Jokowi baru-baru ini menghimbau agar waspada pada potensi hilangnya 85 juta pekerjaan (lihat/klik di sini). Perkembangan Artificial Intelligence beberapa tahun terakhir ini memang telah memicu tumbuhnya kecemasan pada hilangnya puluhan juta pekerjaan, karena dimanfaatkannya AI untuk otomatisasi dan untuk menyempurnakan kualitas kerja manusia di berbagai bidang.
Benarkah Indonesia harus cemas?
Data mengenai 85 juta pekerjaan yang hilang itu berasal dari: "World Economic Forum's Future of Jobs Report 2020". Namun ada lanjutannya, yaitu: 97 juta pekerjaan baru akan tercipta. Pekerjaan baru tersebut hanya bisa dipenuhi oleh orang tertentu atau dengan skills tertentu atau juga mereka yang sudah memperbaharui skills mereka.
Lalu bagaimana dengan mereka yang karena berbagai sebab tidak bisa memenuhi syarat itu dan terlanjur kehilangan pekerjaan? Nampaknya mereka akan mengisi sektor informal atau dunia Usaha Mikro, Kecil & Menengah (UMKM). Pemerintah diharapkan untuk menambah perhatian pada sektor UMKM di tahun-tahun mendatang dengan mendorong dan mendukung mereka agar berkembang untuk menyerap tenaga kerja. Bukan membiarkan mereka berkembang sendiri.
Pekerjaan apa saja yang bakal terpengaruh (bahkan menghilang) oleh munculnya AI?
1. Pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang untuk waktu yang lama untuk menghasilkan produk atau jasa dalam skala yang besar, termasuk pekerjaan costumer service, data entry, operator mesin.
2. Pekerjaan menganalisa data yang sangat besar (Big Data) untuk menemukan pattern atau insights.
3. Pekerjaan di industri transportasi umum dan logistik, seperti pengemudi, masinis, kondektur, operator berbagai mesin, petugas kebersihan, petugas lainnya.
4. Pekerjaan atau profesi yang akan menjadi lebih produktif dan sekaligus berkualitas, seperti di dunia kesehatan karena terbantu oleh AI-powered tools. Begitu juga profesi berikut ini: pendidikan, keuangan, industri kreatif, customer service,
Info grafis berikut yang diterbitkan oleh World Economic Forum ini membuat daftar pekerjaan yang terpengaruh (hilang) dan yang akan tercipta. Sila menyiapkan diri untuk memasuki era yang baru.
Penutup
Apa yang disampaikan oleh World Economic Forum dan Jokowi adalah peringatan tentang apa yang mengemuka di dunia kerja sekarang ini dan setidaknya 1 atau 2 dekade mendatang.
Namun AI akan terus dikembangkan menjadi AGI (Artificial General Intelligence) yang artinya akan semakin pintar daripada sekedar AI. Lalu nanti apalagi yang akan berubah atau terjadi?
Apakah semakin banyak pekerjaan yang biasa dikerjakan manusia diambil alih oleh AGI? Jika sebagian besar manusia tidak bekerja, lalu bagaimana mereka memenuhi kebutuhan hidupnya, dan apa saja yang dikerjakannya sehari-hari?
Beberapa ahli memperkirakan kebutuhan dasar untuk tiap manusia justru akan lebih terpenuhi berkat AI yang semakin pintar dan mampu melakukan apa saja yang biasa dilakukan manusia sebelumnya, bahkan secara lebih baik. Sehingga kebanyakan manusia tidak perlu bekerja, namun akan tersedia anggaran yang cukup untuk menyejahterakan seluruh manusia di seluruh pelosok dunia. Anggaran itu disebut UBI (Universal Basic Income). UBI ini memang konsep yang sekarang dipopulerkan untuk menghadapi era AI mengambil alih banyak pekerjaan manusia. Beberapa negara sedang melakukan eksperiment untuk menerapkan konsep UBI ini.
Mereka yang bergantung pada UBI ini menjadi useless class yang akan terus dipertahankan untuk tetap hidup layak, karena memiliki "gaji". Meski demikian, mereka mirip dengan hewan ternak, karena sulit untuk memiliki free will.
Hanya sedikit sekali orang yang bukan bagian dari useless class. Mereka ini yang mengembangkan AI dan bekerja keras berusaha agar AI tetap berada dalam kontrol mereka, bukan sebaliknya. Mereka membangun AI agar menjadi AGI, tapi cemas AGI bakal menentukan segalanya, termasuk menentukan human existence di masa mendatang.
Meski begitu, cepat atau lambat, menurut beberapa ahli, AGI akan menjadi species baru setelah manusia. Mereka tidak berdaging, tidak bertulang, tidak berdarah, namun mereka godlike.Â
Kebanyakan orang mengira, AI atau AGI nanti akan memiliki bala tentara seperti robot. Padahal sekarang saja AI sudah menyusup ke dalam otak manusia melalui media sosial. AI tidak butuh bala tentara robot untuk mengendalikan manusia. AI melalui medsos itu lebih tahu karakter Anda melebihi diri Anda sendiri. AI juga menentukan atau membentuk perilaku Anda di medsos untuk kepentingan pemilik medsos yang setiap hari bertambah kaya, karena users bertambah dan users semakin aktif, dan jam berinteraksi semakin panjang di medsos. Untuk saat ini, AI di medsos sedang digunakan untuk tujuan itu, yaitu profit yang sebesar-besarnya.
Pada akhirnya species manusia akan "punah", atau dianggap hanya sebagai sekumpulan hewan di laboratorium yang dipelihara oleh satu species baru yang sekarang kita beri nama AI atau AGI.
M. Jojo Rahardjo
Sejak 2015 menulis ratusan artikel & video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H