Ada yang karena ABIDIN atas biaya dinas ada yang karena usaha yang dia lakukan doa yang sungguh dan ketulusan menjadi orang yang terpilih karena effort yang telah dilakukannya
Tapi banyak juga cerita yang kita jumpai mereka yang bisa menunaikan Haji maupun Umroh dengan cara yang sangat tidak masuk akal secara kasat mata seperti kisah berikut ini.
Suatu ketika penulis berada di Mekah bertemu dengan seorang yang tidak menyangka bahwa dirinya bisa menunaikan ibadah Umroh. Dia bercerita bahwa dirinya adalah seorang tukang cukur sehari-hari dan pada waktu yang lain dia juga sebagai seorang petani penggarap tanah yang dia bisa menggarap tanah dari lahan yang dimiliki oleh seseorang dan membaginya bila panen tiba hasil dari panen yang dilakukan
Hasil kerjanya tidak cukup bila untuk membayar biaya Haji maupun Umroh dari persiapan maupun kepulangan ke tanah air karena dia mengaku bahwa pendapatannya untuk mendapat uang sehari Rp 50.000 saja dia harus bekerja keras membanting tulang namun qadarullah dia bisa menunaikan ibadah Umroh dengan segala kemudahan dan kelancarannya sangat tidak bisa dinalar Apa yang dia lakukan sehari-hari.
Suatu ketika Syahril nama samaran yang  mengungkapkan bahwa dirinya dipilih oleh Kepala Desa untuk berangkat menunaikan ibadah Umroh tanpa sepeser biaya yang dia keluarkan dan dia merasa heran.
Pada suatu hari dia diajak oleh Kepala desanya untuk mengumpulkan data-data KTP buku nikah dan kartu KK dan pada tanggal tertentu dia diajak untuk datang ke imigrasi untuk pemeriksaan pembuatan paspor.
Ketika ditanya oleh petugas di Imigrasi untuk apa dia membuat paspor dia jawab tidak tahu. Â Namun petugas justru memberitahu bahwa dirinya akan berangkat umroh karena data yang disampaikan berupa tiket perjalanan untuk menunaikan Umroh dari biro Umroh yang dilakukan.
Sesampainya di rumah dia sampaikan istrinya. Istrinya merasa bahagia Tetapi juga bingung untuk persiapan di kampung yang biasanya orang yang akan menunaikan ibadah Umroh maupun haji warga tetangga akan silih berganti bersilaturahmi mendoakan dan membawa bingkisan biasanya sembako dan lain-lain sementara.
Dia adalah orang yang tidak mampu Bagaimana menjamu para tamu yang datang mendoakannya.
Sampai hari yang ketiga sebelum keberangkatan belum punya sepeser uang pun untuk persiapan keberangkatan maupun kepulangan. Namun nasib sudah menjadi Suratan Takdir pada saat itu dia berharap dan pasrah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang terbaik bagi dirinya.
Pada hari itu Syahril keluar rumah dan bertemu dengan tetangganya yang membutuhkan uang segera untuk membiayai anaknya yang masuk pesantren dan temannya tersebut memasrahkan kepada Syahril untuk menjualkan tanah yang senilai Rp 140 juta dia bingung karena kebutuhan yang mendesak tersebut dan tanpa terbayang bahwa tanah seluas itu dengan nilai segitu. Apa mungkin dia bisa menjualkan di mana keterbatasan akses dan pengetahuan yang dia miliki.