Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mau Apa Bill Gates dkk Kumpul di Bali?

22 Januari 2022   22:13 Diperbarui: 31 Januari 2022   18:40 2788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu saja banyak yang sudah mendengar kabar miring tentang Bill Gates seputar pandemi yang merebak sudah 2 tahun lebih ini. 

Ia disebut kabar miring itu, bahwa pandemi membuat Gates mendapat untung besar, bahkan ia juga pernah disebut merekayasa munculnya COVID-19. Belum lagi kabar miring seputar monopoli dalam bisnis aplikasi komputer di dunia.

Lalu baru beberapa hari lalu, Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) mengabarkan kepada media permintaan Bill Gates dan kawan-kawan agar presiden Jokowi hadir dalam acara pertemuan mereka di Bali bulan April 2022 ini.

Ada apa?

Nampaknya Gates datang sebagai pendiri foundation yang sering memberi bantuan kemanusiaan di banyak negeri di dunia. Foundation milik Gates datang ke Bali bersama sekitar 40an foundation besar kelas dunia lainnya, seperti antara lain Rockefeller.

Apa yang akan mereka kerjakan nanti? Tulisan ini bermaksud membahas apa di balik yang mereka kerjakan, yaitu altruism yang sekarang menjadi topik yang terus berkembang di kalangan saintis.

BILL GATES DAN KABAR YANG BERBEDA

Di luar kabar miring tentang Gates, sebenarnya ada beberapa hal yang tak banyak diketahui masyarakat. Misalnya ia tidak mewarisi kekayaannya yang begitu besar kepada anak-anaknya, kecuali hanya beberapa persen yang kecil saja. 

Mungkin juga banyak yang tidak tahu betapa besar Gates telah menyumbangkan kekayaannya untuk membantu di bidang pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan lain-lain di negeri-negeri berkembang.

Nama Bill Gates ternyata disebut oleh beberapa saintis untuk menjelaskan fenomena EFFECTIVE ALTRUISM. Peter Singer (filsuf yang berasal dari Australia) adalah salah satu saintis yang menyebut nama Bill Gates sebagai contoh dalam menjelaskan fenomena effective altruism.

APA ITU ALTRUISM?

Sains menjelaskan altruism dengan mengamati jauh ke belakang hingga ke dunia hewan. Mereka menemukan altruism adalah naluri dasar hewan untuk mempertahankan spesiesnya atau kelompoknya. 

Ternyata selalu tersedia  individu yang merelakan jiwa raganya untuk kepentingan kelompoknya. Sebagai misal adalah hewan yang mengeluarkan suara keras (berteriak) pada saat ada pemangsa yang datang. Hewan yang berteriak ini tentu saja meningkatkan risikonya untuk dimangsa, namun itu tetap dilakukannya untuk keselamatan kelompoknya.

Sains pun meneliti lagi bagaimana penjelasan molecular biology dari dorongan untuk menyelamatkan kelompoknya sambil mengorbannya dirinya sendiri itu. 

Sains pun menemukan munculnya adanya hormon positif yang menjadi reward setelah 1 individu melakukan sacrifacial or heroic action seperti itu. Hormon positif itu yang mendorong hewan melakukan perbuatan altruistic.

Sudah banyak riset yang menemukan bahwa bayi yang baru lahir ternyata sudah altruitic, tanpa mendapat pendidikan khusus atau diceramahi terlebih dahulu. Meski demikian ada catatan: ada juga bayi yang terlahir memiliki perbedaan di otaknya sehingga memiliki kecenderungan yang kebalikan dari altruitic. Jumlah bayi yang seperti itu tentu amat sedikit.

Kemudian lingkungan ternyata memberi pengaruh besar dalam perjalanan hidup bayi ke masa dewasa.

Sebagaimana yang sudah didefinisikan oleh para saintis, altruism adalah satu dorongan kimiawi dalam melakukan perbuatan spontan untuk kesejahteraan (kepentingan) orang lain hingga bisa mengorbankan dirinya sendiri. Perbuatan altruistic ini tidak hanya dilakukan kepada orang, tetapi juga kepada hewan atau alam.

Kecenderungan pada altruism yang sudah ada sejak lahir ini bisa berkurang karena pengaruh lingkungan atau apa yang diajarkan pada bayi hingga masa dewasanya. Misalnya ajaran ideologi rasis akan mengajarkannya untuk hanya berbuat baik kepada sesama rasnya saja, bukan kepada ras lain atau kelompok lain.

Kadang kita melihat perbuatan altruitic yang tinggi di sekitar kita tanpa sengaja. Berkat Youtube kita bisa menyaksikan candid video tentang mereka yang sangat altruitic ini. 

Di Youtube mereka terlihat melakukan sesuatu yang tidak masuk akal, misalnya ada orang yang bersedia menyeberangi jalan tol 4 lajur (berbahaya) hanya untuk menyelamatkan seekor anjing yang terjebak berada di median jalan tol.

BISAKAH MENUMBUHKAN ALTRUISM?

Sains menyebut altruism itu melekat pada setiap bayi yang baru lahir. Sains juga menyebut altruism itu bisa didorong untuk menonjol, terutama dengan aktivitas meditasi. 

Riset mengenai ini juga sudah banyak, misalnya dengan menggunakan fMRI, kita tahu bagian mana di otak yang menjadi aktif saat kita melakukan perbuatan baik (altruitic). fMRI menunjukkan kepada kita, ternyata meditasi yang rutin mengaktifkan bagian itu di otak.

Bukan hanya meditasi yang menumbuhkan altruism, tetapi juga aktivitas lain seperti bersyukur (dengan menulis jurnal positif), membangun relationships, dan juga olahraga. 

Aktivitas altruism sendiri juga mengaktifkan bagian altruism di otak. Jadi semakin sering melakukan perbuatan altruitic, maka kita semakin keranjingan untuk terus melakukan perbuatan altruitic.

Loretta Breuning memastikan manusia mendapatkan reward yang sama seperti hewan saat melakukan perbuatan altruistic, yaitu keluarnya 3 positive hormones: dopamine, serotonin, oxytocin. Positive hormones ini yang membuat kita mau melakukan perbuatan altruistic lagi dan lagi.

( https://www.psychologytoday.com/us/blog/your-neurochemical-self/201604/the-selfishness-altruism )

Meski demikian kita mesti berhati-hati membedakan antara perbuatan altruitic dengan perbuatan pencitraan, karena perbedaannya bisa nyaris tak terlihat. Politisi dan pengusaha bisa saja terlihat sering melakukan perbuatan altruitic, padahal untuk pencitraan saja (bukan disebabkan karena dorongan kimiawi dari dalam dirinya sendiri). Namun jika menggunakan definisi altruism, maka kita bisa mencari perbedaannya, yaitu dengan mencari adakah ada unsur rela mengorbankan dirinya sendiri untuk kepentingan (kesejahteraan) orang lain.

Orang yang memiliki hobby mentraktir teman-temannya, bisa saja itu bukan karena kecenderungannya pada altruism. Bisa saja itu karena kecenderungannya pada kebutuhan mendapatkan puja-puji dari lingkungannya (narcissism). Apakah kebiasaannya mentraktir teman-teman itu ada unsur pengorbanannya? Itu yang membedakan perbuatan altruistic atau bukan.

EFFECTIVE ALTRUISM

Mereka yang altruitic ini tentu saja banyak juga yang kaya raya. Mereka cenderung untuk membantu orang lain secara spontan. Dalam beberapa dekade terakhir muncul gerakan effective altruism. Salah satu yang mempopulerkan gerakan ini adalah Peter Singer yang dalam beberapa tulisan dan ceramahnya menyebut beberapa triliuner dunia sudah menjalankan konsep effective altruism.

Dorongan membantu orang, hewan, atau alam (termasuk lingkungan hidup, atau planet Bumi) memang besar pada diri orang yang altruistic. Saking besarnya dan spontan, maka bantuan itu sering dianggap bisa tak terarah atau tidak efektif. Itu sebabnya muncul gerakan effective altruism untuk lebih "mengatur" arah bantuan dan cara dari para altruist ini.

Bantuan tentu saja "diarahkan" untuk diberikan kepada mereka yang paling membutuhkan. Bagaimana cara menentukannya? Effective Altruism

Handbook menyebutnya ada 3 kriteria:

  1. Great in scale (it affects many lives, by a great amount).
  2. Highly neglected (only few are working on addressing the problem).
  3. Highly solvable or tractable (additional resources will do a great deal to address it).

( https://assets.ctfassets.net/ohf186sfn6di/glbXAUtnb2QagqY88qy4s/f8da9e4617efb89c0f79bf592b3f7ecd/Effective_Altruism_Handbook.pdf )

Persoalan yang memuat 3 kriteria ini sering kali disebut juga dengan global issues atau persoalan global. Itu berarti setiap persoalan global cenderung punya dampak ke siapa pun atau apa pun hingga di pelosok mana pun.

Menurut banyak artikel atau buku, atau ceramah ilmiah, ada beberapa global issues yang sering disebut, yaitu: global warming/climate change, technological disruption, artificial intelligence, nuclear war, pandemic. Semua global issues ini memang memiliki dampak hingga ke pelosok, namun sering diabaikan oleh pembuat kebijakan, meski sesungguhnya solusi ada di depan mata.

Ada juga global issues yang tidak memiliki 3 kriteria di atas, karena dampaknya hanya di tempat tertentu, seperti kemiskinan, kesehatan, wabah penyakit (endemi), terorism, kesehatan mental (kebahagiaan), pendidikan, dll.

Gerakan effective altruism tentu saja bermaksud mengarahkan atau mengorganisasi bantuan dari siapa pun, ke arah global issues. Semakin global issues diatasi, maka peradaban manusia dan planet Bumi akan terjaga dan baik-baik saja.

WEBSITES GERAKAN EFFECTIVE ALTRUISM

Anda tidak perlu menjadi orang kaya untuk terlibat dalam effective altruism, karena para triliuner dunia itu memang membutuhkan keterlibatan Anda dengan berbagai cara. Apa saja caranya?

Hanya dengan media sosial Anda bisa melakukan effective altruism. Anda bisa memilih salah satu atau beberapa isu untuk Anda sosialisasikan ke masyarakat. Misalnya isu global warming dengan mensosialisasikan dampak global warming yang bisa melenyapkan banyak wilayah daratan di pinggir laut, dan bisa mengganggu panen para petani, atau juga bisa menghasilkan bencana alam dari climate change.

Komunitas Membangun Positivity sejak 2015 memilih topik kesehatan mental, karena kesehatan mental disebut sebagai salah satu global issues, karena menurunkan produktivitas, menyebabkan kemiskinan, kekerasan, dan lain-lain. Kesehatan mental yang buruk jelas menghabiskan anggaran kesehatan pemerintah. Kerugiannya secara umum disebut sangat luas.

PBB menyebut dampak dari kesehatan mental yang buruk begini:

Poor mental health is both a cause and a consequence of poverty, compromised education, gender inequality, ill-health, violence and other global challenges. It impedes the individual's capacity to work productively, realize their potential and make a contribution to their community.

( https://www.un.org/development/desa/disabilities/issues/mental-health-and-development.html#:~:text=Millions%20of%20people%20worldwide%20have,of%20death%20among%20young%20people )

Ini beberapa websites yang bisa membantu Anda memahami gerakan effective altruism:

https://www.effectivealtruism.org/ 

https://www.givewell.org/

https://www.centreforeffectivealtruism.org/

https://ea-foundation.org/

https://givingcompass.org/about

https://earthbound.report/2015/06/22/10-effective-altruism-websites/

DUKUNG BILL GATES DKK DI BALI?

Sebagaimana yang sudah diungkapkan oleh LBP: mereka berencana mengadakan pertemuan untuk membantu Indonesia dalam menangani perubahan iklim, sampah plastik di laut hingga membantu UMKM RI. Tiga isu ini memang bagian dari global issues yang sudah disebutkan sebelumnya. LBP mengira-ngira jumlah uang yang akan berputar dalam gerakan mereka di Indonesia yang bisa lebih besar daripada GDP Indonesia.

"Ada Rockefeller Foundation, Bill Gates, ada 30-40 foundation dunia. Kalau kumpul semua bisa lebih besar dari GDP negeri kita ini," Luhut menambahkan.

Sekali lagi, meski kita bukan orang kaya, atau menduduki posisi strategis di masyarakat atau pemerintahan, kita tetap bisa terlibat dalam effective altruism. Yuk, pelajari salah satu atau beberapa global issues, lalu sosialisasikan melalui akun media sosial. Buat masyarakat bergairah membicarakan global issues, bukan membicarakan topik pepesan kosong, seperti politik yang dibungkus agama, atau topik recehan yang mengalihkan perhatian masyarakat menjadi tidak produktif.

Salam Sehat!

M. Jojo Rahardjo

Menulis ratusan artikel, video, 3 ebooks, dan menyelenggarakan diskusi online sejak 2020. Semuanya untuk mempromosikan berbagai riset sains seputar fungsi otak dan kaitannya dengan kecerdasan, produktivitas, kreativitas, inovasi, ketangguhan pada situasi sulit, kecenderungan pada altruism, dan kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun