Ibu sebagai pendidik pertama setiap anak manusia, dalam ungkapan Arab disebutkan Al um madrosatul li auladihi ibu sebagai sekolah pertama bagi anaknya.
Kata-kata yang diucapkan ibu merupakan Magic Word yang sangat manjur doanya nembus langit untuk putra-putrinya yang digadang-gadang menjadi berlanjut sejarah peradaban kehidupan keluarga.
Maka orang tua tidak boleh menghardik anaknya dengan kata-kata yang negatif namun Sebaliknya apabila tingkat emosi orang tua kepada anaknya karena ulah polah dan tingkah lakunya yang dianggap tidak berkenan maka orang tua terutama ibu tidak boleh mengeluarkan kata-kata yang negatif untuk putra-putrinya, sebab kata-kata yang di keluar dari mulut seorang ibu sangat bertuah sangat manjur sangat mustajab, maka hendaknya ibu dan orang-orang dalam keluarga mengeluarkan kata-kata yang baik doa-doa yang baik untuk tumbuh kembang putra-putrinya dalam mengarungi kehidupan.
Karena posisi yang sangat strategis keberadaan ibu menjadi inspirasi menjadi motivasi bagi putra-putrinya hingga Tuhan pun menganugerahkan kemuliaan kepada sosok ibu.
Banyak tokoh yang mereka cemerlang pada masanya dalam berbagai bidang karena energi positif yang dikembangkan oleh orang tua dan ibunya selalu mendoakan kepada putra-putrinya yang terbaik berperan dalam berbagai bidang
Ridhollahi Fi ridhol Walidain Ridhonya Allah terletak kepada Ridhonya orang tua kepada putra-putrinya.
Dalam riwayat yang lain Rasulullah bersabda aljannatu tahta abdamil ummahat Surga itu terletak di bawah kaki kaum ibu itu suatu ungkapan yang sangat fenomenal di mana derajat ibu mempunyai posisi yang strategis dalam keberhasilan putra-putrinya hingga seorang anak bisa masuk surga tergantung dari keridhoan orang tuanya
Maka setiap anak yang akan melalui tahapan kehidupan yang strategis selalu memohon kepada orang tuanya khususnya ibu doa restunya yang utama. Karena doa ibu adalah menjadi penentu keberhasilan dan kesuksesannya setelah mereka berjuang belajar keras bekerja keras untuk menghasilkan prestasi yang unggul.
Banyak tokoh yang mendidik mendidikasikan prestasinya untuk orang tuanya khususnya ibu baik mereka yang masih hidup maupun orang tua yang telah meninggal. Karena mereka adalah sumber inspirasi yang mampu memompa motivasi tinggi meraih prestasi yang mulia.
1988 yang lalu masih teringat wajah dan tubuh serta gerak-gerik ibu. Saat itu liburan sekolah menjelang kenaikan kelas di mana saat itu aku masih mondok di pesantren bersama adikku. Saat itu ujian akhir semester dan kenaikan kelas sudah usai namun raport dan laporan pembelajaran belum dibagikan tiba-tiba datang telegram menghampiri diriku dan kami dipanggil untuk datang ke kantor guru menerima selembar telegram yang berisi kabar Ananda segera pulang karena ibunda telah meninggal dunia Innalillahi wa inna ilaihi rojiun bergetar hati dan berlinang air mata kami berdua di ruang guru terisak tangis tersedu-sedu menyesali betapa Rindunya ibu yang kami cintai telah pulang ke Rahmatullah.
Sejak saat itu aku merasa selalu jelungan bahasa Jawanya ketika saya berada di ruang tamu maka perasaan saya ibu berada di dapur begitu seterusnya sampai bertahun-tahun kondisi ini tidak berubah rasanya rindu untuk bertemu namun ketika pulang kampung ke rumah tidak bisa bertemu secara fisik hanya perasaan saja mereka ada di rumah.