Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Adian Napitupulu: Apa Peran Fahri Hamzah di DPR Setelah Reformasi 98?

13 Mei 2022   13:17 Diperbarui: 13 Mei 2022   19:08 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: TribunNews.com

Media sosial kemarin, 12 Mei 2022, hingga hari ini diramaikan oleh satu artikel yang ditulis oleh Adian Napitupulu yang semua orang sudah tahu siapa dia. Artikel menggelitik itu berjudul "Fahri, Waktu akan Menjadi Penguji Setia Masing-masing Kita". Isinya menyoroti twit Fahri Hamzah yang menurut Adian, twit itu mempertanyakan komitmen perjuangan Adian dan Budiman, karena twit yang dibuat Fahri itu dilengkapi dengan foto Adian Napitupulu dan Budiman Sudjatmiko.

Artikel Adian berisi daftar kekurangan DPR sepanjang periode Fahri ada di dalam DPR itu sejak tahun 2004. Jadi jika dibuat ringkasannya, menurut Adian, Fahri tak usah merasa paling hebat, atau sempurna dalam soal mengurus Indonesia dan segala macam permasalahannya.

Tentu amat mengejutkan saat membaca daftar masalah yang terjadi yang ditulis oleh Adian tentang apa saja yang terjadi di gedung DPR saat Fahri menjadi "pimpinan" di DPR. Yang paling mengejutkan adalah bagaimana karyawan kecil di gedung DPR itu tidak diperhatikan kesejahteraannya, saat semua anggota DPR bergelimang tunjangan dan gaji besar.

==o==

Selain itu, saya melihat ada 2 paragraf menonjol dari artikel yang ditulis Adian yang perlu saya tanggapi sebagaimana di bawah ini.

Adian menulis ini:

Melalui jawaban ini saya mencoba mengingatkan Fahri untuk tidak saling menghakimi dan mempertanyakan pilihan jalan dan pilihan perjuangan masing masing.

Tanggapan saya:

Saya kurang setuju dengan Adian soal ini, karena pekerjaan utama para politisi adalah mengurusi rakyat. Tentu itu pekerjaan penting, sehingga sudah seharusnya diisi oleh mereka yang terbaik, bukan yang tukang membual atau tukang ngoceh semata, atau bahkan yang memiliki personality disorder (mereka yang disebut memiliki personality disorder juga disebut mentally sick).

Jadi para politisi harus terus disoroti atau dikritisi dalam soal apa saja, termasuk kehidupan pribadinya, jika perlu. Itu semua agar rakyat mendapatkan politisi terbaik, dan membuang politisi yang kualitasnya cuma kerak di periuk nasi.

Adian juga menulis ini:

Akhir kata, saya mau mengingatkan Fahri bahwa hari ini tepat 24 tahun lalu, 4 kawan kita dari Trisakti sedang meregang nyawa, tubuh mereka berlumur darah, menahan sakit lalu meninggal karena di tembak. Dan diatas gugur nya mereka maka berikutnya lahirlah kebebasan yang kita rasakan hari ini... lahirlah partai partai Politik, lahirlah serikat serikat buruh, lahirlah kebebasan media, lahirlah Presiden, Gubernur, Bupati dan anggota DPR/D yang dipilih langsung oleh Rakyat.... lahirlah Mahkamah Konsitusi, KPK, lahirlah pemisahan Polri dan TNI dan banyak lagi....

Tanggapan saya:

Jangan lupa, bung Adian, di masa setelah reformasi 98 itu lahir juga SBY yang disebut berbagai pengamat telah menyuburkan korupsi dan radikalisme agama di Indonesia.

Adian Napitupulu adalah salah satu dari amat sedikit wakil rakyat yang mampu, dan bahkan sering menulis. Nampaknya Adian tidak menggunakan jasa ghost writer dalam menulis, tidak seperti wakil rakyat lainnya yang banyak menulis buku, tapi ditulis oleh ghost writer. Adian tidak saja membuat jejak bagus di dunia aktivisme dan dewan perwakilan rakyat, tetapi juga sekarang naik tingkat ke dunia intelektual dengan berbagai artikel yang telah ditulisnya. Semoga ini ditiru oleh wakil rakyat yang lain.

==o==

Bagaimanapun Indonesia dalam 2 dekade terakhir ini sudah menunjukkan banyak perubahan positif, namun kebanyakan anggota DPR itu justru bagian dari masalah yang ada di Indonesia yang belum terselesaikan. Belum lama ini di berbagai media diramaikan oleh berita tentang DPR tidak meloloskan RUU Perampasan Aset dalam Tindak Pidana, padahal itu penting dalam upaya menurunkan angka korupsi di Indonesia dan menyelamatkan aset negara. Entah kenapa DPR begitu.

Korupsi adalah masalah besar di Indonesia, namun melihat nasib RUU di atas, maka DPR tidak terlihat berupaya untuk mengatasi persoalan itu.

Tentu saja korupsi bukan akar dari berbagai persoalan di Indonesia, namun korupsi adalah gejala yang terlihat dari minimnya kualitas SDM di Indonesia, terutama di legislatif, pemerintahan, dan yudikatif. Namun yang paling memprihatin tentu saja yang di legislatif, karena di sini lah kemana arah Indonesia bergerak ditentukan. Mereka tak terlihat menghasilkan UU atau aturan yang berguna dalam peningkatan SDM.

Perjuangan membela rakyat yang dilakukan politisi seperti Adian Napitupulu akan lebih lancar, jika lembaga penting seperti DPR, pemerintah, yudikatif diisi oleh orang-orang yang waras secara mental, apalagi presiden, gubernur, walikota, bupati dan lain-lainnya. Bagaimana caranya? Semoga Adian bisa memberi usulan mengenai itu.

M. Jojo Rahardjo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun