Akhir kata, saya mau mengingatkan Fahri bahwa hari ini tepat 24 tahun lalu, 4 kawan kita dari Trisakti sedang meregang nyawa, tubuh mereka berlumur darah, menahan sakit lalu meninggal karena di tembak. Dan diatas gugur nya mereka maka berikutnya lahirlah kebebasan yang kita rasakan hari ini... lahirlah partai partai Politik, lahirlah serikat serikat buruh, lahirlah kebebasan media, lahirlah Presiden, Gubernur, Bupati dan anggota DPR/D yang dipilih langsung oleh Rakyat.... lahirlah Mahkamah Konsitusi, KPK, lahirlah pemisahan Polri dan TNI dan banyak lagi....
Tanggapan saya:
Jangan lupa, bung Adian, di masa setelah reformasi 98 itu lahir juga SBY yang disebut berbagai pengamat telah menyuburkan korupsi dan radikalisme agama di Indonesia.
Adian Napitupulu adalah salah satu dari amat sedikit wakil rakyat yang mampu, dan bahkan sering menulis. Nampaknya Adian tidak menggunakan jasa ghost writer dalam menulis, tidak seperti wakil rakyat lainnya yang banyak menulis buku, tapi ditulis oleh ghost writer. Adian tidak saja membuat jejak bagus di dunia aktivisme dan dewan perwakilan rakyat, tetapi juga sekarang naik tingkat ke dunia intelektual dengan berbagai artikel yang telah ditulisnya. Semoga ini ditiru oleh wakil rakyat yang lain.
==o==
Bagaimanapun Indonesia dalam 2 dekade terakhir ini sudah menunjukkan banyak perubahan positif, namun kebanyakan anggota DPR itu justru bagian dari masalah yang ada di Indonesia yang belum terselesaikan. Belum lama ini di berbagai media diramaikan oleh berita tentang DPR tidak meloloskan RUU Perampasan Aset dalam Tindak Pidana, padahal itu penting dalam upaya menurunkan angka korupsi di Indonesia dan menyelamatkan aset negara. Entah kenapa DPR begitu.
Korupsi adalah masalah besar di Indonesia, namun melihat nasib RUU di atas, maka DPR tidak terlihat berupaya untuk mengatasi persoalan itu.
Tentu saja korupsi bukan akar dari berbagai persoalan di Indonesia, namun korupsi adalah gejala yang terlihat dari minimnya kualitas SDM di Indonesia, terutama di legislatif, pemerintahan, dan yudikatif. Namun yang paling memprihatin tentu saja yang di legislatif, karena di sini lah kemana arah Indonesia bergerak ditentukan. Mereka tak terlihat menghasilkan UU atau aturan yang berguna dalam peningkatan SDM.
Perjuangan membela rakyat yang dilakukan politisi seperti Adian Napitupulu akan lebih lancar, jika lembaga penting seperti DPR, pemerintah, yudikatif diisi oleh orang-orang yang waras secara mental, apalagi presiden, gubernur, walikota, bupati dan lain-lainnya. Bagaimana caranya? Semoga Adian bisa memberi usulan mengenai itu.
M. Jojo Rahardjo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H