Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bisakah Mengosongkan Pikiran?

2 November 2022   16:40 Diperbarui: 29 Juni 2023   14:24 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Komunitas Membangun Positivity


Masih banyak yang mengira kita dapat menghentikan pikiran, atau mengosongkan pikiran, atau mengistirahatkan pikiran. Sehingga banyak yang mencoba untuk menghentikan pikiran atau mengosongkan pikiran. Riset menunjukkan ternyata pikiran selalu bekerja saat kita mengira tidak memikirkan apapun, atau saat kita mencoba mengosongkan pikiran, atau mencoba mengistirahatkan pikiran. Bahkan menurut hasil scanning pada otak, banyak bagian di otak yang menjadi aktif justru saat kita mengira sedang tidak memikirkan apa pun.

Saat otak dalam kondisi seperti itu disebut juga sedang dalam kondisi Default Mode Network (DMN). Bagian otak yang aktif saat DMN ini sedikit berbeda dengan bagian otak yang aktif saat kita sedang menggunakan pikiran untuk sebuah tujuan yang serius, seperti belajar, membaca, mengerjakan soal matematika, berbicara dengan orang lain, dll. Meski demikian, bagian prefrontal cortex (yang memiliki executive function) juga terlibat saat DMN.

Saat otak dalam kondisi DMN, pikiran pun ternyata berkelana memikirkan berbagai hal atau ke masa lalu dan ke masa depan, namun jarang sekali kita bisa menyadari itu. Pikiran yang berkelana tanpa disadari dan seperti tanpa tujuan ini juga disebut mind-wandering.

Gambar: ResearchGate.net
Gambar: ResearchGate.net
Apa Kata Sains Soal Pikiran?

Berkaitan dengan pikiran, ini yang ditemukan oleh berbagai riset sains:

1. 80% pikiran kita adalah negatif.
2. Pikiran kita hari ini adalah pengulangan dari pikiran kemarin sebesar 95%.
3. Besok kita akan mengulang lagi pikiran yang sama itu.
4. Hampir separuh dari waktu kita terjaga, pikiran kita sering berada pada kondisi mind-wandering, yaitu sebesar 47%. Padahal kita sedang melakukan satu pekerjaan penting atau tidak melakukan apa-apa (beristirahat).

Gambar: Matt Killingsworth
Gambar: Matt Killingsworth
Mind-wandering adalah topik sains yang baru mulai populer beberapa dekade terakhir. Meski demikian Siddartha Gautama sudah membahasnya 2.500 tahun lalu. Pikiran kita selalu berkelana ke masa lalu dan ke masa depan atau berkelana kemanapun, yang akibatnya menurut Siddartha, kita merasa menderita (dukkha). Kita jarang bisa merasakan berada di masa sekarang dan merasakan apa yang ada di sekeliling kita, karena berada dalam pikiran kita sendiri yang selalu sibuk berkelana.

Pikiran yang sering berkelana ini telah diteliti oleh sains, dan ternyata menyumbang stres atau "menurunkan" kebahagiaan. Jadi, sains menggunakan kata stres untuk menyebut penderitaan (dukkha) yang disebut oleh Siddartha.

Gambar: Michael Corballis
Gambar: Michael Corballis
Mind-Wandering Memberi Benefit & Sekaligus Menyumbang Stres

Kita semua tahu stres tidak baik untuk otak dan untuk kesehatan. Komunitas Membangun Positivity telah membahas topik ini cukup sering, agar kita selalu memiliki otak yang berfungsi maksimal.

Sebagaimana Siddartha sudah katakan, kita nyaris tidak bisa menghentikan mind-wandering. Mind-wandering meski memberi dampak negatif, namun memiliki benefit. Banyak penemuan hebat dalam bidang sains, teknologi, juga pikiran besar dihasilkan karena adanya mind-wandering. Solusi besar dalam peradaban manusia dihasilkan karena pikiran manusia berkelana ke masa depan membayangkan apa-apa yang bisa membuat peradaban berkembang. Saat membayangkan masa depan itu manusia merancang hal-hal baru dengan menggunakan memori yang dimilikinya, termasuk memori negatif dari masa lalu. Jadi meski memberi dampak negatif, yaitu stres namun mind-wandering ini memberi benefit yang besar dalam peradaban manusia.

Sebagaimana sudah disebut sebelumnya, riset yang dilakukan oleh Harvard University menemukan: Hampir separuh dari saat kita terjaga, yaitu 47% ternyata pikiran kita sibuk berkelana ke masa lalu dan ke masa depan atau berkelana kemanapun (memikirkan banyak hal). 47% dari mind-wandering ini ada yang menghasilkan pikiran besar, solusi bagus, temuan baru, dan lain-lain yang positif. 

Meski menghasilkan hal positif, mind-wandering ini menyumbang stres, apalagi jika saat mind-wandering tidak menghasilkan hal positif.

Sebuah buku yang berjudul "The Wandering Mind" yang ditulis oleh Michael Corballis, seorang neuroscientist dari New Zealand menggambarkan dengan rinci dan mendalam tentang kategori pikiran apa saja yang muncul saat mind-wandering. Ia juga menjelaskan bagian apa saja di otak yang terlibat atau menjadi aktif saat mind-wandering, dan bagaimana asal-muasal otak manusia memiliki kecenderungan ini. Apakah hewan memiliki kecenderungan mind-wandering ini? Itu juga dikaji oleh Corballis sehingga menjadi jelas mengapa hewan hingga manusia memiliki kecenderungan ini.

Gambar: Michal Corballis
Gambar: Michal Corballis

Mindfulness Sebagai Kebalikan dari Mind-Wandering

Tahun 1979, Jon Kabat-Zinn mulai memperkenalkan mindfulness practice kepada dunia. Kata mindfulness digunakan untuk menggantikan kata meditation yang digunakan oleh Siddartha Gautama dan tradisi Hindu yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Kata mindfulness digunakan oleh Kabat-Zinn agar praktik meditasi lebih mudah disosialisasikan di dunia Barat. 

Jika diambil intisarinya, maka sebagaimana yang dikatakan Siddartha, mindfulness adalah sebuah latihan agar:


1. Lebih mudah menyadari, bahwa kita sebenarnya memiliki kecenderungan untuk melakukan mind-wandering.
2. Menurunkan dampak negatif dari mind-wandering.

Gambar: mindful.org
Gambar: mindful.org
Point pertama akan membuat kita takjub, bahwa akhirnya kita bisa menyadari atau mampu memperhatikan pikiran kita sendiri dengan lebih jernih atau jelas. Kita pun takjub, bahwa pikiran kita ternyata gampang sekali mind-wandering.

Point kedua akan membuat kita mampu untuk bersikap netral saat mind-wandering terjadi. Apa artinya?

Riset menunjukkan, bahwa stres akan terpicu saat kita melakukan mind-wandering mengenai sesuatu yang negatif, netral, atau bahkan yang positif sekalipun. Mindfulness practice bisa menghasilkan:

Emosi negatif bisa tidak muncul (gundah, marah, sedih, cemas, takut atau lainnya), meski mind-wandering terjadi. Misalnya tentang sesuatu yang buruk, jelek, atau tidak menyenangkan yang berkaitan dengan masa lalu atau masa depan.

Emosi negatif bisa tetap muncul pada saat mind-wandering tentang sesuatu yang bagus, baik, atau menyenangkan (tentang masa lalu atau masa depan). Itu karena kita cenderung mengejar yang bagus, dan lalu cemas yang bagus itu akan berakhir atau tidak ada di masa depan.

Jadi, lebih mudah untuk mencapai point pertama (Lebih mudah menyadari adanya mind-wandering).

Namun point kedua, yaitu kita mampu untuk bersikap netral saat mind-wandering terjadi, akan lebih lama untuk mencapainya, karena tantangannya lebih besar. Inilah point yang paling penting dari mindfulness practice.

Gambar: https://pataka.dhamma.africa/about-vipassana-meditation/teacher-s-n-goenka/
Gambar: https://pataka.dhamma.africa/about-vipassana-meditation/teacher-s-n-goenka/
Goenka & Jon Kabat-Zinn 

Satya Narayana Goenka lahir di Birma (Myanmar) di keluarga India yang berlatar belakang Hindu konservatif pada tahun 1924. Tahun 1969 ia pindah ke India, dan kemudian memimpin ratusan meditation center di seluruh dunia. Di meditation centernya, ia mensyaratkan latihan selama 10 hari berturut-turut dan 10 jam setiap harinya untuk bisa mencapai point kedua. Menurut Goenka, apa yang diajarkannya ini berasal dari apa yang diajarkan oleh Siddartha 2600 tahun lalu. Goenka ini salah satu orang yang berjasa memperkenalkan meditasi kepada dunia sekuler atau non-sectarian sejak tahun 70an hingga wafatnya di tahun 2013 lalu.

Namun demikian sains yang diwakili oleh Jon Kabat-Zinn (misalnya) memberi strategi yang lebih ringan dalam meditasi, yaitu: cukup melakukan meditasi setiap saat atau kapan pun kita memiliki kesempatan. Artinya itu bisa dilakukan bukan di tempat khusus, seperti yang Goenka sampaikan, yaitu di tempat latihan meditasi Vipassana. Tentu maksud Goenka adalah latihan 10 hari berturut-turut itu adalah sebuah latihan yang akan mengantar Anda untuk mampu melakukan praktik meditasi sendiri di manapun dan kapanpun.

Menurut sains kita memang bisa melakukan meditasi di mana pun, kapan pun, dan dengan posisi apa pun.

Apa yang akan Anda pilih, tentu bebas, atau mengikuti preferensi Anda sendiri. Di Indonesia sendiri sudah banyak beroperasi tempat-tempat berlatih meditasi Vipassana, meski tak persis sama dengan metode yang diberikan oleh Goenka.

Namun jika Anda belum punya waktu yang cukup untuk serius mendalami meditasi Vipassana, tentu meditasi dengan metode sains bisa lebih dahulu dijalankan dan Anda akan merasakan benefitnya langsung, jika Anda mempraktikkannya setidaknya 10 hari berturut-turut.

Yongey Mingyur Rinpoche, salah satu biksu Buddha yang terkenal di dunia juga ikut mempromosikan metode meditasi yang diajarkan oleh sains. Beberapa videonya yang mempromosikan meditasi sekuler ini banyak ditonton orang. Bisa dilihat di Youtube.

Alasan Mingyur Rinpoche mempromosikan meditasi sekuler adalah agar orang tidak kehilangan kesempatan untuk memperoleh benefit dari meditasi. Satu tarikan nafas atau dua tarikan nafas sudah lebih baik dalam memperoleh benefit daripada tidak meditasi sama sekali, ujarnya.

Jika Anda ingin berlatih meditasi, kami dari Komunitas Membangun Positivity sudah memiliki beberapa video tentang itu. Anda bisa mempelajarinya dan sekaligus berlatih.

M. Jojo Rahardjo
Menulis ratusan artikel & video seputar perkembangan neuroscience sejak 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun