 

Persatuan mempererat kebersamaan tidak ada sekat di antara mereka

Di depan rumahku terbayang 50 tahun yang lalu aku berlari-lari bersama teman-teman bermain di Tanah Lapang, 

Bermain di pematang sawah di bawah guyuran air hujan, 

Bersendaugurau bersama teman-teman sebaya menikmati masa tumbuh kembang anak.

Tidak ada lelahnya bermain dan bermain lagi

Eksplorasi potensi, kesempatan dan menemukan keasyik setiap permainan, 

Bahkan menemukan pembelajaran yang bermanfaat untuk kehidupan.

Hujan turun syukur aku atas karuniaNya.

Griya Cipta Laras, 30 November 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun