Tidak hanya sekali datang selanjutnya kapok, namun destinasi yang terkesan dan bisa mendatangkan wisatawan datang kembali berkali-kali dengan rombongan yang sama maupun rombongan yang berbeda dari efek kenyaman dan kebahagiaan yang dirasakan.
Ada ungkapan, "Kalau saudara puas, kabarkan kepada yang lain, bila Anda kecewa, cukuplah anda saja yang merasakan. Kami segera perbaiki lebih baik lagi".
Kesan Saat Berkunjung
Banyak kategori yang dibuat untuk menyatakan bahwa objek yang kita kunjungi membuat hati merasa puas dan bahagia, antara lain:
- Banyak pengunjung yang ke sana,
- Banyak event yang ada di sana,Â
- Banyak manfaat yang diperoleh,Â
- Mayoritas pengunjung merasa puas atas semua layanan yang ada, bahkan mereka dimanjakan dengan layanan kemudahan fasilitas dan akomodasi yang terjangkau,Â
- Kuliner yang memanjakan lidah dan selera rasa,Â
- Penginapan yang bersih dan eksotik,Â
- Ramah masyarakat pelaku industri pariwisatanya,Â
- Bila ajukan negosiasi harga bisa digoyang dan sedikit membahagiakan karena ada bonus spesial bagi wisatawan sebagai kenangan yang indah di lokasi.
Di setiap destinasi wisata, tentu ada sosok-sosok tokoh lokal yang mempunyai pengaruh akan kerhasilan destinasi wisata tersebut.Â
Subyek di balik keberhasilan manajemen destinasi wisata tentu adalah para pelaku wisata yang secara langsung berhadapan dengan layanan pariwisata, seperti tour leader, pemandu wisata, pemilik penginapan, penyedia konsumsi dan berbagai kebutuhan pokok para pengunjung. Dan Masyarakat setempat yang akomodatif dan responsif.
Edukasi dan Dukungan Masyarakat Lokal
Pariwisata yang berasal dari produk lokal, namun terasa sensasinya kepada semua masyarakat global, maka promosi dan pemajuan industri pariwisata yang marketable dikelola dengan manajemen yang profesional mendatangkan pendapatan asli daerah yang mendukung pembangunan.
Perubahan nyata dilakukan bila sudah mengalami penurunan layanan, pudarnya jiwa pelaku pariwisata, maka segera dievaluasi dengan menghadirkan bagaimana inovasi harus terus dilakukan dengan segenap kemampuan dan potensi yang dimiliki.
Pelatihan dan sertifikasi terus dilakukan, sehingga pelaku wisata mempunyai kapasitas dalam memberikan layanan yang lebih baik. Mereka tidak hanya dapatkan secara turun temurun atau paket. Namun mendapatkan sentuhan yang profesional.
Tentu layanan pariwisata yang inklusif menjadi kebutuhan untuk semua wisatawan tanpa kecuali, termasuk wisatawan difabel yang juga mempunyai kebutuhan yang sama dengan warga negara yang lain dalam menikmati destinasi wisata yang inklusif.Â
Pengelola dengan senang hati mewujudkan kebutuhan semua lapisan masyarakat tanpa kecuali, sehingga terbangun industri pariwisata yang inklusif.
Muhammad Julijanto, Dosen Hukum Ekonomi Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta.