Kita hidup di jaman yang sudah berubah sangat jauh dibandingkan dengan dekade yang baru saja berlalu, apalagi dengan beberapa dekade yang sudah lama berlalu, misalnya dekade tahun 60an.
Kemampuan kita beradaptasi pada segala situasi yang muncul amat menentukan apakah di dekade mendatang kita akan mampu bertahan, atau tergilas, atau apakah kita bisa melompat ke depan.
Gonjang-ganjing soal penolakan Timnas Israel di Piala Dunia U-20 menunjukkan masih ada pola pikir kita yang tertambat di masa tahun 60an. Sayangnya mereka termasuk para politisi Indonesia, padahal posisi mereka di masyarakat cukup strategis dalam menentukan arah & gerak bangsa ini.
Wawancara Najwa Shihab dengan Ganjar Pranowo baru-baru ini bisa dianalisa oleh siapapun. Pertanyaan Najwa mewakili masyarakat pada umumnya, sedangkan Ganjar mewakili politisi Indonesia. Artikel ini bermaksud untuk ikut memberi sedikit catatan mengenai isi video itu. Namun sudut pandang yang saya gunakan saya jamin jarang digunakan oleh kebanyakan orang. Saya mempelajari neuroscience, positive psychology cukup lama, yaitu setidaknya sejak 2015. Bahkan juga ditambah dengan sains seputar personality disorder. Ada ratusan artikel & video yang sudah saya buat.Â
Catatan ini tidak mengenai semua hal dalam video itu, tapi hanya beberapa saja, dan saya membuatnya saat menyimak video itu tanpa memberi informasi tentang menit dari hal-hal yang saya beri catatan itu.
Catatan saya mengenai beberapa hal dalam wawancara Najwa dengan Ganjar
1. Ganjar meyakini penolakannya pada Timnas Israel tidak membuat FIFA mencoret Indonesia sebagai tuan rumah U-20. Itu karena apalah artinya Ganjar, menurut Ganjar.
2. Ganjar menggunakan kalimat ini: "tidak terjadinya penyelenggaraan ini". Yang Ganjar maksud adalah "dibatalkannya Indonesia sebagai tuan rumah U-20". Entah karena terbata-bata, atau karena menghindari kalimat yang lebih tegas soal pembatalan Indonesia oleh FIFA.
3. Ganjar meminta maaf hanya kepada Timnas U-20. Dalam wawancara ini, baik Najwa atau Ganjar tidak pernah membahas secara langsung atau khusus apakah wajah Indonesia tercoreng atau tidak di mata dunia, karena dianggap tidak mampu menyelenggarakan event olahraga tingkat dunia.
4. Hingga saat wawancara itu, Ganjar bersikeras tetap menolak Israel dalam U-20. Silakan pemerintah membuat terobosan terobosan, kata Ganjar lagi. Maksud Ganjar adalah silakan pemerintah RI mencari-cari cara agar U-20 tetap berlangsung di Indonesia, namun Timnas Israel dicoret. Entah Ganjar lupa, atau mencoba "melawan" FIFA yang sudah punya aturan sendiri yang bisa saja berseberangan dengan kebijakan pemerintah suatu negara. Dalam hal ini seharusnya menjadi jelas bagi semua orang, bahwa aturan FIFA harus di atas yang lain. Jadi nampaknya Ganjar mencoba mengintervensi FIFA. Tentu itu bisa ditafsirkan sebagai sikap yang arogan.
5. Ganjar mengakui ia dan Gubernur Bali, I Wayan Koster menolak Timnas Israel di U-20 saat injury time, bukan pada masa awal sekali, saat Israel dinyatakan lolos ikut U20 di Indonesia, yaitu akhir Juni tahun 2022 lalu.
6. Saat ditanya Najwa, Ganjar tidak mengiyakan bahwa ia menolak Israel karena perintah partai, tetapi ia menyebut harus bersepakat dengan partai. "Keren", karena menyiratkan ia adalah seorang petugas partai yang baik atau loyal.
7. Ganjar tidak menyesal membuat pernyataan 'menolak Timnas Israel'.
8. Soal keamanan penyelenggaran U-20 dikemukakan oleh Ganjar sebagai salah satu alasan menolak Israel. Mungkin maksud Ganjar soal demonstrasi berjilid-jilid yang bisa terjadi atau aksi teroris. Ganjar menambahkan, bahwa ia memiliki sumber informasi yang layak dipercaya soal keamanan itu.
9. Ganjar mengusulkan untuk mereview kebijakan politik luar negeri Indonesia. Tentu ini usulan yang progresif dari Ganjar, apalagi jika review itu menyangkut sikap Indonesia terhadap Israel. Mari duduk bersama membicarakan itu, kata Ganjar lagi.
10. World Beach Games yang sebentar lagi diselenggarakan di Bali diusulkan Ganjar agar dibicarakan sekarang agar tidak merugikan kepentingan nasional, karena di dalamnya ada kontingen Israel. Padahal waktunya terlalu sempit untuk membicarakan itu. Sama seperti waktunya terlalu sempit untuk membicarakan Israel di U-20.
11. Ganjar menolak Israel di U-20 di last minutes, bukan di awal. Ganjar beralasan: tidak melihat ada upaya untuk menolak Israel sejak pertama kali Israel diumumkan akan ikut U-20 di Indonesia (pada 2022 lalu).
12. Penolakan itu diakui Ganjar untuk menunjukkan loyalitas pada partai dan pada konstitusi.
13. Ganjar mengakui bahwa Jokowi terlihat kecewa dengan sikapnya.
14. Lagi-lagi Ganjar menegaskan, bahwa penolakan Israel lebih didasarkan pada alasan ideologis konstitusional semata, meski di waktu yang berbeda sempat juga disebut alasan lain, yaitu alasan kemananan penyelenggaraan U-20.
15. Ganjar siap dibully habis-habisan karena penolakan itu, asalkan tidak menyasar kepada anak dan istri Ganjar.
16. Ganjar: saya tidak bisa menyenangkan semua orang. Kalo saya mau menyenangkan semua orang, jualan es krim aja, kata Ganjar (kata saya: Soal analogi es krim ini tentu tidak relevan lah untuk disebut-sebut Ganjar).
17. Ganjar menyebut Sukarno pernah "menciptakan" event olahraga sendiri. Mungkin maksudnya Asian Games atau Ganefo. Jadi Timnas Indonesia gak usah kuatir, karena akan ada event lain untuk tempat berlaga mereka nanti.
Penutup
1. Dari wawancara ini terlihat Ganjar tidak terlalu "bersalah". Ia hanya masih di level petugas partai yang loyal, belum memiliki kapasitas untuk menjadi negarawan.
2. Terselenggaranya U-20 di Indonesia jauh lebih besar daripada persoalan ideologi di PDIP atau persoalan nasib Timnas Indonesia. Namun Ganjar gagal melihat itu.
3. Sebagai orang yang mempelajari neuroscience sejak 2015 dan mempelajari personality disorder, saya mengajukan pertanyaan pada para ahli: adakah ciri narcissist pada Ganjar? Pertanyaan itu saya ajukan agar saya terhindar dari memberi stigma pada Ganjar.
4. Penolakan Ganjar dan keributan yang ditimbulkannya membuat saya merasakan perbedaan yang mencolok antara Jokowi dan Ganjar, yaitu Ganjar nampaknya menikmati hampir setiap momen saat ia berbicara, sementara Jokowi tidak.
5. Pada bagian akhir wawancara, Ganjar ditanya apakah menyesali apa yang sudah dilakukannya. Jawaban Ganjar tegas sekali: ia tidak pernah ragu dengan apa yang sudah diputuskannya. Namun bahasa tubuhnya berkata lain.
M. Jojo Rahardjo
Sejak 2015 menulis ratusan artikel & video seputar neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H