Contoh Kegagalan dalam Mengelola Emotions
Sebuah video di YouTube ini (klik di sini) adalah potongan pendek dari dialog yang terjadi di ruang pengadilan. Video versi panjangnya jauh lebih lengkap sebagai bahan penting untuk dibahas oleh para peminat kajian AntiSocial Personality Disorder.
Video ini menggambarkan persoalan kegagalan pengelolaan emotions dari Mario Dandy yang masih sangat muda, yaitu 20 tahun. Menurut neuroscience, prefrontal cortex baru akan berkembang sempurna di usia 25 tahun.
Perhatikan apa yang disampaikan Mario Dandy yang terlihat amat fokus pada:
1. Alasan yang dikemukakannya untuk melakukan kekerasan dan percobaan pembunuhan pada korbannya (Mario terlihat meyakini alasan itu adalah bagus, benar atau pamungkas, bahkan ia terlihat sedikit memaksa Hakim untuk ikut meyakininya).
2. Adanya ketidakmampuan dalam melihat/menyadari adanya penderitaan orang lain (Mario bilang ia tidak kasihan pada korban, sehingga itu menunjukkan, bahwa ia tidak memiliki empathy atau kemampuan menyadari adanya emotions orang lain terutama yang negatif, seperti menderita, sedih, takut, dll.)
Orang normal tidak menggunakan alasan aneh atau gila yang dimiliki Mario untuk melakukan kekejaman yang mengerikan itu pada korbannya. Bahkan saat ditanya-tanya oleh Hakim, Mario malah menegaskan ia tidak merasa kasihan pada korbannya.
Apa yang diungkapkan di ruang pengadilan menunjukkan, bahwa ia memiliki ciri utama dari psychopath. Hanya psychopath yang meyakini alasannya bagus untuk melakukan kekerasan, hingga melakukan percobaan pembunuhan pada korbannya.
Mario bukan satu-satunya orang yang di ruang pengadilan membongkar sendiri ciri utama psychopath-nya. Perhatikan juga alasan Sambo di kasus yang berbeda untuk membunuh Joshua. Alasan yang diberikan Sambo di pengadilan tidak akan mungkin dimiliki oleh orang normal.
Penutup
Kemampuan untuk mengelola emotions tentu saja bisa diajarkan sejak dini atau kepada anak-anak, namun dibutuhkan artikel yang lebih panjang untuk membahasnya.Â