Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Citizen Science yang Belum Populer di Indonesia?

10 Januari 2024   10:21 Diperbarui: 10 Januari 2024   10:37 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: https://biotas.org/

Bagaimana menghitungnya? Tentu bukan dengan menggunakan ukuran moral, atau "etik ndasmu", norma, atau aturan, karena itu hanya akan menghasilkan perdebatan panjang dari mereka yang menganggap dirinya brilian, akademisi, atau intelektual.

Y.N. Harari, sejarawan terkenal bilang kira-kira seperti ini: Sejarah dibentuk oleh stories atau fictions, bukan oleh moralitas. Sedangkan neuroscience memberi pembenaran untuk Harari dengan menyebut begini: Sejarah hitam dibentuk oleh mereka yang memiliki personality disorder melalui "great" fictions yang mereka lemparkan ke sekitarnya. Contoh untuk ini misalnya kisah seputar Alexander the Great yang mengklaim sebagai keturunan dewa-dewi. Padahal penaklukan Alexander  menghasilkan jumlah korban tewas yang fantastis di masa itu. Begitu juga Adolf Hitler.

Sedangkan sejarah yang baik dibentuk oleh mereka yang memiliki emotion regulation melalui stories atau fictions juga. Berbagai sejarah seputar spiritualisme adalah contohnya.

Oleh karena itu, ini saran dari neuroscience dalam memilih capres: Hitung keberadaan orang yang memiliki emotion regulation, karena emotion regulation mudah menular ke sekelilingnya. Satu orang saja sudah cukup. Dalam catatan sejarah pengaruh satu orang bisa terus bertahan hingga ribuan tahun, misalnya Siddhartha Gautama.

Emotion regulation adalah cara manusia untuk meninggalkan primitive instinct agar executive function di otak bekerja lebih maksimal. Hanya manusia yang memiliki executive function yang terbukti mampu menciptakan dominasi di planet Bumi. Executive function yang telah melesatkan peradaban manusia dalam beberapa ratus tahun terakhir dari sejarah panjang evolusi yang panjangnya 3 miliar tahun di planet Bumi.

M. Jojo Rahardjo
Sejak 2015 menulis ratusan artikel & video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun