Semua itu saya bahas dalam berbagai artikel dan video untuk mempromosikan sains yang belum terlalu populer di Indonesia, yaitu neuroscience. Saya tentu bukan ahli di bidang itu, saya hanya penulis yang rajin (lebih dari 500 artikel dan ratusan video) untuk mempromosikan sains itu agar lebih banyak masyarakat yang memperoleh benefit dari sains itu.
Kembali kepada Depp & Amber.
Berbagai media sejak lama memang sudah ramai dengan kisah-kisah buruk Amber. Namun itu bukan berarti bakal pasti memuluskan Depp untuk bisa memenangkan tuntutannya.
Para juri di pengadilan itu juga mendapatkan berbagai kesaksian atau bukti, bahwa Depp adalah seorang pecandu alkohol dan pecandu beberapa jenis narkoba lainnya.
Tentu saja itu bakal mempengaruhi penilaian juri, karena bagaimanapun seorang pecandu disebut bisa memiliki perangai yang buruk, bahkan keterangannya tidak bisa dipercaya. Sains menyebut fungsi Prefrontal Cortex (PFC) mereka menjadi turun. Padahal bagian otak itu menghasilkan pemikiran rasional, pertimbangan baik dan buruk, atau moral dan perilaku.
Amber ternyata pernah merekam secara diam-diam gerak-gerik Depp di satu pagi saat sedang marah-marah tak jelas dan menendang lemari serta membanting pintu lemari di dapur. Setelah itu Depp menuang 1 botol penuh wine ke sebuah gelas besar. Dalam percakapan antara Amber dan Depp di video itu disebut wine itu adalah sarapan paginya.
Sebagaimana yang sudah saya pernah bahas di beberapa artikel atau video sebelumnya, alkohol atau narkoba memang memboost tingkat dopamine hingga bisa 10 kali lipat dari tingkat yang normal. Namun tingkat dopamine ini dalam beberapa jam kemudian bisa drop ke tingkat di bawah normal.
Tingkat dopamine yang tinggi ini yang menghasilkan rasa menyenangkan atau high yang membuat orang ingin kembali menggunakan narkoba lagi dan lagi. Pecandu menjadi tidak bisa lagi menikmati keluarnya dopamine dalam tingkat yang normal yang dihasilkan oleh banyak bahan lain atau kegiatan lain seperti meditasi, menulis jurnal positif (bersyukur), berolahraga, dan lain-lain.
Tadi barusan saya sebut, narkoba bisa memicu keluarnya dopamine hingga 10 kali lipat dari tingkat normal. Namun setelah beberapa jam akan jatuh ke tingkat di bawah normal. Saat tingkat dopamine di bawah normal itu, maka keseimbangan hormon lain di otak juga terganggu atau berubah.Â
Kondisi itu disebut kondisi depresi. Sains menggambarkan saat depresi itu, maka fungsi otak secara umum menurun, terutama fungsi PFC-nya yang tadi barusan sudah saya sebutkan.Â
Saat depresi itu tentu saja mengganggu kualitas relationships-nya dengan orang-orang dekat atau orang-orang lainnya. Bagaimana mungkin ia memiliki perangai baik, jika saat itu ia tanpa sebab mengalami kegelisahan, cemas, marah-marah, bingung, agresif, mudah tersinggung, dan lain-lain.