MENGAKU ANAK JENDERAL, MENGAKU KENAL BANYAK KETUM PARTAI
FENOMENA APA ITU?
Tentu beberapa kali kita melihat ada orang di tempat umum mengaku-ngaku anak jenderal, atau kenal pejabat penting. Kita tentu heran mengapa mereka melakukannya, apalagi dengan bertingkah seolah yang lain harus mengalah atau tunduk pada mereka.
Ini memang mengenai kejadian baru-baru ini di sebuah pesawat, yang konon jika dipersingkat kisahnya adalah seorang perempuan tergopoh-gopoh ingin segera keluar dari pesawat mendahului penumpang lainnya, padahal pintu pesawat belum dibuka. Saat ia terhalang oleh sebuah kopor, ia pun konon menendang kopor itu dan bertengkar dengan pemilik kopor. Pertengkaran terus berlanjut hingga ke kantor polisi di Bandara. Sepanjang pertengkaran ia terekam oleh kamera bersikap kasar, termasuk pada seorang ibu tua.
Saat bertengkar itu, dikabarkan perempuan itu menyebut dirinya adalah anak jenderal, dan kenal dengan beberapa ketua umum partai. Tentu dengan maksud, pihak yang bertengkar dengannya mengalah, dan dia merasa lega atau menang.
Tentu apa yang sebenarnya terjadi, belum jelas. Apakah ini hanya kisah sepihak, yaitu dari pihak yang bertengkar dengan perempuan itu? Namun dari video yang beredar memang menunjukkan beberapa sikap kasar dari perempuan itu yang seharusnya tak perlu ditunjukkan di depan umum.
Dari kacamata neuroscience, mereka yang memiliki positivity yang besar di otaknya, akan bersikap kebalikan dari perempuan itu. Mungkin sekali malah mengalah dan menghindari pertengkaran itu, meski pihak lain merugikannya. Atau segera melakukan penyelesaian hukum di kantor polisi, bukan terus menunjukkan sikap arogan atau sikap kasar pada orang lain di depan umum.
Apa itu positivity menurut neuroscience?
Istilah itu muncul dari beberapa neuroscientists untuk menggantikan kata happiness, karena kata happiness memiliki definisi yang amat luas. Itu bisa kita lihat jika kita Google definisi happiness.
Positivity adalah kondisi di otak saat berfungsi maksimal, sehingga lebih cenderung pada kebajikan, lebih cenderung pada prosocial behaviour, atau tidak agresif, lebih memilih untuk bersahabat, cenderung ngalah, cenderung memaklumi sikap orang lain atau bersikap netral pada sikap (apapun) dari orang lain.
Kondisi otak yang maksimal ini juga berkaitan dengan kecerdasan yang lebih baik, juga kreativitas, inovasi, pencarian solusi, tahan stres, hingga kesehatan tubuh.