Keluh Kesahku di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam
Oleh Muhammad Julijanto
Setelah aku amati beberapa lama ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar rasa ingin masuk ke pondok sesudah Ayah kami menawarkan kepadaku untuk masuk ke pondok dan saya pun dengan tanggap yang sangat serius menghampiri tawaran yang mulia itu dengan rasa senang dan gembira.
Pada waktu itu ujian Ebtanas evaluasi belajar tahap akhir nasional SD sudah selesai dan hasilnya sudah bisa Saya lihat ketika itu dengan hasil yang begitu-gitu aku mempunyai dua sasaran untuk memilih sekolah yang baik yaitu
Pertama MTSN Banjarnegara
Kedua Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta Indonesia
Nah kedua Pilihanku tersebut semuanya diterima akan tetapi yang lebih dulu tentunya MTS Negeri Banjarnegara sebab dekat sekitar kurang lebih 2 km dari tempat tinggalku desa argasoka Kecamatan Banjarnegara
Dan tentang pengumuman diterima atau tidaknya yang aku pilih yaitu Pondok belum jelas karena aku sehabis tes masuk MTS Pondok Assalaam itu Aku dan ayahku serta adikku yang keempat pulang maka dari itu saya tidak bisa mengetahui apakah saya diterima atau tidak di pondok setelah beberapa hari saya bertanya kepada ayah dan mencari informasi ke perwakilan bp3 cabang Wonosobo di sana tidak tahu lalu Beberapa hari kemudian ayahku pergi ke Surakarta yaitu Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam dan akhirnya Ayahku kembali ke rumah dengan membawa kabar yang menggembirakan yaitu saya diterima di pondok pesantren modern Islam Assalaam beserta adikku yang keempat
Orang tua yang mengirimkan anaknya pria atau wanita ke pesantren konon untuk menguasai ilmu akhirat. Ada juga yang dikirim ke sekolah untuk agar memiliki ilmu dunia dan ada yang menuntut keduanya yaitu pagi belajar ilmu dunia dan sore pergi mengaji.
Syukurlah yang apabila orang tuanya memperhatikan kehidupan buah hatinya atau anaknya sehingga mereka dalam menanamkan pendidikan kepada anaknya betul-betul mencari pendidikan yang dimana mempelajari kedua ilmu tersebut seperti di pondok pesantren, akan tetapi ada beberapa pesantren yang hanya mengajarkan pendidikan ilmu akhirat saja maupun kedua-duanya. Bersyukurlah bagi kita yang bisa mempelajari dua-duanya akan tetapi ingat pelajaran umum tugasnya menunjang pelajaran agama agar menjadi manusia yang tahu akhirat dengan dunianya
Ke mana Seharusnya saya mengirimkan anak-anak untuk sekolah ngaji atau ngaji sekolah. Generasi yang akan memisahkan salatnya dari fungsi sosial kemasyarakatan Saya takut kalau anakku menjadi Kyai yang tak mampu memfungsikan nilai Islam menjadi kemanfaatan hidup di muka bumi, sehingga malah lalu berbalik mengkritik dan menyerang Islam dengan sebagai ajaran yang utuh disampaikan dan diajarkan.
WS Rendra pernah bersyair
Aku bertanya
Apakah guna pendidikan
Bila hanya akan membuat orang-orang menjadi asing
Di tengah kenyataan persoalan keadaannya
Apakah guna pendidikan bila hanya mendorong seorang menjadi layang-layang di ibukota
Untuk pulang ke daerah
Apakah gunanya seorang belajar filsafat, sastra, teknologi, kedokteran atau apa saja bila pulang ke daerahnya, lalu berkata:
Di sini aku merasa asing dan sepi.
Terima kasih ayah engkau telah tunjukkan pendidikan terbaik di pesantren, Aku mengenal kebhinekaan sahabat dari berbagai pulau di Nusantara bahkan ada beberapa teman dari Manca Negara, belajar kesantunana, belajar kemandirian, belajar ketawadhu'an, belajar kedisiplinan shalat lima waktu, belajar life skill berbagai keterampilan dan kemampuan berpikir dan kreativitas. kemampuan public speaking pidato Bahasa Indonesia, Bahasa Arab dan Bahasa Inggris dengan muhadharah, tasji'ul lughoh, conversation, mahfuhat kata-kata magic yang mampu memompa semangat juang man jadda wa jada- barang siapa yang bersungguh-sungguh ia akan mendapatkan.
Kita banyak hikmah di pesantren, dimbimbing para guru asatidz yang luas ilmu dan pengalamannya, kita belajar kepanduan lewat pramuka, kita belajar bela diri dengan ekstra yang diajarkan dan berbagai skill untuk bisa eksis di masa yang akan datang.
Pesantren telah terbukti melahirkan para pejuang bangsa, telah banyak para santri yang gugur di medan perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia. Sehingga layak kita rayakan Hari Santri Nasional (HSN) 22 Oktober 1945.
Ahad, 12 Juni 1989
Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H