Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Disiplin itu Penting Menurut Sains

16 Desember 2021   14:17 Diperbarui: 8 November 2022   13:16 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi, pemicu stres tersedia setiap hari, yaitu dari pikiran kita sendiri yang cenderung melakukan mind-wandering, dan dari apa yang terjadi di sekitar kita atau kepada kita. Sebagaimana sudah disebut di atas stres itu tidak bagus atau merugikan, sehingga perlu cara yang cerdas untuk menurunkan tingkat stres. Tentu cara itu adalah cara yang telah disediakan oleh sains.

Sebagaimana disebutkan di bagian awal tulisan ini, ada beberapa aktivitas yang disebut bisa menghambat proses menurunnya fungsi otak atau pikun. Kebiasaan mempelajari hal-hal baru adalah salah satu aktivitas yang mengaktifkan prefrontal cortex. Demikian juga kebiasaan mengasah-otak yang maksudnya sama dengan mengaktifkan otak.

Agar kebiasaan ini terus berlangsung atau tidak terputus karena usia, maka dibutuhkan kebiasaan yang ditanamkan sejak usia dini. Itu lebih sering disebut mendisiplinkan diri dengan kebiasaan baik. Agar seorang anak memiliki disiplin, tentu dibutuhkan orangtua yang memiliki skill dalam penerapannya (butuh punishment & reward). Pada usia dini, sebuah kebiasaan yang dihasilkan dari pendisiplinan akan melekat terus hingga usia dewasa. Kebiasaan mempelajari hal-hal baru atau kebiasaan mengasah otak tentu harus dibiasakan sejak dini, agar di masa dewasa dan tua nanti akan terus diterapkan.

Mempelajari hal-hal baru adalah salah satu cara untuk menghindari aktivitas mind-wandering. Saat kita mempelajari hal-hal baru, bagian prefrontal cortex menjadi aktif dan berinteraksi dengan banyak bagian otak yang lain. Riset menunjukkan saat seperti itu adalah saat otak tidak menghasilkan stres. Kata yang lain untuk menggambarkan kondisi otak seperti itu adalah: otak sedang dalam kondisi positif, sehingga kita merasakan adanya happiness, atau wellbeing.

Menjadi tak mengherankan jika kita melihat ada beberapa orang yang keranjingan belajar, membaca buku, melakukan riset mendalam, mempelajari skill baru dalam olahraga, mempelajari teknik pertukangan, mekanik, biologi, kedokteran, keuangan, komputer, teknologi, dll. Rupanya mereka keranjingan karena kegiatan itu menghasilkan positivity, atau happiness, atau wellbeing.

Michael Corballis, seorang neuroscientist dari New Zealand menulis buku tentang mind-wandering yang menjelaskan secara rinci bagaimana mind-wandering terjadi di otak. Bagian apa saja yang terlibat atau menjadi aktif saat mind-wandering, dan bagaimana asal-muasal otak manusia memiliki kecenderungan ini. Apakah hewan memiliki kecenderungan mind-wandering ini? Itu dikaji oleh Corballis dengan dalam sehingga menjadi jelas mengapa hewan hingga manusia memiliki kecenderungan ini. Ini akan saya bahas dalam tulisan mendatang.

Masih ada lagi beberapa kebiasaan lain yang bisa menghindari aktivitas mind-wandering. Meditasi sekuler adalah salah satu cara untuk menghindarinya. Meditasi sekuler dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dan dengan posisi apa saja. Saat kita menunggu sesuatu atau sedang berada di kendaraan umum, tentu kita bisa melakukan meditasi sekuler untuk menghindari aktivitas mind-wandering. Kita bisa melakukannya, meski hanya dalam beberapa menit saja atau bahkan kurang dari itu. Lakukan juga meditasi sekuler saat sebelum tidur atau saat baru terbangun.

Menulis jurnal positif juga cara lain yang efektif untuk menghindari aktivitas mind-wandering. Tulis dalam 1 paragraf tentang apa pun yang positif yang sudah terjadi dalam 24 jam terakhir atau seminggu lalu, atau sebulan lalu, atau kapan pun. Cobalah mencari yang positif itu, meskipun sulit. Semakin sering berlatih, maka akan membuat Anda menjadi lebih mudah untuk menemukan apa pun yang positif itu, dan akan merubah cara pandang Anda dalam melihat apa pun. Pembahasan mengenai jurnal positif ini bisa sangat panjang, dan kebetulan saya sudah menulisnya beberapa kali di waktu yang lalu. Silakan dibaca.

==o==

Meskipun sudah tersedia beberapa cara untuk menghindari mind-wandering, namun tantangan besar dalam menghindari mind-wandering adalah adanya gadget (smartphone) yang selalu dalam genggaman tangan kita. Itulah tantangan terbesar di era digital sekarang ini. Menurut riset Harvard, 47% dari waktu kita (saat terjaga) ternyata otak kita melakukan mind-wandering. Tingkat mind-wandering ini berkaitan dengan kecenderungan untuk mencandu media sosial (medsos) di smartphone yang selalu dalam genggaman tangan kita itu. Padahal aktivitas di medsos juga memicu munculnya mind-wandering.

Untungnya sudah ada riset yang menemukan, bahwa ternyata mindfulness practice atau meditasi dapat menurunkan aktivitas mind-wandering. Meditasi juga dapat menurunkan dampak negatif (stres) dari aktivitas mind-wandering (lihat di sini: Mindfulness Meditation May Help Reduce Mind-Wandering In People With Anxiety).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun