Mohon tunggu...
Muhammad Julijanto
Muhammad Julijanto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta

Tuangkan apa yang ada di dalam pikiranmu, Karena itu adalah mutiara yang indah untuk dinikmati yang lain bila dituangkan, Tetapi bila dipendam hanya untuk diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Sedekah Etos Kedermawanan Mendulang Berkah

18 Maret 2024   22:42 Diperbarui: 18 Maret 2024   22:58 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Laporan Keuangan Masjid SMB Buluslur Wonogiri. Dokpri.

SEDEKAH ETOS Kedermawanan MENDULANG BERKAH

Oleh Muhammad Julijanto, S. Ag., M. Ag.

 

Islam itu indah, damai, sejahtera, makmur, berbagi, tolong menolong, kemajuan dan keunggulan. Alquran dan Hadis sangat indah menggambarkan kehidupan ideal sumber perilaku kehidupan manusia. Namun praktiknya masih ada kesenjangan seharusnya dengan senyatanya. Karena itu nilai-nilai normatif ajaran Islam sekuat tenaga diwujudkan dalam realitas kehidupan.Tugas dakwah setiap muslim membuktikan ajaran Islam tangguh hadapi aneka masalah sosial.

Lima rukun Islam secara sosiologis memberikan pemahaman bahwa di dalam menjalankan kewajiban ritual agama, seorang muslim hendaknya memenuhi aspek lainnya, yaitu membina hubungan harmonis dengan sesama manusia. Dengan demikian maka terciptalah keharmonisan hubungan secara vertikal dengan Sang Pencipta (hablum minallah), juga hubungan harmonis dengan manusia (hablum minannas). Jika kedua aspek sudah terpenuhi maka akan menjadi nyatalah perwujudan seorang insan kamil atau manusia sempurna.

Keseimbangan antara kesholehan spiritual dan kesholehan sosial merupakan perintah agama Islam, baik ajaran yang tercantum dalam al-Qur'an, maupun dalam hadits  Rasulullah SAW. Dan di antara salah satu kesholehan sosial adalah dengan memberikan filantropi Islam, sebagai wujud rasa syukur atas karunia rezeki yang diberikan Allah SWT. 

Filantropi sebagai rasa empatinya kepada sesama manusia dengan harapan dapat meringankan beban hidup mereka. Filantropi yang shaleh akan melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya dengan penuh keikhlasan dan penuh kesadaran bahwa harta dan kekayaan agar tidak terus berputar di sekeliling orang kaya saja, maka dari itu dengan filantropi Islam harta dan kekayaan bisa dinikmati hasilnya oleh fakir, miskin, dhuafa, yatim piatu, dan yang berhak menerimanya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka di bidang ekonomi, kesehatan dan pendidikan.

Kesholehan spiritual dan kesholehan sosial perlu dibentuk sejak dini mungkin melalui pendidikan dan pengajaran yang dilakukan di sekolah dasar dan menengah. Etos kedermawanan ditanamkan kepada generasi muda, menjadi gaya hidup social interpreneurship. 

Kedua bentuk kesholehan tersebut seperti dua mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, sehingga orang yang shaleh secara spiritual menjadi lebih membumi dan berpengaruh nyata terhadap lingkungan sekitarnya. Bukti keberadaannya terasa kehadirannya. Sedekah bukti iman kepada Allah Swt. Hartanya menjadi berkah dan terus berkembang dari yang masih ada.

Program-program kedermawanan mulai menjamur di berbagai daerah menjadi solusi mengurai masalah sosial, seperti warteg gratis, gratis makan di warung hik, jumat berkah dimana setiap hari jumat ada sedekah dari jamaah untuk jamaah masjid, gerakan subuh berjamaah dilanjutkan sarapan bersama jamaah yang merupakan donasi jamaah, pengajian ahad pagi, SPBU gratis BBM untuk jamaah yang membaca Alquran berapa juz. Bedah rumah gratis, pembagian sembako rutin kepada jamaah.

Gerakan kedermawanan dimotori berbagai lembaga dan masjid-masjid visoner seperti Masjid Jogokariyan Yogyakarta yang menginspirasi bagaimana masjid dikembangkan sebagai pusat peradaban dan pusat ekonomi jamaah. Masjid menjadi embrio untuk pemberdayaan umat yang lebih masif lagi, sehingga etos kedermawanan menjadi modal social yang sangat bagus.

Gerakan social interprenuership terus bergerak menjadi etos kerelawanan, kepedulian, filantropi. Orang yang terjun ke dunia kerelawanan merasakan hati dan pikirannya menjadi tenang, dampak sosial yang dirasakan menjadi etos social yang tinggi. Merasakan hati dan pikiran tenang, penuh kebermaknaan hidup karena membantu mereka yang membutuhkan. 

Orang merasa bahagia dapat berbagi, orang lain terbantu, sekalipun bantuan tersebut sepele, sederhana, mudah dilakukan banyak orang. Merasakan power of giving merasuk dalam sanubari dan jiwa raganya, menjadi bermaknaan hidupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun