Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memilih Capres dengan Neuroscience

9 November 2023   09:27 Diperbarui: 9 November 2023   10:07 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata Pilpres 2024 tidak sesederhana yang dibayangkan oleh banyak orang. Di 2014 & 2019 dengan mudah Anda bisa melihat siapa yang menjadi lesser evil. Tanpa peran besar dari para politisi atau tim sukses, masyarakat sudah kuat mendukung Jokowi di 2014 & 2019.

Sekarang di 2024 ada 3 capres yang mudah diukur dengan prinsip lesser evil juga. Mungkin sekali masyarakat lebih cenderung memilih GP karena terlihat sebagai the lesser evil, meski jika diukur dengan daftar ciri personality disorder GP tetap memiliki beberapa ciri dari sociopathy.

Sekali lagi, Pilpres 2024 berbeda, karena the lesser evil di 2014 & 2019, yaitu Jokowi nampaknya terindikasi "berpihak" atau "mendukung" pada satu capres, yaitu PS.

Mengapa Jokowi tidak berpihak pada lesser evil di 2024 ini, yaitu GP?

Mungkin jawabannya bisa ditemukan pada skandal U20. Saat itu terlihat sekali program Jokowi (menyelenggarkan U20 di Indonesia) disabotase oleh GP. Padahal program itu cukup lama dipersiapkan, bahkan sudah mengeluarkan uang banyak. Lalu pada menit terakhir GP menyatakan dengan beberapa alasannya "menolak" Timnas Israel untuk ikut berlaga di U20. Akibatnya FIFA membatalkan penyelenggaran U20 di Indonesia. Selain rugi, nama baik Indonesia tercoreng di mata dunia.

Skandal U20 mungkin sebuah petunjuk, bahwa presiden selama ini bisa dengan mudah bisa disabotase oleh parpol. Skandal U20 mungkin sebagai "hukuman" dari parpol untuk petugas partai yang bandel (meski ia presiden terpilih). Tentu itu buruk bagi NKRI yang ingin terus melesat maju di tahun-tahun mendatang.

Petunjuk kedua mungkin saja ada pada UU Perampasan Aset yang nampaknya "dijegal" terus oleh parpol, sehingga tidak kunjung terbit.

Lalu bagaimana dengan PS yang "didukung" Jokowi? Bukankah PS berpotensi juga menjadi boneka atau petugas partai dari parpol yang mendukungnya? Mungkin saja tidak, karena PS adalah ketum dari partai yang mengusungnya sebagai capres.

M. Jojo Rahardjo
Sejak 2015 menulis ratusan artikel & video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun