Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kekerasan Anak di Lingkungan Sekolah Musi Rawas

24 Oktober 2021   16:50 Diperbarui: 24 Oktober 2021   17:15 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru-baru ini seorang anak kelas 5 SD diperkirakan oleh para dokter di RS DR Sobirin Musi Rawas, Sumatera Selatan akan lumpuh total, karena dianiaya oleh beberapa teman sekolahnya. Penganiayaan terjadi di lingkungan sekolah baru-baru ini di Musi Rawas, Sumatera Selatan.

Kejadian ini bukan yang pertama, namun sudah terjadi sebelumnya dan sebelumnya lagi.

Apa yang biasanya dikatakan oleh para ahli setiap kali terjadi kasus seperti ini? Tidak lain seputar parenting, atau peran sekolah, atau juga peran pemerintah dalam pendidikan budi pekerti. Juga peran agama. Kemana itu semua? Tanya mereka

Nyaris tak ada yang membicarakan tentang peran riset sains terakhir seputar otak dan fungsinya. Juga nyaris tak ada pembahasan mengenai riset sains tentang anak yang dilahirkan dengan kecenderungan kekerasan seperti itu. Jarang yang membahas, bahwa seorang anak bisa terlahir sebagai psikopat dan mampu mempengaruhi anak lain untuk melakukan kekerasan yang tak terbayangkan.

Jika tak ada pembahasan seperti itu, maka kita gagal memetakan masalah. Setidaknya kita gagal melihat satu atau beberapa potensi masalah pada anak. Jika kita gagal memetakan masalah, maka bagaimana pula kita bisa sampai pada upaya mencari solusi yang tepat atau efektif?

==oo==

Semua bayi dilahirkan dengan kecenderungan pada kebajikan. Meski demikian selalu ada anomali, yaitu ada bayi yang dilahirkan dengan kecenderungan pada psikopat. Riset mengenai ini menemukan hampir semua bayi ternyata sudah memiliki kecenderungan pada kebajikan. Anak yang usianya baru beberapa bulan pun sudah merespon perbuatan bajik, padahal ia relatif belum mendapatkan parenting, karena interaksinya masih minimal dengan orang-orang di sekitarnya.

Jika semua anak yang lahir dengan kecenderungan pada kebajikan ini mendapat parenting yang salah, maka tidak terelakkan akan tumbuh dengan agresi, kekerasan atau kebencian. Tentu selain parenting yang salah, anak juga mendapat pengaruh dari lingkungannya yang lain, misalnya sekolah.

Butuh riset yang mendalam pada anak-anak yang melakukan kekerasan pada temannya seperti kasus di atas. Apakah ada salah satu dari mereka yang memiliki kecenderungan pada psikopat dan kemudian mempengaruhi anak lain?

Mestinya kasus ini bisa dimanfaatkan oleh mereka yang berwenang atau mereka yang bergerak di bidang ini. Mereka perlu merenungkan apa yang sudah ditemukan oleh riset sains terakhir seputar perilaku, terutama yang berbahaya atau merugikan orang lain:

1. Kekerasan tidak selalu disebabkan oleh parenting, tapi karena kecenderungan dimiliki sejak lahir, yaitu misalnya AntiSocial Personality Disorder (ASPD), atau lebih spesifik lagi: kecenderungan pada psychopathy.

2. Orangtua perlu dididik untuk memiliki skill dalam memahami atau mendeteksi kecenderungan anak pada psychopathy (saya menggunakan istilah yang populer di media).

3. Sekolah juga perlu dididik untuk memiliki skill dalam memahami atau mendeteksi kecenderungan pada psychopathy itu.

4. Jika orangtua mendeteksi adanya psychopathy pada anak, lalu apa selanjutnya?

5. Jika ahli kejiwaan sudah memberi konfirmasi tentang adanya kecenderungan pada psychopathy, maka apa yang sekolah harus lakukan atau bantu?

6 Layanan apa yang pemerintah sediakan untuk anak seperti ini? Ingat psychopathy butuh penanganannya yang biayanya mahal.

7. Jika tidak ditangani lebih dini, maka psychopathy akan merugikan anak itu sendiri dan orang lain. Setidaknya psychopathy akan menyebarkan atmosfir yang buruk bagi sekitarnya, misalnya agresi atau suasana yang tidak damai.

8. Riset sains sudah menunjukkan adanya kelainan di otak anak yang memiliki kecenderungan psikopat. Sehingga butuh pendekatan berbeda dalam menanganinya, bukan dengan pendekatan yang sudah kuno.

9. Kekerasan bukan satu-satunya ciri dari psikopat. Antara lain, cirinya (yang terutama merugikan orang lain dan masyarakat) adalah: 1) Sulit membedakan salah dan benar (sehingga cenderung melakukan pelanggaran hukum). Ini juga membuatnya tak mempan hukuman, ia akan tetap melakukan pelanggaran hukum lagi dan lagi. 2) Tidak memiliki empati, sehingga bisa melakukan kekejaman yang tak terbayangkan. 3) Apapun yang dilakukannya hanya untuk kepentingannya sendiri, bukan orang lain, sehingga ia akan belajar apapun untuk memanipulasi orang lain. Ini juga membuatnya dominan pada anak lain, sehingga mampu mempengaruhi anak lain untuk ikut melakukan pelanggaran hukum.

==oo==

Ada banyak riset yang dilakukan kepada murid di sekolah dari mulai SD hingga SMA di berbagai kota di dunia dalam kerangka untuk menurunkan tingkat kekerasan dan bullying sekolah. Kebanyakan dari riset itu hanya memberikan 1 program act of kindness atau meminta murid untuk melakukan perbuatan kebajikan. Hanya dengan program ini angka kekerasan dan bullying ternyata bisa menurun secara signifikan. Bukan itu saja, prestasi akademik pun meningkat, angka bolos menurun, angka partisipasi dalam setiap pelajaran juga meningkat. Mengenai salah satu riset itu lihat di jurnal ini (klik link itu).

Di beberapa riset yang lain, diberikan juga program menulis jurnal positif dan program meditasi. Hasilnya ternyata bahkan jauh lebih signifikan.

Semoga artikel yang saya tulis ini menjadi pendorong bagi semua pihak agar merenungkan bahwa dibutuhkan pendekatan baru, yaitu menggunakan apa yang sudah ditemukan oleh sains belakangan ini, bukan dengan menggunakan pendekatan yang sudah kuno.

M. Jojo Rahardjo
Menulis sekitar 500 artikel, 100 lebih video, 3 ebooks, dan menyelenggarakan diskusi online sejak 2020. Semuanya untuk mempromosikan berbagai riset sains seputar fungsi otak dan kaitannya dengan kecerdasan, produktivitas, kreativitas, inovasi, ketangguhan pada situasi sulit, kecenderungan pada altruism, dan kesehatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun