oleh Muhammad Julijanto
Ada fenomena yang sangat memprihatinkan secara moral dan etika dalam kehidupan sosial masyarakat kita. Di mana nilai-nilai kesantunan moralitas dan akhlak yang terpuji mulai terkikis oleh kebebasan ekspresi dan ungkapan di media sosial.
Contoh saja adalah ketika suatu kelompok menggunggah pendukungnya melakukan kegiatan tertentu, maka akan muncul beribu-ribu komentar yang negatif kepada lawan politiknya, atau pun orang yang berseberangan secara Ideologi dan politik yang ada. Mereka mengolok-olok Apa yang dilakukan oleh lawan politiknya dan sebaliknya lawan politiknya juga ketika mengunggah kegiatan idolanya akan dikomentari dan dibalas dengan olok-olok juga oleh lawan politiknya yang lain.
Ini adalah kondisi kesehatan mental dan jiwa spiritual warga negara yang sangat memprihatinkan di tengah kehidupan sosial kita yang dikenal sebagai warga yang Berketuhanan Yang Maha Esa. Nilai-nilai ketuhanan sudah tercabut dari akar politik kebangsaan dan fatsun politik sudah dihindari dalam merebut kekuasaan.
Inilah yang dipandang sebagai politik itu kotor, politik itu negatif, politik itu busuk, dan politik itu menjijikan. Karena para pendukung politik menggunakan politik untuk menghalalkan segala cara, dengan cara menjelekkan dan merendahkan martabat manusia dan meninggalkan nilai-nilai moral dan akhlakul karimah dalam berperilaku dan berpolitik yang santun.
Kondisi ini sangat meresahkan dan bila diteruskan akan menjadi jejak digital dan negatif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang tidak sehat. Demokrasi mestinya menghasilkan kesejahteraan dan martabat keberadaban manusia. Demokrasi bukan menebarkan kebencian dan anti toleransi terhadap kelompok yang lain, kemudian merasa benar sendiri atas perilaku dan perbuatannya yang tidak se-ide dan ideologi dari Ideologi politik yang dia dukung.
Kita sering melihat para calon Presiden itu sering menzalimi dan dizalimi oleh pengikutnya. Kembali pada pendukung, Â karena seorang pemimpin itu pastinya banyak pengikutnya, maka sebaiknya para pemimpin itu sendiri memberikan promosi yang positif pada pengikutnya dan memberikan arahan yang positif pada pengikutnya bahwasanya yang dilakukan itu tidak baik dan menjadi lebih tidak baik lagi untuk bertahan.
Mestinya untuk bangsa yang akan kita perjuangkan bersama-sama kalau kita meraihnya itu dengan cara-cara yang bijak,  cara-cara yang benar insya Allah akan menciptakan pemimpin yang  lebih baik dari yang kemarin itu proses yang harus kita lalu pemimpinnya biasanya. Menghasilkan pemimpin yang negarawan yang mengayomi semua kelompok masyarakat tanpa diskriminasi siapapun pemimpin yang kelak akan terpilih.
Pemimpin adalah kader bangsa yang terbaik, mereka mendarma baktikan semua potensi dan kemampuan intelektual dan leadershipnya untuk bangsa dan negara yang lebih bermartabat dan makmur dalam keadilan adil dalam kemakmuran secara merata.
Para pemimpin itu sudah baik, tapi kok pengikutnya itu di akar rumput yang mengikuti kadang-kadang itu saling serang, saling olok-olok pada pengikutnya jangan seperti itu, harus berpolitik santun, menjaga akal pikiran akhlak moral yang luhur, begini harus begini kita harus gini. Kita  harus menjadi contoh agar menjadikan rekam jejak yang baik kalau tidak memberikan contoh atau sebenarnya sudah menyarankan.
Saya yakin setiap tokoh pemimpin itu sudah memberikan contoh yang baik cuman kadang-kadang memang istilahnya pengikutnya itu karena pemikirannya tidak sama jadi punya pemikiran masing-masing yang ingin memperjuangkan ingin mengumpulkan apa pemimpin yang diidolakan para pengikut itu di media sosial itu menggunakan akun menyamar ya tidak nama yang sesungguhnya.
Apakah itu robot?. Apakah itu manusia sesungguhnya itu sebenarnya manusia yang mungkin didanai oleh beberapa orang yang mungkin bahasa itu sendiri bisa menguntungkan dalam Pemimpi tersebut dan juga bisa merugikan karena kita juga nggak tahu ya politik Kita harusnya yang jernih
Yang baik yang lurus yang bersih Nah seperti itu tapi kan namanya orang kan macam-macam diri kita bagaimana
Cara kita menghilangkan, menghindari dari mengolok-olok orang lain di media sosial itu saya merasa geram dengan perilaku orang-orang yang di media sosial itu
Jadilah contoh yang baik untuk diri sendiri dulu, tapi sekarang kita juga penting untuk orang lain. karena kita pandang semuanya marilah kita menjadi apa namanya yang pengikut atau pendukung yang cerdas pendukung yang baik.
Padahal Dia sendiri itu lebih borok, maka biasanya dalam ungkapan lain, orang yang dijelek-jelekkan itu, belum tentu lebih jelek daripada orang yang menjelekkan. Islam memberikan panduan agar setiap orang itu tidak boleh mengolok-olok orang lain dengan ungkapan-ungkapan kata-kata itu sama-sama agar tidak saling menyerang dan berkonflik.
Bisa menciptakan pemimpin yang benar-benar kita harapkan, kesalahan orang lain itu lebih nampak daripada kesalahan diri sendiri. Gajah di depan mata tidak terlihat, sementara semut di seberang lautan terlihat nyata. Itulah manusia yang ditutupi oleh hawa nafsu selalu berpikir negatif dan tidak bermutu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H