Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Biaya Restorasi Borobudur Pernah Mencapai USD 6.901.243

6 Juni 2022   12:10 Diperbarui: 7 Juni 2022   16:08 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: COLLECTIE TROPENMUSEUM De Boroboudour op Java 

Tahukah Anda, Borobudur tak pernah masuk ke dalam The Seven Wonders of the World? Borobudur hanya masuk ke dalam The Forgotten Wonders. Mungkin saja karena tak banyak orang Indonesia yang menyodorkan nama Borobudur ke panitia The Seven Wonders di Swiss.

Mengapa begitu?

Borobudur adalah kuil Buddha terbesar di dunia (Guinness Book of World Records) dan UNESCO memuat nama Borobudur ke dalam The Wold Heritage Site. Artinya Borobudur dalam "perlindungan" UNESCO, karena memiliki nilai budaya yang tinggi.  

Sebagai situs arkelologis terbesar di Asia Tenggara, Borobudur disetarakan dengan Bagan di Myanmar dan Angkor Wat di Cambodia. Borobudur dihiasi dengan 2,672 panel pahatan batu dan 504 patung, serta 1,460 gambar naratif yang dipahat di dinding.

Borobudur dibangun di abad 9, lalu mulai ditinggalkan di abad 14, konon, karena datangnya agama baru dari Arabia ke Indonesia.
Borobudur ditemukan kembali dan diperkenalkan kepada dunia oleh  Governor-General Thomas Stamford Raffles saat pulau Jawa "dikuasai" Inggris. Raffles di tahun 1806-1807 mengirim Hermann Cornelius seorang ahli dari Belanda ke hutan belantara di mana reruntuhan Borobudur terkubur debu vulkanik dari gunung Merapi.

Di tahun 1835 penggalian reruntuhan Borobudur selesai, namun belum ada restorasi yang serius. Tahun 1872 untuk pertama kalinya Borobudur dipotret sebagaimana gambar di bawah ini, meski sebelumnya sejak ditemukan Borobudur sudah dipelajari dan dibuat berbagai gambar sketnya.

Gambar: COLLECTIE TROPENMUSEUM De Boroboudour op Java 
Gambar: COLLECTIE TROPENMUSEUM De Boroboudour op Java 
Setelah kedatangan Belanda ke Indonesia, para ahli Belanda mulai merancang restorasinya selama bertahun-tahun. Lalu Borobudur pertama kali direstorasi antara tahun 1907-1911. Setelah itu Borobudur masih terus direstorasi berkali-kali untuk memperbaiki berbagai persoalan, seperti drainase yang merusak struktur Borobudur.

Baru pada tahun 1972-1985 dilakukan restorasi besar-besaran dengan bantuan UNESCO. Nyaris semua batu dicopot dan dipasang kembali setelah diperbaiki, diganti, atau dibuat ulang. Bahkan pondasinya dibongkar untuk diperkuat kembali. Experimen besar pun dibuat di Borobudur, salah satunya untuk mencari cara melawan mikroorganisme yang merusak batu. Menurut catatan yang ada, biaya merestorasi Borobudur mencapai US$6,901,243.

Pada tahun 1991, UNESCO menetapkan Borobudur sebagai "a World Heritage Site".

Setelah itu masih ada lagi beberapa upaya restorasi atau penyelamatan Borubudur, misalnya dari debu vulkanik di tahun 2010 dan 2014 dari gunung Merapi dan gunung Kelud.

Sejak direnovasi besar-besaran (1972-1985), pada tahun 1973 Borobudur mulai digunakan kembali sebagai kuil Buddha untuk kegiatan ibadah dan tempat suci (pilgrimage) untuk dikunjungi. Setiap tahun ummat Buddha mengunjungi 3 Candi Buddha sekaligus: Candi Pawon, Candi Mendut, dan Candi Borobudur. Ketiga candi ini jika dilihat di peta membentuk satu garis lurus di Jawa Tengah. Para ahli tidak mengetahui, apakah pembangunan ketiga candi ini pada masa dahulu memang direncanakan untuk membentuk 1 garis lurus.

Gambar: Jakarta Post
Gambar: Jakarta Post
Mengapa Borobudur tidak masuk ke dalam The Seven Wonders of the World? Mungkin orang Indonesia tak peduli dengan polling yang dibuat oleh panitia The Seven Wonders di Swiss itu. Mungkin itu karena pemerintah Indonesia dan para ahli arkeologi kurang menyerukan masyarakat tentang berharganya Borobudur, sehingga masyarakat cuma melihat Borobudur sebagai tempat atraksi berfoto ria.

Akibatnya semua orang bebas ke Borobudur, bahkan hingga ke bagian puncaknya. Lantai batu menjadi aus karena terlalu banyak yang menginjaknya, yaitu sekitar 1200 orang per hari mengunjungi, menurut Borobudur Conservation Authority of Borobudur. Dinding berukirnya dilaporkan oleh beberapa media ditempeli oleh permen karet, dan sampah bertebaran. 

Banyak bagian penting di Borobudur terlalu sering disentuh, bahkan dipanjati seperti pohon dipanjati monyet. Itu belum termasuk vandalisme dan ancaman bom (Borobudur pernah diserang 9 bom ditahun 1985). Itu sebabnya sejak 2014 Borobudur sudah dilengkapi dengan CCTV, dan "pasukan" pengamanan yang menjaga terutama di malam hari.

Dari berbagai alasan untuk menaikkan harga tiket kunjungan ke Borobudur, tentu saja saya memilih alasan: di zaman digital sekarang, untuk mengapresiasi situs berharga kita tidak perlu mengunjunginya secara langsung. Cukup mengunjungi situs digitalnya saja. Atau cukup mengunjungi halaman bawah Borobudur untuk berfoto ria.

M. Jojo Rahardjo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun