Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

International Day of Happiness 2022 and Mindfulness Industry

20 Maret 2022   18:42 Diperbarui: 25 Maret 2023   09:52 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Solusi ini menjadi melegakan, karena secara umum pemerintahan di dunia tidak terlalu peduli pada mental health warganya. Itu terlihat dari kecilnya anggaran yang disediakan pemerintah di seluruh dunia. Padahal mental health yang buruk akan: 1. menurunkan produktivitas warganya, 2. membebani anggaran kesehatan secara umum, 3. meningkatkan angka kekerasan di antara warga.

Angka anggaran untuk mental health nampaknya akan semakin mengecil karena rata-rata pemerintahan di seluruh dunia diperkirakan akan meningkatkan anggaran militernya. Penyebabnya tidak lain adalah invasi Putin ke Ukraina. Anggaran militer yang naik berkali-kali lipat ini sudah terlihat di beberapa negara di Eropa.

Bagaimana dengan Indonesia?

Mental health bisa tercermin pada posisi Indonesia di World Happiness Report (WHR) yang diterbitkan PBB tiap tanggal 20 Maret tiap tahun. WHR ini disusun oleh para ahli neuroscience, positive psychology, dan ahli-ahli dari bidang sains yang lain. 

Posisi Indonesia sudah semakin membaik dalam beberapa tahun terakhir ini, terutama di tahun 2021 yang berada di posisi 82. Namun di WHR tahun 2022, posisi Indonesia terjerembab kembali ke posisi 87. Pandemi disebut para ahli sebagai penyebab utama turunnya beberapa indikator di WHR, seperti GDP per capita, dan selanjutnya (lihat daftar 6 indikator WHR di website resmi WHR).

Posisi Indonesia ini dan negeri-negeri lain, yaitu di angka 80an kebanyakan diduduki oleh negeri-negeri berkembang, miskin, atau penuh konflik.

Asal tahu saja posisi teratas 15 terbesar WHR selalu diisi oleh negeri-negeri Skandinavia, dan hampir semua negeri Eropa (Barat), juga Australia, New Zealand, Canada. Yang mengejutkan adalah negeri Israel yang setiap hari dalam kondisi siap diperangi negeri tetangganya, ternyata tahun 2022 ini meloncat ke posisi 9 (dari 12) menduduki tempat setelah negeri-negeri Skandinavia dan Eropa.

Satu negeri lain yang mengejutkan adalah Costa Rica yang bukan negeri tergolong besar, namun menempati urutan 16 di tahun sebelumnya, namun sekarang Costa Rica juga terjerembab ke posisi 23. Lagi-lagi penyebabnya adalah pandemi yang mempengaruhi beberapa indikator WHR.

Posisi Russia, China, Ukraine hampir sama buruknya dengan Indonesia. Tentu itu tidak mengherankan, karena Russia dan China dikelola oleh pemerintahan yang otoritarian, padahal salah satu syarat memiliki happiness menurut WHR adalah freedom to make life choices. Sedangkan Ukraine memiliki beberapa wilayah yang bergolak oleh pemberontakan yang didukung oleh Russia menurut laporan beberapa media. 

Selain itu Ukraina juga masih diliputi persoalan korupsi dan politik yang belum stabil. Persoalan Indonesia tentu juga soal korupsi yang nampaknya warisan lama yang tak bisa hilang, dan yang lain lagi adalah kaum radikal agama yang secara gigih dan teratur mencoba untuk naik ke puncak kekuasaan dengan bekerjasama banyak kelompok-kelompok lain, bahkan dengan tokoh-tokoh politik dengan ideologi sekuler, nasionalis sekalipun. Tentu saja itu menghancurkan setidaknya 2 syarat dari WHR, yaitu social support, dan produktivitas (GDP per capita).

International Day of Happiness di Tahun2022

International Day of Happiness pertama kali diselenggarakan PBB pada tahun 2013 tiap tanggal 20 Maret. Happiness Day ini diinisiasi oleh negara Bhutan yang sejak lama fokus pada soal happiness warganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun