Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Luhut BP Bertemu Elon Musk? Angin Segar atau Bencana?

4 Mei 2022   15:36 Diperbarui: 20 Juli 2022   19:28 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: TribunNews.com

Membahas Elon Musk mungkin harus dengan dibuka dengan soal mengapa mobil Tesla sering digores atau ditendang atau dirusak oleh orang saat sedang parkir di tempat umum tanpa pemiliknya? Ini betul-betul terjadi, karena rekaman cctv mengenai itu ada di Youtube. Coba ketik ini di Youtube; why are people vandalizing Tesla cars?

Tentu itu perbuatan yang melanggar hukum dan tidak boleh ditiru. Namun mengapa itu tidak terjadi pada mobil merek lain? anda akan melihat jawabannya setelah anda selesai membaca artikel ini.

==o==

Beberapa tahun lalu saya membaca berita tentang proyek Neuralink yang diluncurkan oleh Elon Musk, dan lalu dahi saya berkerut hebat. Otak dan fungsinya adalah bidang yang saya pelajari sejak tahun 2015 lalu, hingga menghasilkan ratusan artikel dan video. Kok ada proyek penting yang luput dari perhatian saya?

Lalu, hanya dalam hitungan jam saja, saya bisa menemukan puluhan artikel atau video dari para neuroscientists yang membahas Neuralink. Intinya mereka bilang, Elon ini nekat sekali membual soal teknologi untuk memasang interface untuk download/upload pikiran (data atau informasi) dari/ke otak/komputer. Mungkin Elon berpikir, masyarakat itu: as dumb as he is dalam soal sains & teknologi seputar otak.

Namun nampaknya Elon bisa terus melenggang dengan tenang, karena kebanyakan orang memang tak mempelajari dengan mendalam soal sains dan teknologi seputar otak. Ditambah pula para saintis yang tahu soal itu tidak memiliki kebiasaan merusak nama pengusaha terkaya di dunia.

Hasil pencarian saya di internet menemukan ternyata personality dari Elon Musk ini sudah sering dibahas oleh para ahli. Hasil analisis mereka tentu tidak menggembirakan bagi mereka yang sedang berurusan dengan Elon, apalagi bagi mereka yang mengidolakan Elon.

Bagi para ahli, Elon jelas sekali memiliki ciri personality disorder, terutama ciri narcissist. Bahkan ada ahli yang menyebut Elon memiliki ciri psikopat.

Apa yang paling mudah menunjukkan ciri personality disorder-nya? Lihat aja semua tweet-nya. Misalnya tweet-nya baru-baru ini soal cocaine dalam Coca-Cola yang Elon ingin cocaine tersedia lagi dlam Coca-Cola. Ini tweet-nya: "Next I'm buying Coca-Cola to put cocaine back in". Cocaine adalah bahan berbahaya karena merusak otak dan tentu saja merusak produktivitas. Sangat tidak pantas untuk dijadikan lelucon.

Elon memang tergila-gila dengan Twittter seperti Donald Trump. Kegilaannya ini memunculkan joke tentang Elon begini: Elon itu membaktikan hidupnya hanya pada 3 hal saja: 25% untuk Tesla, 25% untuk SpaceX, dan 50% untuk nge-tweet. Bukan jumlah tweet-nya yang menunjukkan ia memiliki personality disorder, tapi isi tweet-nya.

Untuk yang belum tahu, tweet-nya sering digunakan untuk menaikkan citra, bahkan untuk menaikkan jumlah kekayaannya. Kata yang populer untuk itu adalah tweet-nya sering digunakan untuk menggoreng saham.

Ada sederet catatan buruk Elon dalam usahanya, meski demikian Elon adalah orang terkaya di dunia, seperti disebut Forbes dalam catatan "real time billionares"-nya 

Sebagaimana yang sudah disebut di atas soal neuralink, Elon sering membuat para ahli merespon negatif apa yang dikerjakannya. Itu tentu saja termasuk sederet proyek seperti Tesla, SpaceX, Hyperloop, dll.

Ini kutipan dari seorang ahli mengenai SpaceX;

As for that Hyperloop, most experts say it's impossible and unnecessary. "It gives me pause to think that otherwise intelligent people are buying into this kind of utopian vision," Harvard professor Jose Gomez-Ibanez told MIT Technology Review in 2016.

Tentu masih ada lagi kutipan miring lainnya soal SpaceX.

Ciri Narcissist pada Elon

Kebanyakan pengusaha besar memiliki ciri narcissist, karena itu adalah salah satu syarat untuk mencapai kesuksesan. Begitu kata sejumlah ahli. Sejumlah nama pengusaha besar disebut memiliki ciri itu, seperti; Jeff Bezos, Bill Gates, Steve Jobs, Donald Trump, dll.

Merasa dirinya besar, pintar atau the chosen one membuat seorang narcissist lebih berani mengambil risiko besar. Jika gagal, maka ia tak punya malu, dan ia juga pandai menutupi kegagalannya. Merasa dirinya besar itu juga yang membuatnya sering terlihat mampu meyakinkan orang tentang ide, atau konsep yang dimilikinya.

Namun jangan lupa ada banyak pengusaha besar yang telah membangkrutkan perusahaan yang dipimpinnya, seperti Steve Jobs yang pernah dipecat dari Apple dan Shai Agassi, CEO dari Better Place.

Shai Agassi yang memiliki beberapa kemiripan dengan Elon Musk pernah disebut sebagai "the Steve Jobs of clean energy'. Ini beberapa kutipan Agassi  yang sekilas menunjukkan ia adalah memiliki visi yang luar biasa untuk masa depan yang lebih baik:

1. How would you run a whole economy without oil?
2. If you could convert an entire country to electric cars...you could get a solution.
3. We are looking at the emergence of Car 2.0, a whole new market, a whole new business model.
4. We have to make the right moral decision and we have to make it immediately. Because if we don't, we will have lost our economy right after we've lost our morality
.

Seperti Elon Musk, Shai Agassi juga memiliki mimpi besar 'dunia yang lebih baik' (Better Place). sebagaimana terlihat dalam beberapa kutipan di atas, Agassi juga punya mimpi besar soal mobil listrik. Sayangnya mimpinya tidak bisa diwujudkan di masa sekarang ini. 

Perusahaannya ditutup karena bangkrut. Tesla pun belum kunjung untung. Namun pemuja Agassi dan pemuja Elon menyebutnya demikian: dunia atau masyarakat belum siap menerima konsep atau pemikiran atau ide-ide besar Elon atau Agassi. Padahal Elon dan Agassi bukan pemimpi seperti Dr Martin Luther King Jr. Elon dan Agassi  adalah dua orang narcissists yang kepalanya terlalu besar.

Elon digambarkan di artikel di bawah ini sebagai shithead  (https://redflag.org.au/node/7195), salah satunya karena respon Elon pada pandemi yang terjadi. Ia membahayakan keselamatan karyawan Tesla di masa awal pandemi, sehingga ambulan harus datang ratusan kali untuk menolong karyawannya yang dipaksa bekerja saat pandemi sedang merebak hebat di Amerika dan seluruh dunia waktu itu.

Elon, seperti narcissist yang lain, terutama yang hidup di masa dahulu seperti Hitler, Alexander the Great, Kaligula, Nero, Commodus, dll, membangun sistem anti kritik di sekitarnya. Karena itu ia mudah sekali untuk jatuh terjerembab, meski ia sudah melambung tinggi sekali di puncak kekuasaan.

Donald Trump bisa dijatuhkan dari kursi presiden, karena Amerika menggunakan sistem demokrasi, sehingga ada cara untuk memperbaiki apa yang salah, namun Rusia tidak memiliki sistem itu, sehingga Vladimir Putin terlalu lama berkuasa dan terlalu lama diberi kesempatan berkuasa, sehingga semakin anti kritik.

Sebagaimana Hitler, jika Putin dibiarkan, mungkin sekali Putin akan membawa dunia kepada perang dunia ketiga.

Mengukur Elon dengan Persoalan Global

Tentu saja perjalanan ke ruang angkasa atau bahkan membuat space colony (di Mars) adalah sebuah lompatan besar peradaban umat manusia, jika manusia memang benar-benar sudah mampu melakukannya. Pasti pada saat itu konsepnya pun harus sudah melalui proses "ujian" dari berbagai para ahli. Sayangnya SpaceX yang dikerjakan oleh Elon tidak melalui "ujian" itu, termasuk juga Tesla, Hyperloop, Neuralink, dll.

Padahal pada saat yang sama, banyak ahli sedang sedang mengembangkan Artificial Intelligence (AI) dengan giat. Progres dari perkembangannya itu bahkan menunjukkan AI sudah mampu mengembangkan dirinya sendiri, yaitu dengan cara menulis coding untuk penyempurnaan AI. 

Anehnya Elon tidak terlibat (lagi) di pengembangan AI. Padahal sebelumnya ia disebut ada dalam OpenAI, sebuah organisasi nirlaba yang isinya banyak ahli untuk mengembangkan AI.

Memang sangat aneh, jika Elon meninggalkan organisasi (OpenAI) yang misi utamanya: Our mission is to ensure that artificial general intelligence benefits all of humanity.

OpenAI adalah perusahaan nirlaba yang ingin mengembangkan kecerdasan buatan yang bersahabat dan dapat menguntungkan manusia secara keseluruhan. Para pendirinya terdorong oleh ketakutan mereka akan kemungkinan bahwa kecerdasan buatan dapat mengancam keberadaan manusia.

AI yang masih embrio itu, ternyata sudah punya peran dalam pengembangan super computer. Jadi kita bisa melihat pengembangan AI & super computer ini sangat saling mempengaruhi satu dan lainnya.  Setidaknya setiap 6 bulan keduanya dilaporkan bertambah sangat kuat (artinya juga bertambah sangat cepat, namun energi dan space yang dibutuhkan bertambah kecil)

Beberapa ahli memprediksi, bahwa AI dan super computer akan memiliki peran yang sangat besar dalam peradaban manusia hanya dalam hitungan 2 dekade saja. Artinya semua yang masih hidup saat ini (bukan generasi selanjutnya), akan melihat hasil dari perkembangan AI & super computer itu.

Namun Elon tidak terlibat di sana, padahal AI & super computer adalah salah satu dari persoalan dunia yang utama yang harus menjadi perhatian semua orang, apalagi para pengusaha besar.

Elon juga tidak terlibat dalam persoalan dunia yang utama lainnya, yaitu climate change atau global warming. Bagaimana bisa? Tentu kita mendengar klaim Elon soal peran mobil listrik untuk menurunkan emisi karbon. Masyarakat awam tentu menyangka klaim Elon itu benar, namun para ahli menunjukkan berapa banyak mobil listrik yang diproduksi Elon, jika harga mobil listriknya relatif mahal?

Para ahli pun melanjutkan pertanyaannya: berapa besar jejak karbon yang diciptakan oleh mobil Tesla? Istilah jejak karbon ini sudah lama populer, yaitu jejak yang dihasilkan suatu produk, termasuk produk yang kita sebut produk organik, seperti sayuran, buah, dan lainnya, apalagi produk dari industri besar seperti yang dihasilkan Tesla.

Jadi, Tesla ternyata menurut para ahli, bukan solusi dari persoalan climate change atau global warming.

Lalu klaim Elon yang lain juga harus dipertanyakan, soal space coloni di luar Bumi, juga perjalanan ke planet Mars. Jawaban dari pertanyaan ini telah dijawab di beberapa paragraf sebelumnya soal AI & super computer. Konsep space coloni atau yang semacam itu yang lebih sophisticated akan diberikan segera setelah AI betul-betul tercipta. 

Otak manusia memiliki keterbatasan untuk menemukan konsep terbaik soal space coloni atau yang semacam itu, apalagi otak Elon yang diragukan kapasitasnya oleh para ahli.

Elon juga tidak memberi solusi pada persoalan dunia yang lain, misalnya ancaman perang nuklir. Ia bahkan bagian dari ancaman bagi kemanusiaan yang disebut dengan istilah "melebarnya polarisasi politik di mana-mana di seluruh dunia". Ancaman ini disebabkan oleh medsos. Ancaman ini bahkan sudah disebut bisa menjadi pemicu perang nuklir dan perang dunia ketiga.

Betul Elon pernah menyarankan agar masyarakat untuk meninggalkan medsos, karena berbahaya, namun Elon adalah seorang pengguna medsos yang aktif di Twitter. Bahkan Elon baru-baru ini dikabarkan akan "membeli" Twitter. 

Ingat joke yang menyebut hidup Elon dibaktikan untuk 3 hal saja: 25% untuk Tesla, 25% untuk SpaceX, dan 50% untuk nge-tweet apa saja, bahkan yang gak penting sekalipun, termasuk juga nge-tweet gorengan bagi bisnisnya.

Barangkali saat ia diwawancarai soal medsos, Elon baru saja mendengar informasi tentang adanya gerakan meninggalkan medsos oleh sekelompok orang yang dulu adalah pioneer medsos, seperti dari Google, FB, Twitter, dan lain-lain. 

Tentu Elon (sebagai narcissist) tak mau kalah dengan kepopuleran dari gerakan ini, sehingga ia pun membual menjadi bagian dari gerakan ini dengan menyarankan untuk meninggalkan medsos (meski ternyata ia tidak meninggalkan medsos, malah hendak membeli Twitter).

Penutup

Artikel saya sebelumnya mengenai medsos yang berjudul: "Media Sosial, Sebuah Dilema Baru dalam Peradaban?" membahas apa kata para ahli soal bahaya medsos. Selain itu artikel itu juga membahas apa yang perlu kita lakukan dengan medsos, terutama saat menghadapi tahun politik 2024. Tahu-tahu, sekarang Twitter hendak dikuasai oleh Elon yang ciri narcissistnya terlihat jelas sekali dan Elon baru saja ditemui oleh Luhut BP beberapa waktu lalu.

Ada banyak catatan buruk Elon yang tersebar di berbagai media, namun itu akan dianggap bias, misalnya karena dianggap sebagai suatu fenomena kecemburuan sosial.

Mengukur Elon cukup dengan mengukurnya apakah Elon adalah jawaban dari berbagai persoalan dunia? Cara mengukur Elon ini juga cara yang bagus untuk mengukur tokoh-tokoh Indonesia, terutama jika dikaitkan dengan tahun politik 2024.

M. Jojo Rahardjo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun