Artikel ini bukan bermaksud untuk memberi diagnosa. Artikel ini adalah artikel lanjutan dari beberapa artikel yang sudah ditulis sebelumnya dengan mempelajari beberapa buku & artikel sains seputar personality disorder. Jadi artikel ini bersifat spekulasi semata. Jika ada ahli yang ingin merespon artikel ini, tentu penulis akan bersikap terbuka. Lihat artikel sebelumnya di sini: Dark Triad Personality pada Kasus Brigadir Joshua.
Mencabut nyawa orang itu perbuatan yang salah, apapun alasannya. Namun terdakwa Sambo yang sedang diadili di hari-hari terakhir ini "berkeras" memiliki alasan bagus untuk itu, yaitu korbannya, Brigadir Joshua telah melecehkan istrinya atau harga dirinya. Hanya orang dengan ciri psikopat yang mengira alasan itu bagus untuk menggunakan kekerasan, melukai atau mencabut nyawa orang (kecuali orang-orang yang diberitugas secara terbatas oleh negara untuk melakukan penegakkan hukum). Orang normal tak akan sanggup membunuh karena alasan apapun.
Bahkan saat menyatakan alasannya membunuh di ruang pengadilan (saat meminta maaf kepada ayah & ibu korban), mata terdakwa melotot tajam ke arah ayah korban. Ini tentu bukan sikap atau gesture orang yang menyesali perbuatan salahnya. Ia mungkin sekali tidak bisa memahami, bahwa perbuatannya salah.
Apalagi permintaan minta maafnya disampaikan dengan membaca text di tangannya. Namun meski pernyataan minta maafnya sudah ditulis sebelumnya (artinya dipersiapkan sebelumnya), ternyata ciri psikopatnya tak mampu disembunyikan pada text itu. Beberapa ahli mengomentari permintaan maaf Sambo itu dengan nada heran. Meminta maaf tapi dengan berkelit-kelit yang justru menunjukkan tidak adanya penyesalan.
Terdakwa ternyata juga tidak mampu berakting menunjukkan penyesalannya saat ayah korban meminta terdakwa untuk merenungkan apa jadinya jika yang menjadi korban pembunuhan adalah anaknya sendiri. Tidak terlihat gesture penyesalan atau gesture bersalah saat ayah korban berbicara kepada terdakwa. Wajah dan gesture terdakwa malah terlihat marah seperti sudah dibahas oleh beberapa ahli dan bisa dilihat di sini (di detik 0:10 - 1:10).
Menurut riset, mortality rate dari para psikopat adalah 5 kali lebih tinggi daripada orang normal (baca di sini: Psychopathy and Mortality). Beberapa riset lainnya menyebut, bahwa jumlah psychopath hanya 1% dari populasi. Mungkin itu boleh disebut relatif kecil. Â Hasil riset ini menjelaskan mengapa ada peribahasa yang menyebut, bahwa kebaikan pasti akan selalu menang. Apakah Sambo akan terbukti di pengadilan sebagai otak dan pelaku utama dalam pembunuhan Brigadir Joshua? Mari kita tunggu!
M. Jojo Rahardjo
Sejak 2015 menulis ratusan artikel & video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H